Jumat, 4 Juli 2025 | 8 min read | Andhika R
Pentingnya Penilaian Kerentanan dan Pengujian Penetrasi dalam Keamanan Siber Bisnis
Dalam era digital saat ini, ancaman siber menjadi salah satu risiko serius bagi bisnis di seluruh dunia. Kasus kebocoran data dan serangan dunia maya terus meningkat, berdampak besar terhadap keuangan dan reputasi perusahaan. Studi IBM/Ponemon baru-baru ini mencatat bahwa rata-rata biaya yang timbul akibat kebocoran data global mencapai hampir 4,9 juta USD per insiden pada 2024, naik hampir 10% dibanding tahun sebelumnya. Persentase ini menunjukkan kerugian yang sangat besar, apalagi 1 dari 3 kebocoran data melibatkan data sensitif seperti kredensial pribadi pengguna. Selain itu, lembaga World Economic Forum (WEF) memperingatkan adanya kesenjangan tenaga ahli keamanan siber global. Diperkirakan terdapat kekurangan hampir 4 juta profesional siber di dunia, yang ikut menyebabkan hampir 90% organisasi mengalami kebocoran data setidaknya sekali dalam setahun terakhir. Kondisi tersebut menggarisbawahi perlunya langkah proaktif untuk memperkuat pertahanan keamanan digital perusahaan.
Lanskap Ancaman Siber Global
Setiap bisnis menghadapi berbagai jenis serangan siber yang berkembang dengan cepat. Berikut beberapa ancaman umum yang perlu diwaspadai:
- Serangan phishing: Peretas memanfaatkan email atau pesan palsu untuk mencuri kredensial pengguna. Insiden pencurian kredensial menjadi penyebab utama kebocoran data, yang tercatat sekitar 16% dari semua kasus kebocora.
- Malware dan Ransomware: Malware, termasuk ransomware, dapat mengenkripsi data penting perusahaan dan meminta tebusan. Ransomware telah menjadi ancaman rutin yang dapat melumpuhkan operasi bisnis jika tidak ditangani cepat.
- Eksploitasi Kerentanan: Kelemahan (kerentanan) pada perangkat lunak, sistem, atau jaringan yang tidak diperbarui bisa dieksploitasi untuk menyusup. Faktanya, 75% kerentanan baru sudah dieksploitasi dalam 19 hari setelah diumumkan, sementara organisasi rata-rata butuh 95–155 hari untuk menutupnya.
- Phishing tingkat lanjut dan social engineering: Teknik manipulasi psikologis yang makin rumit, seperti ‘pig-butchering’ atau deepfake, menargetkan individu berpengaruh untuk mencuri data atau uang.
- Ancaman pihak dalam (Insider Threats): Karyawan atau mitra yang tidak bertanggung jawab juga dapat menjadi sumber kebocoran data, baik sengaja maupun karena keteledoran.
Tekanan serangan tersebut semakin nyata. Misalnya, laporan lembaga riset keamanan menunjukkan bahwa sepanjang 2024 terdapat puluhan juta upaya serangan siber berjangka waktu luas—termasuk platform kritikal dan aset digital—yang terdeteksi. Meskipun jumlah insiden mungkin turun dibanding tahun sebelumnya, pendekatan penjahat siber kini lebih terarah pada target bernilai tinggi dengan taktik lebih canggih. Oleh karena itu, perusahaan perlu menerapkan strategi pertahanan berlapis dan proaktif untuk meminimalkan risiko, mulai dari memperbarui sistem hingga melatih karyawan.
Apa Itu Penilaian Kerentanan?
Penilaian kerentanan (vulnerability assessment) adalah proses sistematis untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kelemahan dalam infrastruktur TI sebuah organisasi. Menurut SentinelOne, kerentanan adalah “kelemahan pada perangkat lunak, server, atau jaringan yang dapat dieksploitasi pelaku kejahatan siber untuk melancarkan serangan” seperti malware atau serangan DDoS. Kerentanan dapat muncul akibat desain perangkat lunak yang kurang sempurna, kesalahan konfigurasi sistem, perangkat yang usang, atau faktor manusia.
Jumlah kerentanan baru terus meningkat pesat. Sebagai contoh, National Vulnerability Database (NVD) melaporkan sekitar 29.000 kerentanan baru telah ditemukan hanya dalam satu tahun terakhir. Banyak kerentanan tersebut bersifat kritis dan berpotensi menimbulkan bahaya serius bagi operasi bisnis. Oleh sebab itu, penilaian kerentanan secara rutin menjadi langkah krusial. Proses ini memungkinkan perusahaan untuk menemukan celah-celah keamanan sebelum dimanfaatkan pihak jahat.
Berdasarkan literatur keamanan, langkah-langkah utama penilaian kerentanan meliputi:
- Menyusun inventaris aset TI: Identifikasi semua sumber daya penting, seperti server, perangkat jaringan, aplikasi, dan data sensitif milik perusahaan.
- Menilai nilai dan sensitivitas aset: Tetapkan prioritas berdasarkan seberapa penting aset tersebut bagi operasional dan potensi kerugian jika data dicuri atau sistem terganggu.
- Memindai dan mengkatalog kerentanan: Gunakan alat otomatis (vulnerability scanners) dan analisis manual untuk menemukan kelemahan pada setiap aset, serta catat ancaman potensialnya.
- Rekomendasi mitigasi: Setiap kerentanan yang ditemukan dievaluasi tingkat keparahannya, kemudian diusulkan langkah perbaikan seperti pemasangan patch, konfigurasi ulang, atau peningkatan proteksi.
Proses di atas penting, karena hanya dengan mengidentifikasi kerentanan terlebih dahulu, organisasi dapat memprioritaskan perbaikan. Sebagaimana penulis Infosec Institute ungkapkan, tujuan utama penilaian kerentanan adalah “apa saja kelemahan kita dan bagaimana cara memperbaikinya?”. Dengan mengetahui titik lemah, perusahaan dapat merencanakan tindakan mitigasi sebelum serangan terjadi.
Pengujian Penetrasi (Penetration Testing)
Pengujian penetrasi (penetration testing atau pentest) adalah teknik keamanan lanjutan yang melibatkan simulasi serangan siber terhadap sistem dengan cara mengeksploitasi kerentanan yang telah ditemukan. Berbeda dengan penilaian kerentanan yang hanya mendeteksi kelemahan, pentest mencoba memanfaatkan kelemahan tersebut untuk menilai dampak riilnya. Singkatnya, pentest menjawab pertanyaan: “Bisakah seseorang menembus sistem kita dan apa yang dapat diakses?”.
Ada beberapa metode pengujian penetrasi, di antaranya:
- Tes Kotak Putih (White Box): Pen tester memperoleh informasi lengkap tentang sistem (kode sumber, diagram arsitektur). Pendekatan ini meniru skenario di mana penyerang memiliki pengetahuan mendalam.
- Tes Kotak Hitam (Black Box): Pen tester bekerja dengan minim informasi awal, seolah-olah menyerang tanpa intelijen sistem. Ini merefleksikan skenario serangan dari luar yang tiba-tiba.
- Tes Kotak Abu-abu (Gray Box): Kombinasi antara dua metode di atas, memberikan pen tester pengetahuan terbatas agar menguji sistem dengan konteks tertentu.
Proses pentest umumnya melibatkan beberapa tahap:
- Penentuan cakupan (scope): Menetapkan bagian sistem mana yang akan diuji (misalnya, aplikasi web, jaringan internal, API tertentu).
- Pengumpulan informasi: Mencari data teknis dan konfigurasi sistem (misalnya, versi perangkat lunak, detail arsitektur). Ini bisa dilakukan sebelum (black box) atau setelah (white box) penentuan kerentanan potensial.
- Eksploitasi kerentanan: Mencoba mengeksploitasi celah yang ditemukan untuk melihat apakah akses tidak sah dapat diperoleh. Tahap ini mensimulasikan aksi nyata oleh hacker.
- Pelaporan temuan: Mendokumentasikan semua kerentanan yang berhasil dieksploitasi, teknik yang digunakan, serta potensi dampak dan rekomendasi mitigasi.
Melalui uji penetrasi, organisasi mendapatkan gambaran nyata tentang kekuatan dan kelemahan pertahanan mereka. Misalnya, mereka dapat melihat persis jenis data apa yang dapat diakses jika kerentanan berhasil dimanfaatkan. Hal ini sangat berharga untuk menguji respons keamanan dan menutup celah yang selama ini hanya terlihat secara teoretis.
Sinergi Penilaian Kerentanan dan Penetration Testing
Penilaian kerentanan dan pengujian penetrasi sebetulnya merupakan dua ujung dari strategi keamanan yang saling melengkapi. Penilaian kerentanan berfokus pada menemukan apa saja kelemahan yang ada, sedangkan penetration testing menjawab bagaimana kelemahan tersebut dapat dieksploitasi dalam skenario nyata. Sebagaimana dijelaskan oleh sumber, penetration testing adalah “lanjutan logis dari penilaian kerentanan – sebuah kerentanan ditemukan, kemudian diuji apakah dapat dieksploitasi”.
Dengan menggabungkan keduanya, organisasi mendapatkan peta keamanan yang komprehensif. Infosec Institute menekankan bahwa kombinasi penilaian kerentanan dan penetration testing “akan memberikan peta rinci tentang kekurangan keamanan dalam sistem dan jaringan perusahaan serta risiko aktual yang terkait dengan celah tersebut. Keduanya merupakan komponen tak terpisahkan dari program keamanan informasi yang baik”. Artinya, hanya mengandalkan salah satu metode tidak cukup; pengujian penetrasi memastikan bahwa rekomendasi perbaikan dari penilaian kerentanan benar-benar efektif dalam mencegah akses tidak sah.
Beberapa poin penting dari sinergi ini:
- Menemukan Celah Nyata: Scan kerentanan otomatis mungkin melewatkan eksploit tertentu (misalnya, zero-day). Pentest, dengan pendekatan manual plus alat, bisa mengungkap celah yang tidak terdaftar.
- Prioritasi Tepat: Hasil pentest membantu melihat kerentanan mana yang benar-benar mudah dieksploitasi dan berdampak besar. Seperti analisis risiko, bukan sekadar daftar panjang.
- Pengujian Respon Keamanan: Melalui pentest, tim keamanan dapat menguji keefektifan tim tanggap darurat jika terjadi pelanggaran.
- Perbaikan Berkelanjutan: Hasil gabungan keduanya mendukung proses patching dan peningkatan keamanan yang berkelanjutan.
Manfaat dan Praktik Terbaik Pengujian Keamanan Berkala
Melakukan penilaian kerentanan dan pengujian penetrasi secara berkala membawa banyak manfaat bagi perusahaan:
- Deteksi Dini dan Mitigasi Cepat: Menemukan kerentanan sebelum dieksploitasi mengurangi risiko serangan mendadak. Mengingat sebagian besar kerentanan dieksploitasi dalam hitungan hari, periodisasi tes yang rutin (misalnya setiap tahun atau dua kali setahun) sangat dianjurkan.
- Prioritas Perbaikan: Dengan mengetahui tingkat keparahan tiap kerentanan, sumber daya keamanan dapat difokuskan pada perbaikan kerentanan tinggi terlebih dulu. Metode penilaian berbasis risiko membantu mengalokasikan patch secara efisien.
- Kepatuhan Terhadap Regulasi dan Standar: Banyak regulasi (misalnya GDPR, PCI DSS) dan standar keamanan (seperti ISO/IEC 27001) mensyaratkan audit keamanan berkala. Melakukan penilaian dan pentest membantu perusahaan memenuhi kewajiban ini dan meningkatkan kepercayaan mitra bisnis.
- Pemeliharaan Keamanan Proaktif: Saat teknologi terus berkembang, ancaman juga berubah. Pengujian berkelanjutan memastikan kebijakan keamanan selalu diperbarui dan menutup celah-celah yang baru muncul.
- Penghematan Biaya Jangka Panjang: Meskipun investasi awal untuk layanan keamanan mungkin terlihat besar, hasil kajian industri menunjukkan bahwa biaya kebocoran data dan pemulihan pasca-insiden jauh lebih mahal. Studi IBM menyatakan bahwa sejak 2020 hingga 2024, biaya kebocoran data meningkat setiap tahun. Dengan menerapkan praktik pencegahan, organisasi dapat menghindari kerugian finansial besar yang dapat mencapai jutaan dolar.
SentinelOne juga menegaskan pentingnya deteksi kerentanan dini: “hanya dengan penilaian kerentanan–pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko–organisasi bisa terus mengikuti kelemahan tersebut”. Selain itu, laporan menyebutkan bahwa tengah ratusan ribu kerentanan baru muncul setiap tahun, hampir setengahnya berbahaya untuk infrastruktur perusahaan. Jumlah setinggi ini menuntut organisasi melakukan tes keamanan minimal sekali setahun guna menjaga lingkungan TI tetap aman.
Standar Internasional dan Kepatuhan
Mengintegrasikan standar keamanan internasional dapat meningkatkan efektivitas program keamanan siber perusahaan. Contohnya, ISO/IEC 27001:2022 adalah kerangka kerja manajemen keamanan informasi yang diakui secara global. Perusahaan yang menerapkan ISO 27001 mendefinisikan kebijakan, prosedur, dan kontrol untuk melindungi aset informasi mereka. Dengan menetapkan standar dan proses yang matang, organisasi dapat lebih sistematis dalam melakukan penilaian risiko serta menetapkan jadwal pengujian keamanan secara berkala.
Selain itu, banyak perusahaan juga mengacu pada standar industri atau regulasi lokal lainnya. Integrasi kedua metode (vulnerability assessment dan penetration testing) dalam konteks kepatuhan ini membantu memvalidasi bahwa implementasi keamanan sudah benar-benar berjalan dan terukur. Sebagai contoh, sertifikasi ISO 27001 akan lebih bermakna jika didukung oleh bukti audit keamanan berkala yang konkret.
Siap Bekerja Sama dengan Fourtrezz
Melindungi bisnis dari ancaman siber memerlukan strategi komprehensif dan mitra yang tepat. Fourtrezz hadir sebagai solusi keamanan siber untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan tim ahli bersertifikat (seperti CEH, OSCP, OSWP, eWPTX, dan lainnya) serta pengalaman menyeluruh dalam melakukan ratusan ribu jam pengujian penetrasi, Fourtrezz dapat membantu mengidentifikasi dan menutup celah keamanan Anda. Layanan yang ditawarkan meliputi Vulnerability Assessment, Penetration Testing (Blackbox/Greybox/Whitebox), serta konsultasi sistem manajemen keamanan informasi.
Melalui konsultasi gratis dan pendekatan layanan personal, Fourtrezz bertujuan untuk menjalin kerjasama jangka panjang dengan klien. Jika perusahaan Anda ingin meningkatkan keamanan data dan aset digital, Fourtrezz siap menjadi mitra terpercaya. Hubungi kami untuk diskusi kebutuhan keamanan bisnis Anda:
- Situs Web: www.fourtrezz.co.id
- Telepon: +62 857-7771-7243
- Email: [email protected]
Segera amankan bisnis Anda dengan keahlian Fourtrezz dan jadikan keamanan siber sebagai prioritas utama perusahaan.

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz
Artikel Terpopuler
Tags: Keamanan Siber, Investasi Digital, pertumbuhan bisnis, Ancaman Siber, Regulasi Data
Baca SelengkapnyaBerita Teratas
Berlangganan Newsletter FOURTREZZ
Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.