Pemerintahan Indonesia Masih Jadi Sektor Yang Paling Rentan Serangan Siber

Ilustrasi berita

Pemerintah masih menjadi sektor yang paling rentan terhadap serangan siber di Indonesia. Kejahatan dunia maya saat ini telah mencapai tahap menjual alat kriminalnya secara buka-bukaan.

Pernyataan tersebut disampaikan Edit Prima, Direktur BSSN yang membidangi Keamanan Siber dan Keuangan Kripto, Perdagangan dan Pariwisata, pada acara Indonesia Security Forum di Jakarta, seperti yang dikutip dari Detik Com Selasa (29/08/2023). Ia menjelaskan, terdapat 1 miliar anomali lalu lintas yang mengindikasikan aktivitas malware. Sektor pemerintahan menempati urutan pertama, disusul  sektor keuangan dan transportasi. 

 

Baca Juga : Modus Penipuan Phishing Makin Mudah Pakai Bot Telegram Terbaru “Telekopye” 

 

“Pada tahun 2022, di mana akan terdapat 1 miliar anomali lalu lintas yang didominasi oleh aktivitas malware, patroli di web gelap akan mengungkap data pertama dari sektor pemerintahan, keuangan, dan baru transportasi, meskipun kita tahu bahwa sektor pemerintah berada dalam infrastruktur informasi penting.” ujarnya.

Pemerintah telah melaksanakan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2022 tentang Infrastruktur Informasi Digital yang mencakup 8 bidang. Hal ini meliputi sektor administrasi pemerintahan, sektor energi, sektor transportasi, sektor keuangan, sektor kesehatan, sektor teknologi informasi dan komunikasi, sektor pangan dan  pertahanan.

Dalam pemaparannya, ia menjelaskan bahwa pelaku kejahatan siber di Indonesia sudah sampai pada tahap menjual alat untuk melakukan kejahatan siber. Di dalamnya, penjahat dunia maya menyediakan alat untuk melakukan  serangan dunia maya untuk tujuan kriminal, seperti menjual data. Padahal, demografi Indonesia merupakan salah satu komoditas yang paling banyak diperdagangkan.

“Data pribadi senilai Rp 100.000 sudah bisa dibeli, bahkan hasil penipuan SIM dan KTP berkisar Rp 250-300.000,” jelasnya.

 

Baca Juga : Arion Kurtaj Remaja 18 Tahun Jadi Hacker BErbahaya Hanya Bermodal “Android Box”

 

Brigjen  Iroth Sonny Edhie, Komandan Pusat Elektronik dan Kripto TNI Angkatan Darat juga turut hadir dalam acara tersebut. Menurutnya, era transformasi digital ini memberikan dua dampak terhadap keamanan siber Indonesia. Yang pertama adalah dampak positif, dimana alat pertahanan negara dapat diperkuat dengan  komunikasi  dan kecepatan data yang kuat untuk menggagalkan serangan siber. Kedua, dampak negatif  digitalisasi terutama terhadap resiko serangan siber, baik berupa serangan terhadap infrastruktur maupun serangan terhadap pola pikir.

“Ancamannya ada dua, serangan terhadap infrastruktur dan psikologi. Kalau  kita benar-benar menyerang infrastruktur, kalau kita punya pola pikir tertentu, kita bisa menggunakan hoax dan sebagainya. “, jelas Sonny.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa informasi adalah aset yang paling rentan dan berharga dalam lanskap kejahatan dunia maya.

“Informasi adalah kekuatan, sekarang semuanya adalah perang,” jelasnya.

Andhika R.

Andhika R.

Digital Marketing at Fourtrezz
Artikel Teratas