Kejahatan Siber Ticket Hunter yang Dialami Mahasiswa Indonesia Di Jerman Telah Diungkap Atase KBRI Berlin

Ilustrasi berita

Atase KBRI (Kepolisian Kedaulatan Republik Indonesia) wilayah Berlin Kombes Pol Shinto Silitonga menjelaskan beberapa permasalahan hukum para mahasiswa baru yang terjadi pada paruh pertama tahun 2023 di Jerman.

 

Baca Juga: Upaya Tingkatkan Keamanan Siber, BSSN Akan Tempatkan 250 Anggota di IKN Tahun 2024

 

Di antaranya, menurut Shinto adalah masalah serius yang dihadapi pelajar, mulai dari kasus cybercrime para pemburu tiket yang menjual tiket pesawat dengan harga sangat murah. “Namun, ternyata tiket tidak bisa dikeluarkan,” kata Shinto.

Sedangkan kasus cybercrime perburuan tiket menimpa 530 korban yang sebagian besar merupakan warga negara Indonesia di sebagian besar wilayah Jerman. Akibat kejadian ini, kerugian yang ditimbulkan mencapai Rp 10,5 miliar. Tuduhan lain terkait penyebaran pornografi anak di Aachen, pembuatan pornografi oleh remaja oleh tokoh masyarakat yang menggunakan aplikasi dan mendistribusikannya di media sosial, Bunuh diri pelajar dan program au pair di Jerman selatan.

Melansil dari Tempo, Shinto mengatakan “Selain masalah hukum lainnya, ada gerakan kelompok intoleran yang menargetkan mahasiswa baru untuk perekrutan yang sistematis dan canggih.” Dan untuk mengantisipasi masalah hukum yang muncul di Jerman, penting adanya forum seperti Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI).

“PPI dapat menjadi wadah bagi mahasiswa baru untuk bertukar pikiran, berkonsultasi dan mencari solusi bersama agar permasalahan tersebut tidak terjadi,” ujar Shinto.

Karena mahasiswa baru ini ketika mereka datang dihadapkan pada gegar budaya. “Saat pertama kali datang, tentunya mereka masih berusaha mengatasi culture shock,” kata Shinto.

Shinto mengatakan, PPI Berlin mengadakan pertemuan PPI daerah di KBRI Berlin. Diselenggarakan di KBRI Berlin pada pukul 15.00 hingga 18.00 WIB, acara tersebut mempertemukan 52 peserta dari PPI Berlin, Thringen, Halle, Leipzig, Greifeswald, Brandenburg, Anhalt, Dresden dan Rostock.

 

Baca Juga: Kebiasaan Memakai Software Bajakan Jadi Sebab Serangan Siber Malware di Indonesia Meningkat

 

Selain Shinto, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Profesor Andi Marwan, Kolonel Infanteri Budi Wibowo dan Koordinator Penerimaan dan Misi Konsuler Satriyo Pringgodhani melengkapi dokumen selama acara berlangsung. Untuk itu, Satriyo Pringgodhani menegaskan kembali pentingnya mahasiswa baru melengkapi aplikasi self-declaration agar perwakilan RI dapat melacak keberadaannya di Jerman. “Dengan mendeklarasikan diri, kami di KBRI akan dapat menjalin kontak dengan mahasiswa Indonesia di Jerman untuk membantu dan melayani selama proses penyesuaian maupun selama mahasiswa menempuh pendidikan,” kata Dani melalui siaran pers yang diterima Tempo.

Sejauh ini, Dani mengatakan ada sejumlah masalah yang dihadapi tidak hanya mahasiswa tetapi juga WNI lainnya di Jerman. Termasuk isu yang dibawakan oleh Shinto Silitonga.

Adapun Andi Marwan sangat mengapresiasi terselenggaranya Acara Silaturahmi PPI yang diselenggarakan oleh pimpinan PPI Berlin. “Kepengurusan PPI merupakan tugas yang berat untuk dapat melibatkan mahasiswa dan peserta ausbildung agar siap mengikuti kepesertaan dan kegiatan PPI,” ujar Andi Marwan. Dari perspektif KBRI, menurut Andi Marwan, tentunya mahasiswa dan peserta ausbildung yang mengikuti program studi di Jerman dianggap sebagai aset sekaligus investasi sumber daya manusia Indonesia, yang dapat diberdayakan untuk mengejar pembangunan di Indonesia. di masa depan.

“Makanya penting untuk terus didampingi agar tidak kesulitan dan bisa menyelesaikan pendidikan,” kata Marwan.

 

Baca juga: Kominfo Ingatkan Lagi Kesadaran Keamanan Siber Sangat Penting untuk UMKM

 

Kolonel Inf Budi Wibowo mengatakan, bentuk perlindungan negara terhadap siswa dapat diwujudkan melalui prestasi di lembaga pendidikan masing-masing, menyelesaikan pendidikannya tepat waktu, cepat dan dengan hasil yang membanggakan.

“Bela negara tidak hanya diartikan siap menghadapi musuh negara, tetapi dapat dilakukan di daerah masing-masing, seperti keberhasilan dalam pendidikan, ini harus menjadi motor penggerak.” ungkap Budi.

Secara bersamaan, pejabat KBRI juga menyambut baik pembentukan pimpinan baru PPI di Dresden dan Rostock. Pembentukan PPI baru ditandai dengan penandatanganan berita acara dan penyerahan kepengurusan baru kepada hadirin.

Acara diakhiri dengan foto bersama dan pembagian Atase Polisi Koja Baduy, sebuah produk budaya berupa tas yang terbuat dari akar kayu Suku Baduy Banten.

“Mari perkenalkan budaya lokal di Banten ke komunitas internasional di tempat studi masing-masing, sehingga semakin banyak orang mengenal budaya Indonesia,” ujar Shinto Silitonga.

Andhika R.

Andhika R.

Digital Marketing at Fourtrezz
Artikel Teratas