Selasa, 26 Agustus 2025 | 2 min read | Andhika R
Serangan Siber di Indonesia Melonjak, Ransomware dan APT Jadi Ancaman Terbesar
Laporan terbaru dari perusahaan keamanan siber global, Kaspersky, mengungkapkan bahwa Indonesia kini menjadi salah satu target utama serangan siber di Asia Tenggara. Berbagai ancaman canggih, mulai dari serangan ransomware hingga Advanced Persistent Threats (APT), mengalami peningkatan signifikan sepanjang tahun 2024.
Menurut data Kaspersky, Indonesia mencatat angka tertinggi serangan ransomware di Asia Tenggara, dengan total 57.554 insiden. Angka ini menunjukkan kerentanan yang serius di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi digital nasional.
Direktur Tim Riset & Analisis Global Kaspersky (GReAT), Igor Kuznetsov, menyoroti pergeseran fokus para pelaku siber. Mereka tidak lagi hanya mengincar perusahaan besar, tetapi juga menyasar sektor-sektor krusial seperti pemerintahan, keuangan, teknologi, dan pendidikan.
Salah satu kelompok yang menjadi perhatian adalah FunkSec, sindikat ransomware yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk melakukan serangan masif. Dengan kemampuan tersebut, mereka dapat menuntut tebusan mulai dari USD 10.000 atau sekitar Rp156 juta. Kuznetsov menekankan bahwa pertahanan siber di Indonesia tidak bisa lagi hanya bersifat pasif, melainkan harus proaktif dalam melindungi infrastruktur penting.
Baca Juga: Google Konfirmasi Kebocoran Data Salesforce, Diduga Ulah Kelompok ShinyHunters
Selain ransomware, kelompok-kelompok APT seperti Mysterious Elephant, Lazarus, Toddycat, dan SideWinder juga aktif membidik Indonesia. SideWinder bahkan dijuluki sebagai 'ancaman paling agresif di Asia Pasifik' karena target utamanya yang mencakup pemerintah, militer, dan entitas diplomatik.
Kaspersky mencatat, meskipun puluhan juta serangan siber berhasil digagalkan, total kerugian finansial akibat kejahatan siber di Indonesia diperkirakan mencapai Rp476 miliar. Di sisi lain, serangan malware perbankan melonjak hingga 649.267 percobaan, sejalan dengan 800 ribu laporan penipuan perbankan yang diterima oleh Kementerian Kominfo.
Tingginya penetrasi internet di Indonesia menjadikan negara ini memiliki "harta karun data" yang sangat menarik bagi penjahat siber global. Kuznetsov menambahkan, meningkatnya kampanye APT, ransomware, dan malware perbankan menegaskan perlunya strategi pertahanan siber nasional yang lebih solid.
Ia menyarankan beberapa langkah kunci untuk memperkuat keamanan siber, yaitu:
- Kolaborasi antara sektor publik dan swasta.
- Pembaruan sistem keamanan secara rutin.
- Audit jaringan secara berkala.
- Penggunaan solusi keamanan terpadu seperti EDR dan XDR.
- Peningkatan kesadaran dan edukasi pengguna untuk meminimalkan dampak serangan.
Dengan memperkuat pertahanan siber dari berbagai sisi, Indonesia dapat lebih efektif dalam menghadapi kompleksitas ancaman digital di masa depan.

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz
Artikel Terpopuler
Tags: Human Error, Keamanan Siber, Kesalahan Manusia, Mitigasi Risiko, Pelatihan Karyawan
Baca SelengkapnyaBerita Teratas
Berlangganan Newsletter FOURTREZZ
Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.