Jumat, 24 Oktober 2025 | 14 min read | Andhika R

Ekonomi Digital Indonesia: Apakah Pertumbuhan E-Commerce Membawa Risiko Keamanan Baru?

Perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi telah membawa Indonesia memasuki era transformasi digital yang mendasar. Digitalisasi menjadi faktor kunci dalam pertumbuhan ekonomi dan efisiensi bisnis, khususnya dalam memperkuat perdagangan dalam negeri. Transformasi digital mencakup pemanfaatan internet, komputasi awan, kecerdasan buatan (AI), big data, serta platform digital dalam berbagai sektor ekonomi. Dengan penetrasi internet yang tinggi—di tahun 2024 sekitar 72,78% penduduk Indonesia telah mengakses internet pada tahun tersebut—masyarakat luas semakin siap mengadopsi teknologi digital. Keuntungan digitalisasi bagi perdagangan dalam negeri meliputi perluasan akses pasar, peningkatan efisiensi distribusi, serta meningkatnya inovasi produk dan layanan. Konektivitas yang luas dan teknologi modern membuat pelaku usaha dapat lebih mudah melakukan transaksi, riset pasar, hingga promosi dengan biaya yang lebih rendah. Di samping itu, perubahan perilaku konsumen menuju gaya hidup daring membuka peluang baru bagi pelaku usaha lokal untuk meningkatkan pangsa pasar domestik.

Ekonomi Digital Indonesia Apakah Pertumbuhan E-Commerce Membawa Risiko Keamanan Baru.webp

Perkembangan Ekonomi Digital di Indonesia

Ekonomi digital Indonesia tumbuh sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2024 yang dirilis Google bersama Temasek dan Bain & Company, nilai pasar ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai US$ 90 miliar pada tahun 2024, naik sekitar 13% dibanding tahun sebelumnya. Indonesia menjadi pasar ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Kontribusi utama berasal dari sektor e-commerce, yang pada 2024 menyumbang GMV sekitar US$ 65 miliar. Sektor e-commerce terus berinovasi, misalnya dengan fitur video commerce dan interaksi kreator konten, sehingga meningkatkan pengalaman belanja pengguna dan keterlibatan konsumen. Selain itu, sektor layanan keuangan digital (fintech) dan pariwisata daring juga mengalami pertumbuhan kuat. Pembayaran digital mencatat peningkatan volume transaksi yang signifikan, dan layanan pinjaman digital turut membantu ekspansi UMKM ke platform online.

Secara lebih spesifik, data Bank Indonesia menunjukkan nilai transaksi e-commerce di dalam negeri mengalami lonjakan signifikan selama lima tahun terakhir. Transaksi e-commerce yang semula sekitar Rp 205,5 triliun pada tahun 2019 meningkat menjadi sekitar Rp 487,0 triliun pada tahun 2024. Lompatan terbesar terjadi pada tahun 2021 (sekitar +50% YoY), didorong oleh pergeseran perilaku konsumen selama pandemi yang lebih sering berbelanja daring. Meskipun terjadi sedikit penurunan pada tahun 2023 (sekitar -4,7%) saat ekonomi mulai pulih, sektor ini kembali pulih pada tahun 2024. Tren jangka panjang diperkirakan positif, dengan pemulihan permintaan dan adaptasi lebih lanjut oleh pelaku usaha.

Pertumbuhan pesat tersebut didorong oleh beberapa faktor. Pertama, ketersediaan infrastruktur digital dan penetrasi internet yang tinggi membuat masyarakat semakin mudah mengakses layanan daring. Misalnya, kehadiran jaringan 4G/5G dan proyek Palapa Ring telah memperluas jangkauan internet hingga daerah-daerah pelosok. Kedua, inovasi teknologi pembayaran digital seperti e-wallet, QR Code, dan sistem paylater memudahkan transaksi tanpa uang tunai. Hal ini meningkatkan kenyamanan konsumen dan mempercepat proses pembayaran secara elektronik. Ketiga, ekspansi social commerce di media sosial juga memperkuat pertumbuhan e-commerce. Platform seperti TikTok Shop, WhatsApp Commerce, dan fitur belanja langsung di aplikasi pesan instan semakin diminati, karena menjalin hubungan penjual–pembeli yang lebih interaktif. Keempat, dukungan infrastruktur logistik semakin handal. Layanan pengiriman cepat dan terjangkau, yang didukung dengan sistem pelacakan real-time, memperlancar distribusi barang ke seluruh nusantara. Fasilitas logistik digital ini meningkatkan kepercayaan konsumen karena barang dapat sampai tepat waktu. Kelima, strategi diskon dan promosi besar-besaran. Pada momen-momen belanja nasional seperti Harbolnas, Ramadan, dan 12.12, marketplace dan toko daring menawarkan potongan harga besar. Program-program promosi ini mendorong volume transaksi meningkat secara drastis pada periode tersebut.

Pada tahun-tahun mendatang, ekonomi digital Indonesia diperkirakan terus berkembang. Sektor e-commerce akan memperluas basis pengguna dan menambah jumlah UMKM yang bergabung ke platform digital. Sementara itu, penggunaan big data dan AI untuk analisis pasar akan semakin marak, sehingga bisnis lokal dapat mengoptimalkan strategi pemasaran. Secara umum, ekonomi digital diharapkan menjadi tulang punggung perekonomian modern Indonesia, dengan kontribusi yang terus tumbuh terhadap pendapatan nasional.

Peran E-Commerce dalam Perdagangan Dalam Negeri

E-commerce menjadi motor utama dalam perdagangan dalam negeri yang terdigitalisasi. Platform marketplace besar seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak, dan Lazada memfasilitasi jutaan pedagang lokal menjual produk mereka secara online. Berdasarkan Survei E-Commerce 2024 oleh BPS, tercatat sekitar 3,82 juta pelaku usaha telah melakukan kegiatan e-commerce hingga akhir 2023. Angka ini tersebar di seluruh Indonesia, dengan konsentrasi terbanyak di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan DIY, menunjukkan bahwa digitalisasi perdagangan telah merata. Persentase usaha yang sudah terlibat dalam e-commerce mencapai sekitar 41,5%, menandakan bahwa transformasi digital sektor UMKM terus berkembang pesat. Peningkatan ini memperlihatkan kesiapan Indonesia memasuki era ekonomi digital, dengan dukungan pemerintah dan swasta dalam penguatan infrastruktur serta literasi digital.

Beberapa manfaat e-commerce bagi perdagangan dalam negeri adalah:

  • Akses Pasar Lebih Luas: Pemanfaatan platform digital memungkinkan pelaku usaha, khususnya UMKM, memasarkan produk ke konsumen di berbagai daerah tanpa harus membangun jaringan distribusi fisik yang kompleks. Hal ini mengatasi kendala jarak dan geografis, sehingga pelaku usaha di pelosok dapat menjangkau pasar hingga kota besar dengan biaya relatif rendah. Produk lokal kini berpotensi dikenal di seluruh nusantara, mendukung pemerataan peluang bisnis.
  • Fleksibilitas dan Efisiensi Operasional: Berbagai alat digital seperti sistem manajemen inventori, pembayaran elektronik, dan layanan logistik berbasis teknologi mempermudah pengelolaan usaha. Pedagang dapat menjalankan toko daring 24 jam tanpa harus membuka gerai fisik, sehingga mengurangi biaya operasional. Pembayaran digital dan pembukuan otomatis juga mempercepat arus kas dan mengurangi risiko kesalahan manual, yang meningkatkan daya saing bisnis kecil.
  • Transparansi dan Keterlacakan: Sistem e-commerce modern menyediakan fitur pelacakan pesanan (tracking) dan verifikasi digital. Konsumen dapat memantau status pengiriman barang secara real-time, sementara penjual dapat mengelola stok dan rantai pasok dengan data yang jelas. Transparansi semacam ini meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perdagangan dalam negeri, karena kualitas layanan dan produk dapat lebih terjamin.
  • Peningkatan Literasi Digital Pelaku Usaha: Keharusan berjualan online telah mendorong pelaku usaha untuk belajar teknologi baru. Pemerintah dan lembaga swasta sering mengadakan pelatihan manajemen e-commerce dan pemasaran digital kepada UMKM. Akibatnya, banyak pelaku usaha kini lebih mahir menggunakan media sosial, melakukan analisis pasar sederhana, serta menerapkan strategi pemasaran daring untuk meningkatkan penjualan.
  • Integrasi Ekosistem Lokal: Platform dagang daring juga mendorong kolaborasi antar pelaku lokal, misalnya melalui komunitas bisnis online atau koperasi digital. Terdapat pendampingan komunitas yang menghubungkan produsen, pemasok bahan baku, dan distributor lokal ke dalam satu jaringan kerja. Kolaborasi semacam ini memperkuat rantai nilai lokal dan membantu produk-produk nusantara bersaing lebih baik di pasar domestik.

Meskipun banyak manfaat, ekspansi e-commerce di tingkat domestik menghadapi tantangan seperti kesenjangan infrastruktur di daerah terpencil, ketangguhan bisnis tradisional bertransformasi, serta persaingan harga yang ketat. Namun tren peningkatan jumlah platform e-commerce dan program literasi digital pemerintah terus mengurangi hambatan-hambatan tersebut.

Pemanfaatan Big Data dan Kecerdasan Buatan

Pemanfaatan big data dan kecerdasan buatan (AI) menjadi pendorong penting dalam transformasi perdagangan digital. Big data mengacu pada pengumpulan data besar dari berbagai sumber—mulai dari riwayat transaksi, analisis perilaku pengguna, hingga interaksi di media sosial—yang kemudian diolah untuk mendapatkan wawasan bisnis. Sementara itu, AI berupa algoritma pembelajaran mesin memungkinkan bisnis memprediksi tren dan membuat keputusan otomatis berbasis data tersebut.

Di sektor ritel online, perusahaan e-commerce menggunakan AI untuk rekomendasi produk personalisasi. Dengan menganalisis data perilaku konsumen, platform dapat menyarankan barang yang relevan secara individual, sehingga meningkatkan kemungkinan pembelian dan kepuasan pelanggan. Contohnya, sistem rekomendasi AI membantu Tokopedia dan Shopee menampilkan pilihan produk sesuai preferensi pembeli, memperbesar potensi pendapatan. Selain itu, AI juga digunakan untuk analisis tren permintaan. Dengan mengolah data penjualan, promosi, dan ulasan pelanggan, pelaku usaha dapat memprediksi produk mana yang akan laris di masa mendatang, sehingga perencanaan stok dan produksi menjadi lebih efisien.

Big data dan AI juga banyak digunakan di sektor logistik dan manufaktur dalam negeri. Misalnya, optimalisasi rantai pasok dapat dilakukan dengan sistem prediktif: data cuaca, lalu lintas, dan permintaan konsumen dianalisis untuk merencanakan rute pengiriman yang paling efisien dan tepat waktu. Di industri pengolahan, kecerdasan buatan dalam sistem quality control membantu memantau kualitas produk secara otomatis, sehingga produsen dapat mempertahankan standar mutu yang tinggi. Secara keseluruhan, manfaat big data dan AI dalam perdagangan dalam negeri antara lain: - Analisis Pasar yang Mendalam: Big data memungkinkan penelitian pasar yang lebih rinci, mencakup demografi dan sentimen konsumen. Bisnis dapat menyusun strategi pemasaran yang terarah berdasarkan wawasan tersebut. - Personalisasi Penawaran: AI memproses perilaku individu untuk menawarkan promosi atau iklan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing pelanggan, meningkatkan efektivitas penjualan dan retensi pelanggan. - Efisiensi Operasional: Penerapan AI dalam otomasi administrasi (seperti chatbot layanan pelanggan, manajemen gudang otomatis, dan sistem keuangan digital) mengurangi beban kerja manual dan meminimalkan kesalahan manusia. - Keamanan Siber: AI juga digunakan untuk mendeteksi pola ancaman siber pada transaksi online, misalnya untuk mengidentifikasi upaya penipuan kartu kredit atau peretasan akun, sehingga melindungi konsumen dan pedagang dari risiko digital. - Inovasi Produk dan Layanan: Pemanfaatan AI mendorong penciptaan layanan baru, misalnya asisten belanja berbasis suara, aplikasi rekomendasi produk, atau teknologi augmented reality untuk mencoba produk secara virtual sebelum membeli.

Pemanfaatan teknologi ini terus berkembang di dalam negeri. Banyak startup teknologi lokal, khususnya di Jakarta dan Bandung, mengembangkan solusi berbasis big data dan AI untuk sektor perdagangan dan logistik. Pemerintah pun mendorong inisiatif Industry 4.0 dan 5.0 yang menekankan adopsi teknologi mutakhir dalam meningkatkan daya saing industri nasional.

Perlindungan Konsumen dan Pengawasan Produk

Seiring transformasi digital, aspek perlindungan konsumen menjadi semakin krusial. Perdagangan daring membuka beragam pilihan produk, namun juga tantangan pengawasan mutu dan keamanan transaksi. Pemerintah menetapkan regulasi untuk memastikan kepuasan dan perlindungan konsumen. Misalnya, Peraturan Presiden No. 49/2024 tentang Strategi Nasional Perlindungan Konsumen memberikan kerangka bagi pengawasan perdagangan elektronik dan perlindungan hak-hak konsumen di era digital.

Beberapa upaya yang dilakukan meliputi: - Penguatan Kerja Sama Lintas Sektor: Kementerian Perdagangan, Kominfo, Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), serta lembaga regulator seperti BPOM (Obat dan Makanan) dan LPPOM MUI (halal) berkoordinasi memantau pasar daring. Sebagai contoh, BPOM menandatangani kesepakatan dengan sejumlah marketplace untuk mengawasi peredaran obat dan makanan secara online, memastikan keamanan produk sebelum diedarkan. LPPOM MUI mendorong sertifikasi halal bagi produk yang dijual di e-commerce, memberikan jaminan bagi konsumen Muslim. - Sistem Sertifikasi dan Labeling: Pemerintah mengembangkan label halal, organik, dan sertifikasi lain untuk produk konsumsi. Platform e-commerce sering diwajibkan menampilkan sertifikat ini agar pembeli memiliki informasi lengkap tentang kualitas dan kehalalan barang. - Layanan Aduan Konsumen Digital: Dengan meningkatnya transaksi online, saluran pengaduan elektronik menjadi penting. Konsumen dapat melaporkan pelanggaran hak melalui aplikasi atau situs resmi, seperti LMS Kominfo atau layanan pengaduan Kemendag. Adanya sistem penilaian dan ulasan (rating) pada marketplace juga membantu konsumen menilai reputasi penjual sebelum bertransaksi. - Pendidikan dan Literasi Konsumen: Pemerintah dan sektor swasta rutin menggelar kampanye literasi digital, mengedukasi masyarakat tentang hak dan kewajiban saat belanja online. Program edukasi ini mendorong konsumen teliti, misalnya dengan memeriksa keaslian produk, memahami kebijakan retur, dan menghindari berbagi data pribadi di luar platform resmi. - Penegakan Hukum dan Sanksi: Regulasi memberikan sanksi tegas terhadap pelanggaran konsumen. Undang-Undang Perlindungan Konsumen misalnya melarang penjualan barang palsu atau kadaluarsa. Penipuan online dapat dikenai hukuman pidana. Penerapan hukum yang konsisten meningkatkan keamanan transaksi dan menjaga iklim usaha yang sehat.

Dengan langkah-langkah tersebut, ekosistem perdagangan dalam negeri yang terdigitalisasi tetap mengedepankan keselamatan dan kepuasan konsumen. Kepercayaan konsumen yang terbangun pada gilirannya mendorong peningkatan transaksi dan memperkuat ekonomi nasional.

Rantai Pasok Global dan Tantangan bagi Produk Lokal

Globalisasi rantai pasok menghubungkan Indonesia dengan pasar dunia. Hal ini mempermudah akses impor bahan baku dan ekspor produk lokal ke luar negeri. Namun disrupsi global—seperti pandemi, konflik geopolitik, atau peristiwa iklim—menyadarkan pentingnya ketahanan pasokan domestik. Oleh karena itu, penguatan perdagangan dalam negeri perlu diimbangi strategi untuk menghadapi dinamika rantai pasok global.

Beberapa tantangan dan strategi yang dihadapi adalah: - Ketergantungan Impor: Banyak industri domestik (misalnya elektronik, farmasi, atau bahan baku manufaktur) masih bergantung pada impor komponen. Ketergantungan ini rentan terhadap fluktuasi harga global dan gangguan logistik. Untuk mengatasi, pemerintah dan swasta mendorong pengembangan industri lokal sehingga dapat memproduksi bahan baku strategis (substitusi impor) serta meningkatkan nilai tambah produk. - Standar Mutu Internasional: Produsen lokal harus mematuhi standar mutu dan sertifikasi global agar produknya kompetitif. Pemerintah memfasilitasi pelatihan sertifikasi internasional, misalnya sertifikasi mutu agroindustri (GlobalGAP) atau akreditasi industri manufaktur. Hal ini memastikan produk lokal memenuhi persyaratan ekspor dan menumbuhkan kepercayaan konsumen global. - Diversifikasi Pasar Ekspor dan Impor: Perusahaan Indonesia didorong mencari berbagai sumber bahan baku dan pasar ekspor. Diversifikasi ini mengurangi risiko terganggunya satu jalur perdagangan. Misalnya, mencari alternatif suplai dari beberapa negara dan membuka pasar ekspor baru di luar mitra dagang tradisional. Dengan demikian, fleksibilitas Indonesia meningkat saat terjadi gangguan di satu jalur pasok global. - Pemanfaatan Ekosistem ASEAN dan Asia Tenggara: Indonesia aktif dalam kerja sama kawasan, seperti ASEAN Digital Economy Framework dan kemitraan dagang regional (RCEP). Integrasi ekonomi regional ini membuka peluang rantai pasok yang lebih erat di kawasan, sehingga pelaku usaha domestik dapat berkolaborasi dengan mitra regional dalam produksi maupun distribusi. Misalnya, bahan baku tertentu dapat diimpor lebih mudah dalam konteks perdagangan bebas kawasan. - Inovasi Produk Lokal: Tantangan global mendorong produsen dalam negeri berinovasi dan fokus pada keunggulan komparatif. Banyak perusahaan beralih ke pengembangan produk baru berbasis teknologi atau bahan lokal unggulan (seperti hasil pertanian unggulan, kerajinan tradisional, atau biofarmasi herbal). Digitalisasi perdagangan mempermudah pemasaran produk inovasi ini, baik di pasar domestik maupun global. - Ketahanan Pangan dan Energi: Sebagai bagian dari rantai pasok global, Indonesia memperkuat produksi pangan dan energi dalam negeri. Misalnya, teknologi pertanian canggih (smart farming) ditingkatkan untuk meningkatkan hasil panen, dan investasi energi terbarukan dikembangkan untuk mengurangi ketergantungan impor bahan bakar. Upaya ini mendukung stabilitas pasokan dalam negeri dan melindungi konsumen dari gejolak pasokan global.

Secara keseluruhan, meskipun rantai pasok global memberikan peluang perluasan pasar, hal ini juga menuntut strategi adaptif. Digitalisasi menjadi salah satu kunci adaptasi: melalui platform B2B digital, UKM Indonesia dapat menembus pasar ekspor lebih luas. Sebaliknya, importir lokal dapat memanfaatkan e-commerce untuk mencari pemasok alternatif dengan cepat. Penguatan kemampuan lokal dan diversifikasi menjadi elemen penting agar produk dalam negeri tetap kompetitif di tengah persaingan internasional.

Kebijakan dan Inisiatif Pemerintah

Pemerintah Indonesia aktif mengeluarkan kebijakan dan program untuk mendorong transformasi digital dalam perdagangan dalam negeri. Beberapa kebijakan utama meliputi: - Peningkatan Infrastruktur Digital: Pembangunan jaringan internet nasional terus diperluas hingga pelosok. Program Palapa Ring, pengembangan BTS 4G/5G, serta fasilitas internet publik di desa-desa meningkatkan inklusi digital. Kominfo menargetkan jutaan akses internet publik dan digitalisasi layanan pemerintahan agar konektivitas merata di seluruh negeri. - Program Digitalisasi UMKM: Melalui pendanaan, pelatihan, dan insentif, pemerintah membantu UMKM memanfaatkan platform digital. Contohnya, Kementerian Kominfo menargetkan 30 juta pelaku UMKM menerapkan teknologi digital. Berbagai program pendampingan, promosi produk daring, dan sertifikasi produk diluncurkan untuk meningkatkan profesionalisme dan jangkauan pasar pelaku usaha kecil. - Kebijakan Ekonomi dan Perdagangan: Reformasi perizinan bisnis lewat sistem OSS (Online Single Submission) mempermudah UMKM dan perusahaan mendaftar sebagai pelaku e-commerce. Kementerian Perdagangan memberlakukan kebijakan proteksi dan insentif, seperti tarif preferensial bagi pelaku lokal dan pembatasan impor barang yang mudah diproduksi domestik, guna menjaga daya saing bisnis dalam negeri. - Literasi dan Keamanan Digital: Pemerintah, termasuk Kominfo dan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), aktif mengkampanyekan literasi digital. Edukasi mencakup cara aman menggunakan internet, perlindungan data pribadi, dan kesadaran akan konten berbahaya. Pelaksanaan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi turut memberikan jaminan hukum bagi privasi pengguna platform digital. - Dukungan Ekosistem Teknologi: Riset dan pengembangan teknologi didorong melalui perguruan tinggi negeri, inkubator bisnis, dan skema pendanaan. Inisiatif seperti ruang kreasi digital, program akselerasi startup, serta insentif fiskal untuk riset membantu tumbuhnya inovasi lokal. Hal ini menjembatani kebutuhan industri perdagangan dengan kemajuan teknologi buatan dalam negeri. - Kolaborasi dengan Sektor Swasta dan ASEAN: Pemerintah bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi, fintech, dan e-commerce untuk memperluas layanan digital. Selain itu, Indonesia aktif di forum ASEAN dan perjanjian bilateral untuk akselerasi ekonomi digital. Kerja sama lintas negara (misalnya dengan Korea, Jepang, atau negara-negara ASEAN lain) difokuskan pada transfer teknologi dan standarisasi perdagangan elektronik.

Kesimpulan

Transformasi digital berperan sangat penting dalam memperkuat perdagangan dalam negeri di Indonesia. Pemanfaatan teknologi seperti e-commerce, big data, dan AI telah memperluas akses pasar, meningkatkan efisiensi operasional, serta membuka peluang bagi produk lokal menembus pasar domestik yang lebih luas. Pertumbuhan ekonomi digital yang pesat menunjukkan bahwa sektor ini semakin menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Namun dibalik potensi besar tersebut terdapat tantangan: pengawasan kualitas produk, perlindungan konsumen, serta kesiapan infrastruktur digital harus terus diperkuat. Di sisi lain, dinamika rantai pasok global dan persaingan internasional menuntut strategi adaptif agar industri dalam negeri lebih tangguh. Inovasi produk lokal dan diversifikasi rantai pasok menjadi kunci dalam hal ini.

Sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat luas sangat diperlukan. Kebijakan yang mendukung digitalisasi, ditambah program literasi serta insentif, dapat mempercepat penetrasi teknologi di sektor perdagangan. Kepercayaan konsumen yang terbangun melalui keamanan transaksi dan produk berkualitas akan mendorong pertumbuhan transaksi yang berkelanjutan. Dengan komitmen bersama, Indonesia dapat memanfaatkan peluang era digital untuk meningkatkan kemakmuran ekonominya, sekaligus memastikan produk dalam negeri bersaing secara adil di pasar nasional maupun internasional.

Bagikan:

Avatar

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz

Semua Artikel

Artikel Terpopuler

Berlangganan Newsletter FOURTREZZ

Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.

Partner Pendukung

infinitixyberaditif

© 2025 PT Tiga Pilar Keamanan. All Rights Reserved.
Info Ordal