Serangan Siber di Dunia Gaming: 132.000 Gamers dan Game Anak Jadi Target

Ilustrasi berita

Serangan siber kini menyasar sektor yang tidak diduga sebelumnya: dunia gaming. Sebanyak 132.000 pemain game dilaporkan menjadi target kejahatan siber, dengan mayoritas korban berasal dari kategori game anak-anak. Tren ini memprihatinkan, mengingat kelompok usia muda yang sering kali tidak menyadari risiko digital telah menjadi target utama.

Mengutip keterangan Kaspersky, Senin (9/9/2024), penjahat siber menyamarkan ancaman jadi video game populer yang menarget anak-anak. Sepanjang periode 1 Juli 2023 hingga 30 Juni 2024, terdapat 6,6 juta percobaan serangan.

Kemungkinan besar, para penjahat siber atau dunia maya memilih metode serangan ini didasarkan popularitas game di kalangan pemain dan kemampuan gamer memakai cheat dan mod. Hal ini karena sebagian besar mod dan cheat didistribusikan di situs web pihak ketiga, jadi penyerang menyamarkan malware dengan berpura-pura sebagai aplikasi ini.

Pelaku kejahatan siber memanfaatkan game populer untuk menyebarkan malware dan mencuri data pribadi, seperti informasi login, kredensial keuangan, hingga identitas virtual yang sering kali digunakan untuk pembelian dalam aplikasi.

Salah satu modus serangan yang paling banyak digunakan adalah melalui unduhan ilegal, cheat tools, atau add-ons game yang tampak sah tetapi sebenarnya mengandung malware. Para pemain yang tidak menyadari risiko ini mengunduh perangkat lunak yang mereka kira membantu dalam permainan, padahal itu adalah pintu masuk bagi penjahat siber. Selain itu, serangan melalui phishing di dalam platform game juga meningkat, di mana penjahat mengirim pesan yang berpura-pura dari pengembang game, menawarkan hadiah palsu untuk mendapatkan kredensial pengguna.

Selain itu, penjahat siber juga banyak mengaplikasikan AI guna otomatisasi dan personalisasi phishing yang lebih menarik untuk para gamer muda. Salah satu penipuan yang paling umum dalam game adalah tawaran untuk mendapat skin baru untuk karakter pemain. Skin ini meliputi pakaian atau armor untuk meningkatkan keterampilan sang hero.

 

Baca Juga: Indodax Dihantam Serangan Siber, Dana Investor Kripto Terancam

 

Selain iming-iming dapat skin, gamer juga ditawari mata uang dalam game, misalnya di game Pokemon Go, para pemain diminta memasukkan nama pengguna akun game. Selanjutnya calon korban diminta ikuti survei untuk membuktikan bahwa mereka bukan bot.

Game-game anak-anak yang populer di kalangan pemain muda menjadi sasaran empuk. Karakteristik usia muda membuat mereka lebih rentan terhadap taktik penipuan dan pencurian identitas. Berdasarkan laporan terbaru, sektor game ini menyumbang hampir 40% dari total serangan siber yang menyasar platform game secara global. Sebuah angka yang mencengangkan, dan jelas menunjukkan bahwa sektor gaming, terutama untuk anak-anak, memerlukan perlindungan lebih.

Dalam menghadapi ancaman ini, peran orang tua sangat penting. Memantau aktivitas anak-anak di dunia digital, termasuk dalam game online, adalah salah satu langkah krusial untuk melindungi mereka dari ancaman kejahatan siber. Memberikan edukasi tentang bahaya phishing, malware, dan taktik kejahatan siber lainnya akan membantu anak-anak lebih waspada dalam berinteraksi di dunia maya.

Peningkatan insiden kejahatan siber di dunia gaming menunjukkan bahwa para pemain, pengembang, dan platform penyedia layanan game perlu bersatu dalam memperkuat keamanan. Game yang tidak aman bukan hanya merugikan individu, tetapi juga mempengaruhi ekosistem digital secara luas.

Dengan situasi yang semakin berkembang, langkah-langkah pencegahan, seperti memperbarui perangkat lunak keamanan, memonitor aktivitas online, dan menghindari unduhan dari sumber yang tidak terpercaya, adalah kunci untuk mengurangi risiko serangan siber di platform game. Di era digital yang terus berkembang, kesadaran akan risiko-risiko ini harus menjadi bagian dari pengalaman bermain game.

Andhika R.

Andhika R.

Digital Marketing at Fourtrezz
Artikel Teratas