Mengelola Third Party Risk: Strategi Efektif untuk Melindungi Data Perusahaan

Dalam pengelolaan keamanan data perusahaan, satu aspek yang kerap terlewatkan namun memiliki potensi risiko besar adalah third party risk. Ketika perusahaan bekerja sama dengan vendor atau mitra eksternal, mereka secara tidak langsung memperluas permukaan serangan terhadap sistem dan data sensitif yang dimiliki. Third party risk bukan sekadar potensi ancaman—ini adalah tantangan nyata yang membutuhkan perhatian serius. Kegagalan dalam mengelola risiko ini dapat membuka celah keamanan yang signifikan, yang berpotensi dieksploitasi oleh pihak tidak bertanggung jawab.

Menghadapi tantangan ini, perusahaan perlu memahami mengapa third party risk menjadi isu kritis dan bagaimana strategi yang efektif dapat diterapkan untuk mengelolanya. Pada bagian selanjutnya, kita akan mendalami faktor-faktor yang menjadikan third party risk sebagai ancaman besar dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk melindungi data perusahaan secara menyeluruh.

 

Ilustrasi Artikel

 

Mengapa Third Party Risk Menjadi Masalah Besar?

Perusahaan modern semakin bergantung pada vendor dan pihak ketiga untuk mendukung berbagai aspek operasi mereka, mulai dari penyedia layanan cloud hingga manajemen infrastruktur TI. Ketergantungan ini memperluas permukaan serangan terhadap sistem keamanan perusahaan, menciptakan titik lemah yang rentan terhadap eksploitasi.

Salah satu contoh kasus terbaru yang menunjukkan dampak serius dari third party risk adalah insiden pada MoveIt yang terjadi pada tahun 2023, di mana grup ransomware CL0P mengeksploitasi kerentanan dalam perangkat lunak tersebut. Serangan ini tidak hanya mempengaruhi perusahaan yang secara langsung menggunakan MoveIt, tetapi juga merambat ke banyak organisasi lain yang terkait dalam rantai pasokan. Pada akhirnya, lebih dari 40% perusahaan yang mengalami kebocoran data melalui vendor terpengaruh oleh serangan ini, dengan kerugian finansial yang sangat besar, terutama di sektor kesehatan yang sangat rentan terhadap pelanggaran data (Prevalent, Black Kite).

Kasus seperti ini menunjukkan bahwa mengabaikan third party risk bukan hanya ancaman teoritis, tetapi sebuah kenyataan yang dapat menyebabkan kerusakan signifikan pada bisnis dan reputasi perusahaan. Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan untuk memperketat manajemen risiko pihak ketiga guna mencegah dampak yang merugikan.

 

Baca Juga: Cara Kerja dan Bahaya Serangan Zero-day bagi Sistem Keamanan

 

Jenis-jenis Risiko yang Ditimbulkan oleh Third Party

Ketika perusahaan membuka akses ke sistem dan data mereka kepada pihak ketiga, baik itu vendor, mitra bisnis, atau penyedia layanan, mereka juga membuka pintu bagi berbagai jenis risiko. Penting bagi perusahaan untuk memahami bahwa setiap hubungan dengan third party membawa potensi ancaman yang, jika tidak dikelola dengan baik, dapat mengakibatkan kerugian besar. Berikut adalah beberapa jenis risiko yang umumnya ditimbulkan oleh third party.

  1. Cybersecurity Threats dari Vendor
    Ancaman keamanan siber adalah salah satu risiko paling kritis yang muncul dari third party. Ketika vendor tidak menerapkan protokol keamanan yang memadai, mereka bisa menjadi titik masuk bagi serangan siber. Misalnya, sebuah serangan phishing yang berhasil di pihak vendor dapat dengan mudah menyebar ke jaringan perusahaan, menempatkan data sensitif dalam bahaya.
  2. Risiko Ketidakpatuhan Terhadap Regulasi
    Setiap perusahaan diharuskan mematuhi berbagai regulasi dan standar keamanan, seperti GDPR, HIPAA, atau ISO 27001. Jika vendor yang mereka gunakan gagal memenuhi standar ini, perusahaan tersebut juga bisa ikut bertanggung jawab. Risiko ketidakpatuhan ini tidak hanya dapat menyebabkan denda yang signifikan tetapi juga merusak reputasi perusahaan.
  3. Risiko Reputasi dan Operasional
    Kerjasama dengan pihak ketiga yang tidak dapat dipercaya atau yang terlibat dalam kegiatan tidak etis dapat merusak reputasi perusahaan secara keseluruhan. Selain itu, ketergantungan operasional pada vendor yang kurang stabil dapat mengganggu kelangsungan bisnis, mengakibatkan keterlambatan atau bahkan kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

Memahami dan mengidentifikasi jenis-jenis risiko ini adalah langkah pertama dalam upaya mitigasi yang efektif. Namun, mengenali risiko saja tidak cukup—perusahaan juga perlu menerapkan strategi yang komprehensif untuk mengelola risiko third party ini. Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas strategi-strategi tersebut, mulai dari evaluasi dan seleksi vendor hingga implementasi kebijakan keamanan yang ketat, untuk memastikan bahwa risiko-risiko ini dapat diminimalkan dan perusahaan tetap terlindungi.

Strategi Mengelola Third Party Risk

Mengelola third party risk dengan efektif membutuhkan pendekatan yang terstruktur dan menyeluruh. Beberapa strategi utama yang dapat diterapkan oleh perusahaan meliputi:

  1. Proses Evaluasi dan Seleksi Vendor yang Ketat
    Langkah pertama dalam mengelola risiko pihak ketiga adalah memastikan bahwa setiap vendor yang dipilih telah melalui proses evaluasi yang ketat. Ini termasuk menilai rekam jejak keamanan, kemampuan teknis, dan kepatuhan terhadap regulasi yang relevan. Perusahaan harus menetapkan kriteria yang jelas dan tidak boleh berkompromi dalam hal standar keamanan dan kepatuhan. Hanya vendor yang memenuhi semua kriteria yang dapat dipertimbangkan untuk kemitraan bisnis.
  2. Pentingnya Vendor Security Audit dan Kepatuhan Berkala
    Sekalipun vendor telah lolos proses seleksi awal, penting untuk melakukan security audit secara berkala. Audit ini bertujuan untuk memastikan bahwa vendor terus mematuhi standar keamanan yang telah disepakati dan tidak terjadi penurunan kualitas atau perubahan kebijakan yang bisa meningkatkan risiko. Kepatuhan berkala ini bukan hanya formalitas, tetapi langkah kritis untuk mendeteksi dan menangani potensi ancaman sebelum mereka berkembang menjadi masalah yang lebih besar.
  3. Implementasi Data Security Policy dan Perjanjian yang Kuat
    Setiap hubungan dengan pihak ketiga harus didukung oleh data security policy yang jelas dan perjanjian hukum yang kuat. Data security policy ini harus mencakup segala aspek perlindungan data, mulai dari enkripsi, akses kontrol, hingga prosedur penanganan insiden. Selain itu, perjanjian yang mengikat secara hukum harus dibuat untuk memastikan bahwa vendor bertanggung jawab atas keamanan data yang mereka kelola, dengan ketentuan sanksi yang jelas jika terjadi pelanggaran.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, perusahaan dapat secara signifikan mengurangi risiko yang muncul dari hubungan dengan pihak ketiga, memastikan bahwa mereka tidak hanya memenuhi standar operasional tetapi juga melindungi integritas dan keamanan data yang menjadi aset paling berharga.

 

Baca Juga: 10 Langkah Penting untuk Keamanan Aplikasi Mobile

 

Langkah-langkah Perlindungan Data dari Third Party Risk

Mengelola third party risk tidak hanya membutuhkan strategi yang kuat, tetapi juga implementasi langkah-langkah perlindungan yang konkret. Berikut adalah beberapa langkah penting yang dapat diambil untuk melindungi data perusahaan dari risiko yang timbul dari pihak ketiga:

  1. Penilaian Risiko Vendor Sebelum Kontrak
    Sebelum menandatangani kontrak dengan vendor, sangat penting untuk melakukan penilaian risiko menyeluruh. Ini mencakup evaluasi latar belakang keamanan vendor, sejarah pelanggaran data, serta kebijakan perlindungan data yang mereka terapkan. Penilaian ini membantu perusahaan memahami potensi risiko yang mungkin dihadapi dan memutuskan apakah vendor tersebut layak untuk dijadikan mitra bisnis.
  2. Pengawasan dan Pemantauan Berkelanjutan terhadap Kinerja Vendor
    Setelah kontrak ditandatangani, pengawasan tidak boleh berhenti di situ. Perusahaan harus secara berkelanjutan memantau kinerja vendor untuk memastikan bahwa mereka tetap mematuhi standar keamanan yang disepakati. Ini bisa mencakup audit berkala, pemantauan aktivitas jaringan, serta tinjauan reguler terhadap kebijakan dan praktik vendor.
  3. Penanganan Insiden Jika Terjadi Pelanggaran Data oleh Third Party
    Meskipun langkah-langkah pencegahan telah diambil, kemungkinan terjadinya pelanggaran data tetap ada. Oleh karena itu, perusahaan harus memiliki rencana penanganan insiden yang jelas dan cepat. Jika terjadi pelanggaran data oleh pihak ketiga, perusahaan harus segera mengisolasi masalah, memberitahu pihak terkait, dan mengambil tindakan untuk memitigasi dampak dari pelanggaran tersebut.

Kesimpulan

Mengelola third party risk adalah elemen krusial dalam menjaga keamanan data perusahaan. Risiko yang muncul dari hubungan dengan pihak ketiga tidak hanya berpotensi merusak integritas data, tetapi juga mengancam kelangsungan bisnis dan reputasi perusahaan. Oleh karena itu, langkah-langkah yang dibahas—mulai dari penilaian risiko sebelum kontrak, pemantauan berkelanjutan, hingga penanganan insiden—harus diimplementasikan dengan ketat. Perusahaan yang proaktif dalam mengelola risiko ini akan berada pada posisi yang lebih baik untuk melindungi data mereka dari ancaman yang semakin kompleks di era digital ini.

Andhika R.

Andhika R.

Digital Marketing at Fourtrezz

Amankan Bisnis Anda Setahun Penuh!

Pastikan keamanan bisnis Anda di dunia digital dengan paket pentest tahunan Fourtrezz. Dapatkan penawaran spesial sekarang juga!

Basic

  • 2 Target (Web, Mobile, & Desktop Apps)
  • Pendampingan saat Bug Fixing
  • 2x Re-Testing/App
  • Metode Gray Box atau Black Box
  • Report Komprehensif
  • Garda Siber Dashboard dan Vulnerability Scanner Tools

Premium

  • 3 Target (Web, Mobile, & Desktop Apps)
  • Pendampingan saat Bug Fixing
  • 2x Re-Testing/App
  • Metode Gray Box atau Black Box
  • Report Komprehensif
  • Garda Siber Dashboard dan Vulnerability Scanner Tools

Pro

  • 5 Target (Web, Mobile, & Desktop Apps)
  • Pendampingan saat Bug Fixing
  • 2x Re-Testing/App
  • Metode Gray Box atau Black Box
  • Report Komprehensif
  • Garda Siber Dashboard dan Vulnerability Scanner Tools

*Harga belum termasuk pajak

Artikel Teratas
Berita Teratas