Jumat, 3 Januari 2025 | 2 min read | Andhika R

China Bantah Tuduhan Serangan Siber terhadap Departemen Keuangan AS

Pemerintah China dengan tegas membantah tuduhan bahwa negara tersebut mendukung serangan siber terhadap Departemen Keuangan Amerika Serikat, menyebut tuduhan itu sebagai hal yang "bermotif politik."

Pada Selasa (21/12/2024), juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, menyatakan bahwa tuduhan tersebut tidak berdasar dan tidak didukung oleh bukti yang valid. "China selalu menentang segala bentuk serangan siber dan lebih menentang penyebaran informasi palsu yang ditujukan untuk tujuan politik," ujar Mao Ning.

Kasus ini melibatkan pencurian kunci keamanan yang memungkinkan akses tidak sah ke dokumen-dokumen tidak rahasia di sistem Departemen Keuangan AS. Pelanggaran tersebut pertama kali terdeteksi oleh perusahaan keamanan siber BeyondTrust pada 8 Desember 2024 lalu.

Sebagai langkah mitigasi, Departemen Keuangan telah mematikan perangkat yang terdampak dan menyatakan bahwa tidak ada bukti akses lanjutan oleh peretas. Meski demikian, pejabat AS tetap menuding China berada di balik serangan tersebut, meskipun belum mengungkapkan bukti secara publik.

Baca Juga: Tantangan Siber Tahun 2025: Ancaman AI, Ransomware, dan Konflik Geopolitik

Insiden ini muncul setelah laporan terpisah tentang pelanggaran yang dilakukan oleh grup peretas asal China bernama Salt Typhoon. Grup ini dilaporkan telah menyusup ke sistem telekomunikasi AS, mencuri data percakapan telepon dan pesan teks dari pejabat tinggi AS, termasuk Presiden terpilih Donald Trump dan Wakil Presiden terpilih J.D. Vance.

Salt Typhoon disebut menargetkan jaringan perusahaan telekomunikasi besar seperti AT&T, Verizon, dan Lumen. Serangan ini semakin memperburuk hubungan kedua negara, terutama dalam hal keamanan siber.

Juru bicara Mao Ning menegaskan bahwa tuduhan seperti ini sering kali digunakan untuk menciptakan narasi politik yang merugikan China tanpa adanya bukti konkret. Beijing juga menyatakan bahwa tuduhan-tuduhan tersebut dirancang untuk memperkuat ketegangan antara dua negara di bidang teknologi dan keamanan digital.

Ketegangan antara Amerika Serikat dan China terkait keamanan siber bukanlah hal baru. Tuduhan-tuduhan serangan siber sebelumnya sering kali menjadi bagian dari konflik geopolitik yang lebih besar antara kedua negara.

Dengan situasi yang terus memanas, kedua belah pihak diharapkan dapat meningkatkan dialog dan kerja sama dalam mengelola isu-isu siber global. Hal ini penting agar insiden serupa dapat dicegah di masa depan dan hubungan internasional dapat berjalan lebih harmonis.

Bagikan:

Avatar

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz

Semua Artikel

Berlangganan Newsletter FOURTREZZ

Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.

Partner Pendukung

infinitixyberaditif

© 2025 PT Tiga Pilar Keamanan. All Rights Reserved.
Info Ordal