Strategi Efektif Melindungi Basis Data Kesehatan dari Ancaman Siber

Keamanan data di sektor kesehatan bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan mendesak. Institusi kesehatan menyimpan informasi yang sangat sensitif, seperti data pasien, yang menjadi target utama serangan siber. Ancaman ini terus berkembang, dengan pelanggaran data dan serangan ransomware yang semakin sering terjadi, memaksa institusi untuk memperkuat sistem keamanan mereka. Tanpa langkah perlindungan yang memadai, risiko kebocoran data bisa berdampak serius, tidak hanya bagi institusi, tetapi juga bagi privasi dan keselamatan pasien.

 

Ilustrasi Artikel

 

Statistik Pelanggaran Data di Sektor Kesehatan

Sektor kesehatan telah mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah pelanggaran data selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2023, data dari HIPAA Journal dan Department of Health and Human Services (HHS) Office for Civil Rights (OCR) menunjukkan adanya 725 insiden pelanggaran yang mengakibatkan tereksposnya 133 juta catatan pasien. Angka ini bukan hanya mengkhawatirkan, tetapi juga mencerminkan lonjakan besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Lebih mengejutkan lagi, antara Januari 2018 hingga September 2023, jumlah pelanggaran data yang disebabkan oleh serangan siber meningkat sebesar 239%, sementara serangan ransomware melonjak hingga 278%. Pada tahun 2019, serangan hacking menyumbang 49% dari total pelanggaran yang dilaporkan, namun pada tahun 2023, angka ini melonjak menjadi hampir 80%. Tren ini dengan jelas menggambarkan bahwa ancaman terhadap data kesehatan semakin meningkat dalam skala dan kompleksitasnya, menuntut perhatian serius dari semua pemangku kepentingan di sektor ini.

 

Baca Juga: Phishing: Ancaman Terbesar bagi Keamanan Siber di Sektor Pendidikan

 

Praktik Dasar Keamanan Siber untuk Basis Data

Menerapkan praktik keamanan siber dasar adalah fondasi penting dalam melindungi basis data, terutama di sektor kesehatan. Keamanan siber yang kuat dimulai dari langkah-langkah sederhana namun krusial seperti pembaruan perangkat lunak secara rutin, pengelolaan akses pengguna yang ketat, serta penerapan enkripsi data.

Strategi dasar ini meliputi memastikan semua sistem dan perangkat lunak selalu diperbarui untuk menutup celah keamanan yang dapat dimanfaatkan oleh penyerang. Selain itu, membatasi akses hanya kepada pengguna yang benar-benar membutuhkan, dan menerapkan autentikasi dua faktor dapat mencegah akses tidak sah ke data. Dengan pendekatan proaktif ini, risiko serangan siber dapat diminimalisir secara signifikan, menjaga integritas dan kerahasiaan data yang tersimpan.

Meningkatkan Keamanan dengan Arsitektur Zero Trust

Arsitektur Zero Trust adalah pendekatan keamanan yang tidak mempercayai siapa pun, baik di dalam maupun di luar jaringan, tanpa verifikasi yang ketat. Dalam konteks institusi kesehatan, konsep ini sangat penting untuk melindungi data sensitif pasien dari ancaman internal dan eksternal.

Penerapan Zero Trust dimulai dengan verifikasi identitas pengguna secara ketat setiap kali mereka mencoba mengakses data atau sistem, terlepas dari lokasi atau status mereka dalam jaringan. Langkah-langkah spesifik lainnya termasuk segmentasi jaringan untuk membatasi akses hanya ke bagian data yang relevan, serta pengawasan berkelanjutan terhadap aktivitas pengguna untuk mendeteksi dan merespons aktivitas mencurigakan dengan cepat. Dengan Zero Trust, institusi kesehatan dapat membangun lapisan perlindungan yang lebih kokoh, memastikan bahwa hanya entitas yang benar-benar terverifikasi yang dapat mengakses informasi kritis.

 

Baca Juga: Strategi Keamanan Siber yang Efektif untuk Melawan Serangan Ransomware

 

Pentingnya Pengujian Penetrasi untuk Basis Data Kesehatan

Pengujian penetrasi, atau yang sering disebut pentest, merupakan salah satu langkah kritis dalam memastikan keamanan basis data di sektor kesehatan. Pengujian ini berfungsi untuk mensimulasikan serangan siber nyata guna mengidentifikasi kerentanan dalam sistem yang mungkin tidak terlihat dalam kondisi normal. Melalui pentest, institusi kesehatan dapat menemukan titik lemah seperti celah keamanan dalam perangkat lunak, kesalahan konfigurasi, atau akses yang tidak sah.

Pengujian ini tidak hanya mengungkapkan kelemahan yang ada, tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana seorang penyerang potensial dapat memanfaatkan celah tersebut untuk mengakses data sensitif. Hasil dari pengujian penetrasi dapat digunakan untuk merumuskan strategi perbaikan yang spesifik dan efektif, sehingga institusi dapat mengambil tindakan korektif sebelum terjadi pelanggaran nyata. Dengan secara rutin melakukan pengujian penetrasi, institusi kesehatan dapat menjaga integritas sistem mereka dan meminimalisir risiko yang dapat berdampak serius pada keamanan data pasien.

Kesimpulan

Memastikan keamanan basis data di sektor kesehatan bukan hanya tentang mematuhi regulasi, tetapi juga tentang menjaga kepercayaan pasien dan melindungi informasi yang sangat sensitif. Dalam dunia di mana ancaman siber terus berkembang, institusi kesehatan harus mengadopsi strategi keamanan yang tidak hanya reaktif, tetapi juga proaktif.

Dengan mengintegrasikan praktik dasar keamanan siber, seperti pembaruan perangkat lunak dan pengelolaan akses, mengimplementasikan arsitektur Zero Trust yang memperketat kontrol akses, serta melakukan pengujian penetrasi secara rutin untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kerentanan, institusi dapat membangun benteng pertahanan yang tangguh.

Langkah-langkah ini bukan hanya sekedar rekomendasi, tetapi merupakan kebutuhan mendesak yang harus diambil untuk melindungi data pasien dari ancaman yang semakin kompleks dan canggih. Institusi kesehatan yang mengambil tindakan proaktif sekarang akan berada di posisi yang lebih baik untuk melindungi data mereka dan menjaga kepercayaan pasien dalam jangka panjang.

Andhika R.

Andhika R.

Digital Marketing at Fourtrezz

Amankan Bisnis Anda Setahun Penuh!

Pastikan keamanan bisnis Anda di dunia digital dengan paket pentest tahunan Fourtrezz. Dapatkan penawaran spesial sekarang juga!

Basic

  • 2 Target (Web, Mobile, & Desktop Apps)
  • Pendampingan saat Bug Fixing
  • 2x Re-Testing/App
  • Metode Gray Box atau Black Box
  • Report Komprehensif
  • Garda Siber Dashboard dan Vulnerability Scanner Tools

Premium

  • 3 Target (Web, Mobile, & Desktop Apps)
  • Pendampingan saat Bug Fixing
  • 2x Re-Testing/App
  • Metode Gray Box atau Black Box
  • Report Komprehensif
  • Garda Siber Dashboard dan Vulnerability Scanner Tools

Pro

  • 5 Target (Web, Mobile, & Desktop Apps)
  • Pendampingan saat Bug Fixing
  • 2x Re-Testing/App
  • Metode Gray Box atau Black Box
  • Report Komprehensif
  • Garda Siber Dashboard dan Vulnerability Scanner Tools

*Harga belum termasuk pajak

Artikel Teratas
Berita Teratas