Senin, 23 Desember 2024 | 3 min read | Andhika R

Ransomware Diduga Sasar BRI, Bagaimana Keamanan Data Nasabah?

Ancaman ransomware kembali menjadi sorotan setelah kabar dugaan serangan terhadap salah satu bank terbesar di Indonesia, BRI, mencuat ke permukaan. Meskipun pihak bank belum memberikan pernyataan resmi mengenai insiden ini, para ahli keamanan siber mendesak kewaspadaan terhadap ancaman ransomware yang semakin canggih dan merugikan.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI diduga terkena serangan siber berupa ransomware. Pakar keamanan siber, Alfons Tanujaya, mengatakan jika benar terjadi serangan semacam itu maka operasional dari institusi yang diserang. “Tujuannya jelas untuk menimbulkan kerugian maksimal karena gangguan operasional sehingga korban memutuskan membayar uang tebusan,” kata Alfons dalam keterangan tertulisnya.

Menurut dia, salah satu contoh serangan siber yang mengganggu operasional pernah terjadi pada Bank Syariah Indonesia (BSI). Ransomware, kata dia, bisa mengenkripsi dan menggandakan data korbannya.

Ransomware adalah jenis malware yang dirancang untuk mengenkripsi data pada perangkat korban, membuatnya tidak dapat diakses. Setelah berhasil menyerang, pelaku biasanya meminta tebusan dalam bentuk cryptocurrency untuk memberikan kunci dekripsi. Dalam beberapa kasus, pelaku bahkan mengancam akan mempublikasikan data sensitif jika tebusan tidak dibayar.

Baca Juga: Skandal Kripto Terbesar: 792 Orang Ditangkap dalam Sindikat Penipuan di Nigeria

Ancaman ini semakin berkembang, dengan serangan yang lebih terarah dan sering kali menargetkan organisasi besar seperti lembaga keuangan, rumah sakit, dan perusahaan multinasional. Bank seperti BRI menjadi sasaran empuk karena tingginya nilai data yang mereka miliki dan dampak besar yang dapat ditimbulkan jika operasional terganggu.

Sebelumnya, kabar serangan ransomware terhadap BRI muncul dari akun media sosial X atau Twitter @FalconFeedsio. "Peringatan ransomware, Bank Rakyat Indonesia telah menjadi korban Bashe Ransomware," kata akun @FalconFeedsio dalam bahasa Inggris pada Rabu, 18 Desember 2024.

Merespons hal tersebut, BRI mengklaim nasabah tetap bisa bertransaksi dengan aman meski terdapat kabar adanya serangan ransomware. BRI menyatakan data nasabah mereka tetap aman dari ancaman siber tersebut.

"Sehubungan dengan beredarnya informasi mengenai kebocoran data BRI, kami sampaikan nasabah tetap dapat menggunakan seluruh sistem perbankan BRI," kata Direktur Digital dan IT BRI Arga M Nugraha melalui keterangan tertulis pada Rabu malam, 18 Desember 2024.

Baca Juga: Tawaran Uang Cepat Berujung Tipu-Tipu, Kerugian Modus 'Like' Capai Triliunan Rupiah

Mengenai kondisi ini, Alfons mengatakan kepastian adanya serangan ransomware hanya bisa dilakukan oleh korban yang perangkat komputernya terserang. Menurutnya, negosiasi bisa saja telah dilakukan dengan pihak penyerang.

“Pembuat ransomware memberikan batas waktu sampai 23 Desember 2024. Jika korbannya tidak melakukan negosiasi atau membayar tebusan, data yang dicuri berpotensi dibagikan,” kata Alfons.

Jika dugaan serangan ransomware terhadap BRI terbukti, dampaknya dapat meluas, tidak hanya pada reputasi bank tetapi juga kepercayaan masyarakat terhadap keamanan sistem perbankan. Ancaman ransomware bukan lagi hal yang bisa dianggap remeh, terutama di sektor perbankan yang menjadi tulang punggung perekonomian. Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa keamanan siber adalah kebutuhan mendesak, bukan lagi pilihan.

Bagi masyarakat, penting untuk tetap waspada dan menjaga informasi pribadi dengan tidak sembarangan membagikan data atau mengakses tautan mencurigakan. Di sisi lain, organisasi harus terus berinovasi dalam memperkuat sistem keamanannya untuk menghadapi ancaman yang semakin kompleks.

Bagikan:

Avatar

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz

Semua Artikel

Berlangganan Newsletter FOURTREZZ

Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.

Partner Pendukung

infinitixyberaditif

© 2025 PT Tiga Pilar Keamanan. All Rights Reserved.
Info Ordal