Selasa, 24 Juni 2025 | 2 min read | Andhika R
Hacker Muda Asal Sampit Masuk Top 10 Google Bug Hunter Indonesia
Rahmadhani Novian Jaya, atau akrab disapa Dhani, mencuat di dunia keamanan siber setelah dinobatkan sebagai salah satu dari Top 10 Google Bug Hunter di Indonesia. Pemuda berusia 21 tahun asal Sampit, Kalimantan Tengah ini membuktikan bahwa talenta digital tak hanya lahir dari kota-kota besar.
Dengan keahliannya, Dhani berhasil menemukan sejumlah kerentanan sistem (bug) pada layanan milik Google. Beberapa bug yang dilaporkannya berkaitan dengan keamanan pengguna dari sisi klien (client side), seperti celah Cross-Site Scripting (XSS) dan Bypass Content Security Policy (CSP).
“Secara teknis Google sudah aman, tapi masih bisa di bypass CSP. Itu bisa disisipi script berbahaya,” ungkap Dhani kepada detikKalimantan.
Atas kontribusinya, Dhani mendapat total penghargaan senilai Rp 170 juta dari Google. Pada Maret 2025, ia menerima USD 7.500 (sekitar Rp 120 juta), dan terbaru pada Juni sebesar USD 3.137 (sekitar Rp 51 juta). Di tingkat global, Dhani menempati peringkat ke-288 dari 1.723 peserta, dan masuk 10 besar di Indonesia.
Bakat Dhani di dunia siber bukan hal baru. Pada 2019, saat masih duduk di bangku SMK Negeri 2 Sampit, ia pernah menemukan kerentanan XSS di situs milik NASA. Meski tak direspons, ia kemudian mempublikasikan temuannya di blog Medium, yang masih bisa diakses hingga kini.
Baca Juga: Adidas Korea Umumkan Kebocoran Data Pelanggan, Jadi Insiden Kedua di Industri Fashion Bulan Ini
Dhani juga sempat membobol sistem ujian berbasis Computer-Based Test (CBT) sekolahnya. Ia menemukan celah yang memungkinkan akses dashboard admin dan seluruh data soal ujian. Beruntung, bakatnya dilihat sebagai potensi, bukan ancaman.
“Wali kelas saya waktu itu masih mempertahankan saya, dan kasih arahan biar lebih bijak pakai kemampuan ini,” tuturnya.
Petualangan Dhani di dunia hacking dimulai sejak SMP secara otodidak, terinspirasi dari film-film bertema hacker. Karena tak ada komunitas keamanan siber di Sampit, ia mendirikan komunitasnya sendiri bernama BorneoSec.
“Kami ingin buktikan Kalimantan juga bisa top di dunia siber,” ujar Dhani penuh semangat.
Meski prestasinya gemilang, Dhani menyadari dunia keamanan digital sangat dinamis. “Teknologi berubah cepat. Hari ini A, minggu depan sudah B. Harus terus belajar dan adaptif, apalagi dengan kehadiran AI sekarang,” ujarnya.
Ia juga menyinggung pentingnya membedakan antara hacker baik (white hat) dan peretas jahat (black hat). “White hat kayak saya bantu perusahaan. Black hat itu yang merusak demi keuntungan pribadi,” jelasnya.
Dhani kini tengah menempuh kuliah di Universitas Darwan Ali Sampit, jurusan Manajemen. Meski awalnya orang tuanya tidak tahu aktivitasnya, kini mereka memberikan dukungan penuh.
“Dulu dikira main laptop terus. Sekarang setelah lihat berita, ayah saya bilang ‘semangat terus anak gue,’” cerita Dhani sambil tersenyum.

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz
Artikel Terpopuler
Tags: Keamanan Aplikasi, Super App, Pengembang Aplikasi, Keamanan Siber, API Tersembunyi
Baca SelengkapnyaBerita Teratas
Berlangganan Newsletter FOURTREZZ
Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.