Senin, 15 September 2025 | 12 min read | Andhika R
Two-Factor Authentication (2FA): Lapisan Keamanan Ekstra untuk Akun Online Anda
Dalam beberapa tahun terakhir, kasus peretasan akun online mengalami peningkatan pesat baik secara global maupun di Indonesia. Laporan mencatat bahwa secara global insiden pembajakan akun (account takeover) melonjak hingga sekitar 150% pada tahun 2024 dibanding tahun sebelumnya. Di Indonesia sendiri, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) melaporkan kenaikan insiden siber lebih dari 200% dalam kurun tiga tahun terakhir. Serangan-serangan ini kerap memanfaatkan kelemahan kredensial, seperti kata sandi yang lemah atau data login hasil bocoran, untuk membobol akun korban.
Kata sandi yang lemah atau mudah ditebak terbukti menjadi salah satu faktor utama banyaknya peretasan yang berhasil. Berbagai studi keamanan menunjukkan proporsi besar pelanggaran data melibatkan eksploitasi kata sandi. Sebagai contoh, sebuah laporan industri menemukan hingga 81% pelanggaran data berkaitan dengan pencurian atau kelemahan kata sandi pengguna. Artinya, mengandalkan password saja tidak lagi cukup untuk melindungi akun digital kita. Diperlukan lapisan keamanan tambahan agar meskipun kata sandi berhasil dibobol, akun tetap terlindungi dari akses ilegal.
Salah satu solusi efektif untuk masalah ini adalah penerapan Two-Factor Authentication (2FA) atau autentikasi dua faktor. Artikel ini akan menjelaskan apa itu 2FA, bagaimana cara kerjanya, serta mengapa langkah keamanan sederhana ini sangat penting untuk diterapkan oleh setiap pengguna internet.
Apa Itu Two-Factor Authentication (2FA)?
Two-Factor Authentication (2FA) atau autentikasi dua faktor adalah mekanisme keamanan di mana pengguna harus melewati dua tahap verifikasi identitas sebelum berhasil mengakses akun. Ini berarti selain memasukkan kata sandi sebagai faktor pertama, pengguna diwajibkan menyediakan faktor verifikasi kedua yang bersifat unik atau hanya dimiliki oleh pengguna tersebut. Contoh sederhana penerapan konsep 2FA dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari: saat menarik uang di ATM, Anda memerlukan kartu ATM (sesuatu yang Anda miliki) dan PIN rahasia (sesuatu yang Anda ketahui). Kombinasi dua elemen tersebut memastikan hanya pemilik sah yang dapat melakukan transaksi. Demikian pula dalam konteks online, 2FA menambahkan lapisan otentikasi ekstra di luar password, sehingga akun lebih terlindungi dari pembajakan meskipun kata sandi utama sudah diketahui peretas.
Berbeda dengan single-factor authentication (autentikasi satu faktor) yang hanya mengandalkan satu metode verifikasi (misalnya hanya password saja), 2FA mewajibkan dua bukti identitas yang berbeda. Keamanan pun menjadi jauh lebih kuat karena penyerang harus menembus dua jenis pertahanan sekaligus. Istilah 2FA sendiri merupakan bentuk khusus dari konsep lebih luas bernama multi-factor authentication (MFA). MFA mencakup penggunaan dua atau lebih faktor autentikasi. Artinya, semua 2FA adalah MFA (menggunakan dua faktor), tetapi tidak semua MFA terbatas pada dua faktor – ada sistem yang menerapkan tiga faktor atau lebih demi keamanan yang lebih tinggi. Baik 2FA maupun MFA bertujuan mengurangi risiko peretasan dengan menghindari ketergantungan pada satu titik kegagalan (single point of failure) berupa password saja.
Cara Kerja 2FA
Cara kerja 2FA pada intinya menggabungkan dua jenis faktor autentikasi berbeda untuk memverifikasi identitas pengguna. Prinsip ini sering dirangkum sebagai kombinasi “sesuatu yang Anda tahu” ditambah “sesuatu yang Anda punya” atau “sesuatu yang Anda adalah.” Sesuatu yang Anda tahu merujuk pada informasi yang hanya diketahui oleh pengguna, contohnya kata sandi atau PIN. Sesuatu yang Anda punya mengacu pada benda atau alat yang dimiliki pengguna, misalnya ponsel yang menerima kode OTP atau token perangkat keras khusus. Sedangkan sesuatu yang Anda adalah berkaitan dengan karakteristik biometrik unik pengguna, seperti sidik jari, pola wajah, atau pemindaian retina mata. Dengan mengombinasikan dua faktor dari kategori berbeda tersebut, 2FA memastikan bahwa jika satu faktor (misalnya kata sandi) berhasil dicuri, akun tetap tidak dapat diakses karena penyerang tidak memiliki faktor kedua yang diperlukan.
Berbagai metode 2FA yang umum digunakan antara lain: - Kode OTP via SMS: Sistem mengirimkan kode sandi sekali pakai (One-Time Password) melalui SMS ke ponsel pengguna. Kode ini biasanya berupa 4–6 digit angka yang harus dimasukkan setelah login dan umumnya hanya berlaku dalam beberapa menit. - Aplikasi Autentikator: Pengguna menggunakan aplikasi khusus (seperti Google Authenticator, Authy, atau Microsoft Authenticator) yang menghasilkan kode OTP secara offline setiap 30 detik atau 1 menit. Aplikasi ini ditautkan ke akun dan memberikan kode unik yang perlu dimasukkan setelah memasukkan password. - Token Perangkat Keras: Beberapa organisasi atau layanan menyediakan token fisik (perangkat keras) sebagai metode 2FA. Token ini bisa berupa alat kecil yang menampilkan kode OTP yang terus berubah, atau berupa USB security key yang harus dicolokkan/ditap ke perangkat saat login. Contoh populer adalah token RSA, key fob bank, atau kunci YubiKey. - Verifikasi Biometrik: Dalam beberapa kasus, biometrik digunakan sebagai faktor kedua. Misalnya, setelah memasukkan password, pengguna mungkin diminta memindai sidik jari atau wajah sebagai verifikasi tambahan. Metode biometrik memanfaatkan karakteristik fisik yang unik, sehingga sangat sulit dipalsukan oleh orang lain.
Sebagai ilustrasi konkret, misalkan Anda telah mengaktifkan 2FA di akun email atau media sosial. Ketika hendak login, setelah memasukkan kata sandi, sistem akan meminta Anda memasukkan kode OTP kedua yang dikirimkan ke ponsel (via SMS) atau yang dihasilkan oleh aplikasi autentikator di ponsel Anda. Hanya jika kode verifikasi kedua tersebut valid, barulah akses ke akun diberikan. Proses login dengan 2FA mungkin menambahkan sedikit langkah ekstra, namun keuntungannya adalah akun Anda menjadi jauh lebih aman dan kecil kemungkinannya untuk dibajak pihak tak berwenang.
Mengapa 2FA Penting?
Banyak serangan siber yang memanfaatkan kelemahan kata sandi dapat dicegah dengan adanya lapisan 2FA. Tanpa 2FA, begitu peretas mengetahui atau menebak password seseorang (entah melalui teknik phishing, brute force, ataupun kebocoran data), mereka dapat langsung masuk dan mengambil alih akun korban. Namun dengan 2FA, meskipun pelaku berhasil mendapatkan kata sandi, mereka tetap terhalang oleh langkah verifikasi kedua yang tidak dapat diakses sembarang orang. Ibarat pintu dengan dua kunci, membobol satu kunci saja tidak cukup untuk masuk.
Fakta di lapangan mendukung efektivitas 2FA. Microsoft pernah mengungkapkan bahwa lebih dari 99,9% akun yang dibobol tidak menggunakan autentikasi dua faktor. Sebaliknya, akun-akun yang sudah mengaktifkan 2FA sangat jarang mengalami pembajakan karena pelaku kejahatan kesulitan melewati hambatan ekstra tersebut. Pihak Google juga melaporkan hasil serupa: setelah mewajibkan verifikasi dua langkah bagi sekitar 150 juta pengguna pada tahun 2021, terjadi penurunan lebih dari 50% dalam jumlah akun yang dibajak di kelompok pengguna tersebut. Angka-angka ini menunjukkan bahwa menambahkan faktor kedua secara drastis menurunkan risiko akun terkena serangan, baik itu serangan terotomasi maupun upaya phishing yang lebih terarah.
Melihat manfaat tersebut, tidak mengherankan jika berbagai otoritas dan pakar keamanan merekomendasikan penggunaan 2FA secara luas. BSSN dalam panduan keamanannya mengimbau masyarakat untuk mengaktifkan fitur verifikasi dua langkah di setiap layanan online yang digunakan, terutama untuk akun-akun penting. NIST (National Institute of Standards and Technology) di Amerika Serikat juga menetapkan autentikasi multi-faktor sebagai standar praktik terbaik dalam pengamanan identitas digital. Perusahaan teknologi besar pun gencar mendorong 2FA: Google misalnya, mulai menerapkan verifikasi 2 langkah secara default bagi pengguna Gmail dan layanan lainnya; Meta (induk Facebook dan Instagram) secara rutin mengingatkan pengguna untuk mengaktifkan 2FA demi melindungi akun sosial media; dan Microsoft mewajibkan 2FA bagi admin serta merekomendasikannya untuk semua pengguna layanan cloud-nya. Intinya, 2FA telah dianggap sebagai langkah fundamental yang seharusnya diadopsi oleh setiap pengguna internet guna mengamankan akun dan data pribadinya.
Kelebihan dan Kelemahan 2FA
Seperti halnya mekanisme keamanan lainnya, 2FA memiliki kelebihan sekaligus beberapa keterbatasan. Berikut ini rincian keunggulan dan potensi kelemahannya:
Kelebihan 2FA: - Keamanan Lebih Tinggi: 2FA menambahkan lapisan verifikasi ekstra. Meskipun kata sandi utama Anda bocor atau ditebak orang lain, mereka tetap membutuhkan faktor kedua untuk masuk. Hal ini membuat akun Anda jauh lebih sulit dibobol. - Menangkal Beragam Serangan: Autentikasi dua faktor efektif mencegah berbagai serangan umum seperti phishing dan brute force. Password saja mudah dicuri via rekayasa sosial atau ditebak oleh bot, tetapi dengan 2FA upaya tersebut akan gagal tanpa kode atau faktor tambahan yang valid. - Didukung Luas & Mudah Diimplementasi: Sebagian besar platform populer (email, media sosial, perbankan, dll.) telah mendukung 2FA dan menyediakan panduan aktivasinya. Banyak metode 2FA pun dirancang cukup mudah digunakan — misalnya notifikasi persetujuan sekali klik di aplikasi, kode OTP yang dikirim via SMS, atau antarmuka aplikasi autentikator yang simpel — sehingga pengguna awam dapat memanfaatkannya tanpa kesulitan berarti.
Kelemahan 2FA: - Ketergantungan pada Perangkat/Teknologi: 2FA umumnya memerlukan perangkat tambahan yang harus Anda miliki (ponsel, token, dll.). Jika perangkat tersebut hilang, rusak, atau tidak dapat diakses, Anda bisa mengalami kesulitan login ke akun sendiri. Contohnya, bila ponsel Anda (yang terpasang aplikasi autentikator atau kartu SIM untuk OTP SMS) hilang, maka proses masuk akan terhambat jika tidak ada metode cadangan. - Vulnerabilitas pada Metode Tertentu: Beberapa metode 2FA masih memiliki celah keamanan. OTP via SMS, misalnya, rentan terhadap teknik SIM swap (peretas menggandakan atau mengambil alih nomor ponsel korban) maupun penyadapan SMS. Selain itu, pengguna bisa saja tertipu serangan sosial (social engineering) canggih di mana mereka secara tak sadar memberitahukan kode OTP kepada pelaku. Kasus seperti ini menunjukkan bahwa 2FA berbasis SMS/telepon masih dapat dibobol jika faktor manusia lalai. - Sedikit Menambah Langkah Login: Dari sisi pengalaman pengguna, 2FA berarti ada langkah ekstra setiap kali login. Bagi sebagian orang, harus memasukkan kode OTP atau memindai sidik jari setiap login terasa merepotkan. Akibatnya, ada yang enggan mengaktifkan 2FA di semua akun. Meskipun demikian, sedikit ketidaknyamanan ini sebanding dengan manfaat keamanan yang diberikan, mengingat potensi kerugian jika akun diretas jauh lebih besar daripada usaha ekstra untuk mengetikkan sebuah kode.
Walaupun memiliki beberapa kelemahan, risiko-risiko di atas dapat diminimalkan dengan penanganan yang tepat. Misalnya, ancaman pada metode SMS dapat diatasi dengan beralih ke aplikasi autentikator atau kunci keamanan fisik yang tidak bergantung pada operator seluler. Pengguna juga sebaiknya menyiapkan kode cadangan (backup codes) yang disediakan saat mengaktifkan 2FA, lalu menyimpannya di tempat aman (misalnya dicetak di kertas dan disimpan offline). Dengan backup codes, Anda masih dapat masuk ke akun jika perangkat 2FA hilang atau tidak bisa digunakan. Dengan kata lain, dengan perencanaan dan penggunaan metode 2FA yang tepat, manfaat keamanannya jauh lebih besar daripada kerepotan atau risikonya.
Penerapan Praktis 2FA
Mengaktifkan 2FA pada berbagai layanan digital saat ini relatif mudah. Berikut adalah beberapa tips penerapan 2FA di platform populer serta hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Media Sosial (Instagram, Facebook, Twitter/X): Platform media sosial populer menyediakan opsi 2FA di menu pengaturan akun (Settings > Security atau Password & Security). Anda dapat memilih metode verifikasi seperti OTP via SMS, aplikasi autentikator, ataupun notifikasi login ke perangkat terdaftar. Sangat disarankan untuk mengaktifkan 2FA di media sosial, mengingat akun-akun ini kerap menjadi target pembajakan oleh oknum yang ingin menyalahgunakan profil atau data pribadi Anda.
- Layanan Email (Gmail, Outlook): Penyedia email terkemuka sudah menerapkan 2FA sebagai standar keamanan akun. Di Gmail, fitur ini dikenal sebagai Verifikasi 2 Langkah, sedangkan Microsoft Outlook menyebutnya Two-Step Verification. Prosesnya umumnya melibatkan penambahan nomor telepon terpercaya atau aplikasi autentikator ke akun email Anda. Mengaktifkan 2FA di email sangat krusial karena email sering menjadi pintu gerbang ke akun-akun lain (misalnya digunakan untuk reset password layanan lain). Dengan 2FA, jika ada orang lain yang mengetahui kata sandi email Anda, mereka tetap tidak bisa masuk tanpa kode verifikasi tambahan.
- Simpan Kode Cadangan: Saat mengaktifkan 2FA, hampir semua layanan akan memberikan kode cadangan (backup codes). Jangan abaikan langkah ini – segera simpan kode-kode tersebut di tempat yang aman dan terpisah dari perangkat utama Anda. Contohnya, Anda bisa mencetaknya di selembar kertas dan menyimpannya di dompet atau brankas, atau menyimpan secara terenkripsi di aplikasi pengelola kata sandi. Kode cadangan ini berguna sebagai akses darurat jika, misalnya, ponsel Anda hilang atau Anda tidak dapat menerima OTP di perangkat. Tanpa backup codes, Anda berisiko terkunci dari akun sendiri bila faktor 2FA utama tidak tersedia.
- Gunakan Aplikasi Autentikator: Para pakar merekomendasikan penggunaan aplikasi autentikator ketimbang SMS untuk lapisan keamanan yang lebih kuat. Aplikasi seperti Google Authenticator, Authy, dan Microsoft Authenticator merupakan pilihan populer. Kelebihan utamanya, kode OTP dihasilkan secara lokal di ponsel Anda dan tidak dikirim melalui jaringan seluler, sehingga terhindar dari risiko penyadapan. Beberapa aplikasi (contohnya Authy) juga menyediakan fitur pencadangan terenkripsi ke cloud, yang membantu memulihkan akun 2FA Anda jika berganti perangkat. Pastikan mengamankan aplikasi autentikator Anda dengan PIN atau biometrik, agar jika ponsel jatuh ke tangan orang lain, mereka tidak bisa melihat kode OTP Anda.
2FA dalam Konteks Keamanan Siber yang Lebih Luas
Di ranah keamanan siber modern, autentikasi dua faktor merupakan bagian dari strategi yang lebih besar, salah satunya konsep Zero Trust Security. Zero Trust adalah pendekatan keamanan di mana setiap akses harus diverifikasi terlebih dahulu, tanpa ada kepercayaan otomatis meskipun pengguna berada di dalam jaringan internal. Dalam model Zero Trust, penggunaan 2FA menjadi krusial karena setiap kali pengguna mencoba mengakses sistem atau data, ia wajib melalui verifikasi multi-faktor. Hal ini memastikan bahwa orang yang mengakses benar-benar terotorisasi, dan menghalau penyusup yang mungkin telah mendapatkan password saja melalui cara ilegal. Dengan kata lain, 2FA membantu menerapkan prinsip “never trust, always verify” dalam Zero Trust Architecture.
Penerapan 2FA juga semakin luas di lingkungan perusahaan dan institusi. Banyak organisasi kini mewajibkan autentikasi dua faktor bagi karyawan saat mengakses VPN, email kantor, atau aplikasi bisnis penting. Di sektor finansial dan perbankan digital, 2FA (misalnya via OTP SMS atau token) sudah menjadi standar untuk melindungi transaksi nasabah dan data keuangan. Beberapa regulasi industri bahkan mensyaratkan penggunaan MFA untuk mematuhi standar kepatuhan (compliance) dan melindungi data sensitif pelanggan. Dengan menerapkan 2FA di seluruh titik akses penting (baik untuk pengguna internal maupun pelanggan), perusahaan dapat secara signifikan menekan risiko pencurian data, penyusupan akun, dan kerugian finansial akibat cyber attack.
Selain teknologi, faktor manusia juga berperan besar dalam efektivitas keamanan 2FA. Perusahaan sebaiknya mengadakan program edukasi keamanan siber bagi karyawan, dengan menekankan pentingnya 2FA. Karyawan perlu diberi pemahaman untuk selalu mengaktifkan 2FA pada akun-aplikasi yang mereka gunakan dalam pekerjaan (misalnya akun email perusahaan, akun cloud storage, akun admin sistem, dan lain-lain). Pelatihan ini juga harus mencakup cara penggunaan 2FA dengan benar serta prosedur jika autentikator hilang atau bermasalah. Dengan edukasi yang tepat, budaya keamanan akan terbangun dan karyawan tidak akan menganggap remeh langkah-langkah seperti 2FA. Kombinasi antara kebijakan keamanan (seperti mewajibkan 2FA) dan kesadaran pengguna di dalam organisasi merupakan kunci sukses mencegah insiden siber yang berasal dari kelalaian manusia.
Kesimpulan
Autentikasi dua faktor (2FA) adalah langkah sederhana namun sangat efektif untuk mencegah pembajakan akun online. Dengan 2FA, kita menambahkan penghalang ekstra bagi penjahat siber sehingga keamanan akun meningkat drastis. Di tengah maraknya ancaman phishing, malware, dan kebocoran data, 2FA bisa menjadi pembeda antara akun yang aman dan akun yang rentan dibobol. Oleh karena itu, setiap pengguna internet sebaiknya segera mengaktifkan 2FA di akun-akun utamanya – mulai dari email, media sosial, hingga akun finansial – sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz
Artikel Terpopuler
Tags: Autentikasi Dua Faktor, Keamanan Akun, Keamanan Siber, Aplikasi Autentikator, Proteksi Data
Baca SelengkapnyaBerita Teratas
Berlangganan Newsletter FOURTREZZ
Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.