Kamis, 12 Juni 2025 | 9 min read | Andhika R
Bahaya Tersembunyi di Balik IoT: Bagaimana Melindungi Perangkat Pintar Anda
Internet of Things (IoT) telah merevolusi cara kita berinteraksi dengan teknologi. Berbagai perangkat pintar — mulai dari kamera pengawas, sensor suhu, hingga peralatan rumah tangga — kini saling terhubung melalui internet. Adopsi IoT membawa kemudahan dan efisiensi, namun sekaligus memunculkan ancaman siber tersembunyi. Perangkat IoT mengumpulkan beragam data sensitif pengguna; jika tidak dilindungi dengan baik, data tersebut rentan bocor dan disalahgunakan. Misalnya, kekhawatiran tentang akses tak sah ke informasi personal dan pengawasan tanpa izin mendorong kebutuhan regulasi keamanan yang lebih ketat. Oleh karena itu, memahami risiko keamanan serta mengambil langkah pencegahan sangat penting bagi setiap profesional TI yang mengelola ekosistem perangkat pintar.
Mengenal IoT dan Cara Kerjanya
Internet of Things (IoT) merujuk pada jaringan global yang menghubungkan objek-objek fisik cerdas – seperti sensor, kamera, kendaraan, dan peralatan rumah tangga – melalui internet. Setiap perangkat pintar biasanya dilengkapi sensor, prosesor, dan modul komunikasi (Wi-Fi, Bluetooth, Zigbee, dan sejenisnya) agar dapat terhubung ke jaringan atau hub pusat. Misalnya, dalam konsep smart home (rumah pintar), semua perangkat di rumah terhubung ke satu pusat kontrol (misalnya aplikasi ponsel) yang memungkinkan pengaturan jarak jauh. Otomatisasi adalah fitur kunci IoT: perangkat dapat beroperasi sendiri berdasarkan kondisi tertentu (misalnya menyalakan lampu saat gerakan terdeteksi). Data yang dikumpulkan oleh sensor kemudian diproses – kadang-kadang menggunakan kecerdasan buatan – untuk menyesuaikan perilaku sistem secara otomatis dan efisien. Konektivitas jarak jauh juga memungkinkan pengguna memantau dan mengontrol perangkat IoT dari mana saja melalui internet. Dengan demikian, IoT membuat lingkungan rumah dan industri menjadi lebih responsif, tetapi pendekatan ini juga membuka celah bagi serangan siber jika keamanan diabaikan.
Ancaman Keamanan yang Sering Terjadi
Perangkat IoT menghadapi beragam ancaman siber. Serangan yang umum dijumpai antara lain peretasan (hacking), malware, phishing, serangan DDoS, botnet IoT, dan serangan Man-in-the-Middle. Misalnya, malware Mirai yang muncul pada 2016 sukses menyandera ratusan ribu perangkat IoT dengan kata sandi bawaan lemah untuk melancarkan serangan DDoS besar-besaran. Peneliti keamanan juga menemukan kerentanan pada sistem otomasi gedung pintar (smart building): empat bug unik pada perangkat HDL Automation memungkinkan peretas menguasai ribuan perangkat dari jarak jauh, membuka peluang intrusi jaringan, pencurian data, hingga serangan ransomware. Selain itu, jenis serangan Permanen Denial of Service (PDoS) atau Phlashing dapat merusak perangkat IoT hingga tidak dapat dipulihkan. PDoS menghancurkan komponen perangkat keras, sehingga memerlukan penggantian unit secara fisik. Serangan pencurian data melalui IoT juga memprihatinkan: kamera pintar atau monitor bayi, misalnya, dapat diakses oleh pihak tak bertanggung jawab melalui koneksi yang tidak aman, mengancam privasi pengguna. Di sisi lain, eksploitasi kelemahan umum seperti kata sandi lemah, jaringan Wi-Fi tak terenkripsi, dan perangkat lunak usang sering digunakan peretas untuk mengakses perangkat pintar secara ilegal. Bentuk ancaman lain termasuk penyadapan komunikasi (MITM) dan pemanfaatan perangkat pintar menjadi komponen botnet untuk melancarkan serangan terhadap target lain. Semua skenario ini menunjukkan bahwa walaupun smart home dan IoT meningkatkan kenyamanan, aspek keamanan siber menjadi tantangan serius yang harus diwaspadai.
Faktor-Faktor yang Membuat IoT Rentan
Beberapa faktor mendasar menyebabkan keamanan IoT sering diabaikan. Secara desain, banyak protokol internet yang digunakan IoT tidak dikembangkan khusus untuk perangkat terbatas sumber daya. Sehingga integrasi perangkat cerdas ke jaringan umum memicu berbagai tantangan keamanan. Perangkat IoT biasanya memiliki kemampuan komputasi dan memori yang terbatas, sehingga sulit menerapkan enkripsi kuat atau teknik proteksi lain. Hal ini diperparah oleh praktik produsen: banyak perangkat masih diproduksi dengan kata sandi bawaan standar atau dengan antarmuka pengelolaan terbuka. Faktanya, malware seperti Mirai memanfaatkan daftar 62 kombinasi nama pengguna dan kata sandi default populer untuk membajak ratusan ribu perangkat tak terlindungi. Ketiadaan mekanisme pembaruan perangkat lunak yang teratur juga menjadi celah besar — banyak perangkat pintar tidak mendapat pembaruan keamanan seumur hidup, sehingga kerentanan lama terus dimanfaatkan. Selain itu, infrastruktur jaringan yang digunakan IoT sering rentan (misalnya Wi-Fi publik atau protokol lama tanpa enkripsi). Jika tidak dilindungi dengan baik, perangkat IoT yang terhubung dapat menjadi pintu masuk ke jaringan perusahaan atau rumah lain. Penelitian Microsoft mengingatkan bahwa perangkat IoT yang terbuka dapat digunakan penyerang sebagai titik pivot masuk ke lapisan jaringan lain, karena port layanan yang tersedia dapat diakses dari luar tanpa otorisasi. Faktor lain meliputi kompleksitas sistem IoT yang heterogen serta kurangnya standar keamanan lintas platform. Kombinasi semua faktor tersebut membuat banyak perangkat pintar mudah diserang. Kelemahan sekecil apa pun — mulai dari enkripsi yang lemah hingga port terbuka yang tak terdeteksi — berpotensi dieksploitasi untuk mengakses data pengguna atau mengendalikan perangkat.
Dampak Serangan IoT
Dampak serangan terhadap perangkat IoT dapat sangat merusak, baik secara finansial, operasional, maupun pada aspek keselamatan. Kasus Mirai pada 2016 menggambarkan potensi kerugian finansial dan gangguan layanan. Saat itu, situs keamanan Krebs on Security dilumpuhkan oleh serangan DDoS sebesar 620 Gbps yang berasal dari botnet Mirai yang terdiri atas ~380.000 perangkat IoT (seperti router rumah dan kamera CCTV). Serangan lebih besar kemudian menyerang server layanan OVH di Prancis dengan puncak ~1,1 Tbps. Dampaknya sangat serius: gangguan komunikasi, situs web dan layanan online bisa lumpuh selama berjam-jam, menimbulkan kerugian ekonomi hingga reputasi bagi organisasi target. Serangan jenis serupa masih terus berlanjut karena publikasi kode sumber Mirai memungkinkan munculnya variasi baru dengan skala botnet yang sama besar. Selain DDoS, serangan ransomware terhadap IoT pun mulai mengkhawatirkan – meski relatif jarang, ada laporan malware yang mengunci sistem perangkat pintar rumah atau industri sampai tebusan dibayar.
Serangan IoT juga bisa berdampak pada keselamatan manusia dan properti. Sebagaimana diingatkan Microsoft, jika penyerang menembus jaringan TI melalui perangkat IoT, ia bisa masuk ke sistem operasional kritis (OT) seperti mesin industri atau infrastruktur penting. Implikasinya meluas: kerugian finansial besar, pencurian kekayaan intelektual, hingga ancaman keselamatan jika sistem fisik tak terkendali tersebut bermasalah. Misalnya, pengambilalihan kendali perangkat medis atau infrastruktur listrik pintar (smart grid) oleh pelaku jahat dapat mengancam nyawa pasien atau memicu pemadaman masal. Di tingkat konsumen, bocornya data pribadi pengguna IoT (foto, rekaman suara, kebiasaan) menimbulkan risiko privasi serius. Kaspersky mencatat bahwa lebih dari 1,5 miliar serangan siber ditujukan pada perangkat pintar di seluruh dunia hanya dalam enam bulan pertama 2021. Angka tersebut menunjukkan bahwa ancaman IoT bukan sekadar teori, melainkan kenyataan operasional yang dialami oleh banyak organisasi dan pengguna. Kombinasi kerugian finansial, gangguan operasional, serta dampak sosial-keamanan menjadikan keamanan IoT sebagai isu kritis bagi semua pihak.
Langkah-Langkah Melindungi Perangkat Pintar
Untuk mengurangi risiko serangan, diperlukan penerapan praktik keamanan yang tepat pada tingkat perangkat dan jaringan. Berikut beberapa langkah penting yang direkomendasikan pakar:
- Amankan jaringan Wi-Fi. Gunakan enkripsi WPA2 atau WPA3 dan kata sandi unik yang kuat untuk semua akses internet rumah atau kantor Anda. Perangkat pintar rentan jika terhubung ke jaringan terbuka atau mudah ditebak.
- Perbarui secara berkala. Pastikan firmware dan perangkat lunak semua perangkat pintar selalu diperbarui ke versi terbaru. Produsen sering merilis patch keamanan untuk menutup lubang kerentanan yang ditemukan.
- Kata sandi kuat dan unik. Gantilah password bawaan dengan kata sandi kompleks (campuran huruf besar/kecil, angka, simbol) dan berbeda untuk setiap perangka. Manfaatkan pengelola kata sandi jika perlu untuk menyimpan kredensial dengan aman.
- Autentikasi dua faktor (2FA). Jika perangkat atau layanannya mendukung 2FA, aktifkan fitur ini. 2FA menambah lapisan keamanan dengan memerlukan kode verifikasi tambahan (misalnya dikirim ke ponsel) selain kata sandi.
- Segmentasikan jaringan. Pisahkan jaringan IoT dari jaringan utama perusahaan atau rumah. Misalnya, gunakan VLAN atau SSID terpisah untuk perangkat pintar. Segmentasi ini membatasi penyebaran serangan apabila satu perangkat terkompromi.
- Batasi izin dan fungsi tak perlu. Nonaktifkan layanan jarak jauh, kamera, mikrofon, atau port yang tidak digunakan pada perangkat pintar Anda. Tinjau izin aplikasi dan hanya berikan akses yang mutlak diperlukan. Dengan mengurangi permukaan serangan, peluang peretas mengontrol perangkat juga menurun.
- Awasi aktivitas jaringan. Pantau lalu lintas jaringan untuk mendeteksi perilaku mencurigakan atau lonjakan tidak biasa. Penggunaan alat pemantauan atau firewall pintar dapat membantu melihat upaya peretasan dan memblokir serangan lebih awal.
- Matikan perangkat saat tidak digunakan. Jika diprediksi tidak akan digunakan dalam jangka panjang (misalnya meninggalkan rumah lama), matikan saja perangkat IoT untuk sementara.
- Factory Reset sebelum pengalihan perangkat. Sebelum menjual atau membuang perangkat pintar, lakukan factory reset agar data dan konfigurasi lama terhapus. Ini mencegah orang lain mengeksploitasi akun atau jaringan Anda melalui perangkat bekas.
- Pertimbangkan kebutuhan dan sumber tepercaya. Tambahkan perangkat IoT seminimal mungkin dan pilih produk dari produsen bereputasi. Sertifikasi keamanan (misalnya SNI atau label keamanan tertentu) bisa menjadi indikator kualitas. Pelibatan profesional TI dalam instalasi juga membantu memastikan setting aman sejak awal.
Dengan menjalankan langkah-langkah di atas secara konsisten, organisasi dan individu dapat mengurangi risiko ancaman IoT secara signifikan. Keamanan perangkat pintar adalah proses berkelanjutan: tetap pantau perkembangan ancaman baru, dan terus perbarui strategi perlindungan Anda sesuai kebutuhan.
Peran Pemerintah dan Regulasi Keamanan IoT
Karena dampak IoT menyentuh banyak aspek ekonomi dan kehidupan publik, pemerintah di berbagai negara mulai menyiapkan regulasi untuk memperkuat keamanan perangkat pintar. Di Indonesia, pemerintah dan pelaku industri menyadari pentingnya kerangka regulasi. Survei Forum IoT Indonesia (2017) menunjukkan lebih dari 88% komunitas mengharapkan pemerintah mengeluarkan aturan pengelolaan frekuensi dan layanan IoT, serta mekanisme pendaftaran aplikasi IoT sebagai bagian dari tata kelola teknologi ini. Studi Kementerian Komunikasi Indonesia merekomendasikan regulasi meliputi standar keamanan (seperti perlindungan data pribadi, keamanan jaringan dan aplikasi), standar perangkat (autentikasi dan keamanan fisik perangkat), serta kebijakan bisnis terkait spektrum dan ekosistem IoT. Upaya ini sejalan dengan praktek global. Sebagai contoh, Inggris menjadi negara pertama yang mewajibkan perangkat pintar tidak menggunakan password bawaan yang mudah ditebak melalui Product Security and Telecommunications Infrastructure (PSTI) Act. Undang-undang tersebut juga mengharuskan produsen mencantumkan masa dukungan pembaruan keamanan untuk produk mereka. Di Amerika Serikat, California mengesahkan California IoT Security Law (SB-327) sejak 2020, yang mensyaratkan setiap perangkat IoT terhubung memiliki fitur keamanan wajar (misalnya enkripsi) dan kata sandi unik bawaan atau permintaan pembuatan sandi baru saat pertama dipakai. Perkembangan serupa terjadi di tingkat Uni Eropa dan lembaga standar internasional, yang berupaya menetapkan norma keamanan minimum bagi perangkat IoT. Di Indonesia, selain peraturan yang sedang dirumuskan, pemerintah juga mendorong pengembangan roadmap IoT nasional dan sertifikasi keamanan perangkat. Peran pemerintah meliputi edukasi publik, insentif bagi produsen yang taat standar, dan penegakan hukum terhadap pelanggaran keamanan siber. Dengan sinergi antara regulasi, standar industri, dan inisiatif swasta, diharapkan ekosistem IoT dapat berkembang lebih aman tanpa mengorbankan inovasi.
Kesimpulan
IoT menawarkan potensi besar dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup, namun ancaman tersembunyi di balik perangkat pintar tidak boleh diabaikan. Banyak perangkat IoT rawan diserang karena desain protokol yang kurang aman dan praktik pengelolaan yang lemah (password default, jarang update, dll.). Serangan terhadap IoT dapat berakibat kerugian ekonomi besar dan gangguan operasional masif, serta mengancam privasi dan keselamatan pengguna. Oleh karena itu, perlindungan perangkat pintar harus menjadi prioritas. Langkah pencegahan praktis seperti penggunaan kata sandi kuat, pembaruan rutin, segmentasi jaringan, dan kontrol akses yang ketat akan sangat membantu menjaga keamanan IoT. Di sisi lain, peran pemerintah dan lembaga standar juga krusial dalam menetapkan aturan main yang memaksa perangkat IoT dirancang aman sejak awal. Dengan kolaborasi antara pemangku kepentingan – mulai dari pengembang, pengguna, hingga regulator – kita dapat memetik manfaat IoT secara optimal tanpa terjerat risiko ancaman siber yang mengintai. Keamanan IoT adalah tanggung jawab bersama; hanya dengan kewaspadaan dan tindakan proaktif, era smart home dan internet of things dapat dijalani dengan aman dan berkelanjutan.

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz
Artikel Terpopuler
Tags: Kiamat Digital, Serangan Siber, Infrastruktur Kritis, Keamanan Nasional, Simulasi Siber
Baca SelengkapnyaBerita Teratas
Berlangganan Newsletter FOURTREZZ
Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.

PT. Tiga Pilar Keamanan
Grha Karya Jody - Lantai 3Jl. Cempaka Baru No.09, Karang Asem, Condongcatur
Depok, Sleman, D.I. Yogyakarta 55283
Informasi
Perusahaan
Partner Pendukung



