Kamis, 1 Februari 2024 | 2 min read | Andhika R
Orang Tua Perlu Waspada Terhadap Ancaman Keamanan Siber Terbaru bagi Anak-Anak
Orang tua perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko keamanan siber yang semakin meresahkan, khususnya terkait dengan penggunaan teknologi oleh anak-anak. Dalam era kemajuan teknologi saat ini, rekening orang tua dapat terancam oleh pelaku kejahatan siber yang mengincar anak-anak melalui perangkat telepon seluler.
Para pelaku kejahatan siber semakin canggih dengan memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang tengah populer. Mereka juga menggunakan rekayasa sosial untuk memperdaya anak-anak sebagai target utama.
Menurut para ahli keamanan siber dari perusahaan Kaspersky, ada beberapa tren kejahatan yang mungkin meningkat sepanjang tahun 2024. Orang tua perlu memperhatikan dan mengambil langkah-langkah pencegahan terhadap tren-tren tersebut.
Baca Juga: Regulasi PIIV sebagai Kerangka Hukum Keamanan Siber Infrastruktur Rupiah Digital
Pertama, aplikasi berbasis AI menjadi perhatian. Keberlanjutan popularitas AI, di mana 80% anak muda berinteraksi dengan teknologi tersebut, menimbulkan risiko terhadap konten yang tidak pantas. Aplikasi chatbot, misalnya, rentan menyediakan konten 'erotis' yang berpotensi berbahaya bagi anak-anak. Selanjutnya, para hacker mulai menyasar gamer muda. Dengan 91% anak berusia 10-15 tahun bermain game online, para pelaku kejahatan siber akan memanfaatkan popularitas ini untuk meretas data pribadi anak-anak, misalnya dengan menyamar sebagai penyedia hadiah dan menggunakan tautan phising. Ancaman juga muncul di sektor keuangan anak-anak yang semakin berkembang. Pelaku kejahatan dapat menyamar sebagai teman sebaya untuk meminta rincian kartu atau mengirimkan uang ke rekening mereka. Perangkat smart home juga tidak luput dari risiko peretasan, dengan pelaku yang berpotensi membobol perangkat yang digunakan untuk mengawasi anak-anak di rumah. Setelah berhasil meretas, mereka dapat meminta informasi pribadi anak-anak.
Baca Juga: GCHQ Inggris Mewaspadai Peningkatan Ancaman Siber Akibat Pesatnya Kemajuan AI
Anak-anak juga semakin menuntut ruang online mereka dihormati. Mereka mungkin menolak pengawasan orang tua dan bahkan memasang aplikasi digital parenting di perangkat mereka sendiri. Ancaman terakhir datang dari aplikasi yang berisi Trojan. Lebih dari 190 aplikasi terinfeksi Harly Trojan di Google Play, yang dapat mendaftarkan pengguna ke layanan berbayar tanpa sepengetahuan mereka. Para ahli keamanan dari Kaspersky menekankan pentingnya pendidikan keamanan siber sejak dini. Orang tua perlu berkomunikasi secara efektif untuk menjaga keamanan anak-anak secara online tanpa mengabaikan ruang pribadi mereka. Dengan meningkatkan kesadaran ini, diharapkan anak-anak dapat belajar dasar-dasar keamanan siber untuk melindungi diri dari ancaman di dunia maya.
Baca Juga: Regulasi PIIV sebagai Kerangka Hukum Keamanan Siber Infrastruktur Rupiah Digital
Pertama, aplikasi berbasis AI menjadi perhatian. Keberlanjutan popularitas AI, di mana 80% anak muda berinteraksi dengan teknologi tersebut, menimbulkan risiko terhadap konten yang tidak pantas. Aplikasi chatbot, misalnya, rentan menyediakan konten 'erotis' yang berpotensi berbahaya bagi anak-anak. Selanjutnya, para hacker mulai menyasar gamer muda. Dengan 91% anak berusia 10-15 tahun bermain game online, para pelaku kejahatan siber akan memanfaatkan popularitas ini untuk meretas data pribadi anak-anak, misalnya dengan menyamar sebagai penyedia hadiah dan menggunakan tautan phising. Ancaman juga muncul di sektor keuangan anak-anak yang semakin berkembang. Pelaku kejahatan dapat menyamar sebagai teman sebaya untuk meminta rincian kartu atau mengirimkan uang ke rekening mereka. Perangkat smart home juga tidak luput dari risiko peretasan, dengan pelaku yang berpotensi membobol perangkat yang digunakan untuk mengawasi anak-anak di rumah. Setelah berhasil meretas, mereka dapat meminta informasi pribadi anak-anak.
Baca Juga: GCHQ Inggris Mewaspadai Peningkatan Ancaman Siber Akibat Pesatnya Kemajuan AI
Anak-anak juga semakin menuntut ruang online mereka dihormati. Mereka mungkin menolak pengawasan orang tua dan bahkan memasang aplikasi digital parenting di perangkat mereka sendiri. Ancaman terakhir datang dari aplikasi yang berisi Trojan. Lebih dari 190 aplikasi terinfeksi Harly Trojan di Google Play, yang dapat mendaftarkan pengguna ke layanan berbayar tanpa sepengetahuan mereka. Para ahli keamanan dari Kaspersky menekankan pentingnya pendidikan keamanan siber sejak dini. Orang tua perlu berkomunikasi secara efektif untuk menjaga keamanan anak-anak secara online tanpa mengabaikan ruang pribadi mereka. Dengan meningkatkan kesadaran ini, diharapkan anak-anak dapat belajar dasar-dasar keamanan siber untuk melindungi diri dari ancaman di dunia maya.
Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz
Artikel Terpopuler
Perlindungan Data di Indonesia: Bagaimana GDPR dan PDPL Mengubah Lanskap Keamanan Siber
Tags: Perlindungan Data, Keamanan Siber, GDPR PDPL, Regulasi Data, Audit Keamanan
Baca SelengkapnyaBerita Teratas
Berlangganan Newsletter FOURTREZZ
Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.
PT. Tiga Pilar Keamanan
Grha Karya Jody - Lantai 3Jl. Cempaka Baru No.09, Karang Asem, Condongcatur
Depok, Sleman, D.I. Yogyakarta 55283
Informasi
Perusahaan
Partner Pendukung