Kejahatan siber Ancam Anak-Anak, Kini Sudah Saatnya Keamanan Siber Masuk Kurikulum Pendidikan

Ilustrasi berita

Kejahatan siber Ancam Anak-Anak, Kini Sudah Saatnya Keamanan Siber Masuk Kurikulum Pendidikan

 

Kasus kejahatan siber pada anak-anak semakin hari semakin meningkat. Saat ini anak-anak telah secara aktif menggunakan bahkan memiliki gawainya sendiri. Dengan kurangnya edukasi terkait bagaimana menggunakan gawai dengan aman agar terhindar dari kejahatan siber, masing-masing orang tua juga kurang dalam mengawasi anaknya saat menggunakan perangkat elektronik yang terhubung dengan internet. Sebagian orang tua bahkan acuh tak acuh terhadap berbagai ancaman siber yang dapat mengancam anaknya di dunia maya.

 

 

Baca Juga : Ancaman Hacker China Makin Tak Tertandingi, FBI Ngaku Kewalahan!

 

Mengutip dari Cyberthreat.id – Pakar perlindungan data pribadi Ibnu Dwi Cahyo mendesak pemerintah menambah kurikulum pendidikan siber nasional. Menurut Ibnu, peningkatan literasi digital melalui lembaga pendidikan formal tidak bisa ditunda lagi.

“Digitalisasi telah menyentuh segala bidang kehidupan, sehingga lembaga pendidikan formal harus menjadi tempat pertama dan terpenting bagi anak negeri untuk mempelajari apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di dunia maya,” kata Direktur Sehat Siber Indonesia dalam keterangan tertulisnya, Selasa (02/05/2023).

Kompetensi pembelajaran keamanan digital melalui lembaga pendidikan formal sangat mungkinkan untuk dilakukan dengan bantuan rencana pembelajaran gratis. Dia mengatakan bahwa mempromosikan literasi digital di lembaga pendidikan formal akan membantu kemajuan Indonesia secara evolusioner dan bahkan revolusioner serta pertumbuhan demografis yang saat ini dan akan terus dinikmati Indonesia.

Forum Ekonomi Dunia juga melihat kurikulum keamanan siber ini, yang diajarkan kepada anak-anak sejak usia dini.

“Guru sekolah dasar harus memasukkan dasar-dasar keamanan dunia maya ke dalam kurikulum harian mereka. Setiap anak kecil setidaknya harus tahu bagaimana menjaga kerahasiaan informasi mereka, tidak menjawab orang asing dan melaporkan sesuatu yang tidak biasa kepada orang dewasa. Sayangnya, tidak banyak yang melakukannya sekarang,” kata Paul Mee, Kepala Cyber Risk Initiative dari Oliver Wyman Forum dalam artikelnya, “We Need to Start Teaching Young Kids About Cybersecurity.”

 

Baca Juga : Salah Install ChatGPT dan Zoom, Hati-Hati Bisa Terinfeksi Malware Bumblebee!

 

Saat ini serangan siber telah menargetkan anak-anak menjadi korbannya. Dari data Experian, sebuah perusahaan pelopor kredit konsumen, menunjukan bahwa pada tahun 2019 terdapat perbandingan 1:4 remaja usia sekitar 18 tahun di Amerika Serikat mengalami pencurian identitas atau penipuan. Selain itu juga banyak lagi kasus dampak negatif akibat internet yang dialami oleh anak-anak dibawah umur. Melihat hal ini kini sudah saatnya pendidikan dunia maya menjadi bagian dari kurikulum pendidikan di Indonesia.

Dari berbagai data dan pandangan pakar, kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan keamanan siber sangatlah penting untuk dilakukan sejak dini. Anak-anak merupakan kelompok rentan yang perlu dilindungi dari berbagai kejahatan siber yang bisa mengancam keselamatan mereka di dunia maya. Oleh karena itu, pendidikan keamanan siber perlu menjadi bagian dari kurikulum pendidikan di Indonesia. Lembaga pendidikan formal, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, dapat mempromosikan literasi digital agar anak-anak mampu mengenali ancaman dan menghindari kejahatan siber. Dengan demikian, kita dapat melindungi generasi muda dan memajukan Indonesia secara evolusioner dan bahkan revolusioner serta pertumbuhan demografis yang saat ini dan akan terus dinikmati Indonesia. Semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dari informasi ini dan dapat turut serta dalam mendukung keamanan siber bagi anak-anak di Indonesia.

 

Andhika R.

Andhika R.

Digital Marketing at Fourtrezz
Artikel Teratas