Senin, 2 Juni 2025 | 3 min read | Andhika R

Credential Stuffing: Ancaman Siber yang Mengincar Akun Digital dan Crypto Exchange

Di era digital yang semakin terhubung, credential stuffing muncul sebagai salah satu metode serangan siber paling umum dan berbahaya. Teknik ini telah menjadi momok menakutkan bagi pengguna internet, khususnya yang aktif menggunakan layanan keuangan digital dan platform exchange aset kripto.

Credential stuffing terjadi ketika peretas memanfaatkan kombinasi username dan password yang diperoleh dari kebocoran data untuk masuk ke akun-akun lain yang menggunakan kredensial serupa. Serangan ini kerap dilakukan secara otomatis dengan bot, yang dapat mencoba ribuan kombinasi login hanya dalam hitungan menit.

Serangan credential stuffing memanfaatkan kebiasaan banyak pengguna internet yang menggunakan password yang sama di berbagai layanan online. Ketika data dari satu layanan—seperti platform streaming atau media sosial—dibobol, peretas akan mencoba data tersebut di situs lain, termasuk layanan email, e-commerce, hingga exchange kripto.

Baca Juga: Serangan Siber Lumpuhkan Klinik Swasta di Rusia, Kelompok Pro-Ukraina Klaim Bertanggung Jawab

Jika pengguna menggunakan kombinasi login yang sama, akun mereka sangat rentan diambil alih. Perbedaan utama credential stuffing dengan brute force attack adalah:

  • Credential Stuffing: Menggunakan data login valid hasil kebocoran.
  • Brute Force: Menebak kombinasi password secara acak tanpa data bocor.

Dengan kata lain, credential stuffing lebih efisien dan sulit terdeteksi dibanding metode konvensional seperti brute force.

Exchange kripto menjadi target empuk karena nilai aset digital yang tinggi dan sifat transaksi yang irreversible. Dampak credential stuffing terhadap akun pengguna sangat serius, di antaranya:

  • Akses ilegal ke akun pengguna
  • Pencurian aset digital yang tidak dapat dikembalikan
  • Menurunnya reputasi dan kepercayaan publik terhadap platform exchange

Credential stuffing hanya berhasil jika pengguna lalai menjaga keamanan akun mereka. Berikut lima langkah penting untuk menghindarinya:

  1. Gunakan Password Unik dan Kuat
    Buat kombinasi password yang rumit dan berbeda untuk setiap akun. Hindari penggunaan nama, tanggal lahir, atau kata umum.
  2. Aktifkan Autentikasi Dua Faktor (2FA)
    Lapisan keamanan tambahan ini akan mencegah akses meskipun peretas memiliki password kamu.
  3. Gunakan Password Manager
    Alat ini menyimpan dan mengenkripsi semua password kamu secara aman, serta memudahkan pembuatan password acak yang kuat.
  4. Waspadai Phishing dan Kebocoran Data
    Jangan klik tautan mencurigakan. Cek secara berkala apakah email kamu terlibat dalam kebocoran data di situs seperti Have I Been Pwned.
  5. Selalu Logout dari Perangkat Publik
    Jangan biarkan akunmu tetap login di perangkat bersama atau menyimpan password di browser tanpa perlindungan.

Masih banyak pengguna yang meremehkan pentingnya password manager karena merasa mampu mengingat semua password sendiri atau mencatatnya secara manual. Padahal, kebiasaan ini sangat rentan. Password manager seperti Bitwarden, 1Password, atau LastPass menawarkan solusi aman, praktis, dan modern untuk menghindari reuse password (penyebab utama credential stuffing).

Credential stuffing bukan sekadar istilah teknis, ia adalah ancaman nyata yang mengincar siapa pun yang menggunakan layanan digital. Dengan pemahaman yang baik dan penerapan langkah perlindungan yang tepat, kita semua bisa menjadi lebih tangguh menghadapi risiko siber yang semakin kompleks.

Bagikan:

Avatar

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz

Semua Artikel

Artikel Terpopuler

Berlangganan Newsletter FOURTREZZ

Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.

Partner Pendukung

infinitixyberaditif

© 2025 PT Tiga Pilar Keamanan. All Rights Reserved.
Info Ordal