Waspada! Semakin Marak Aksi Ponzi dan Penipuan Beredar Di Media Sosial

Ilustrasi berita

Selain dampak negatif kecanduan yang marak dilakukan oleh beberapa platform media sosial, penipuan dan skema Ponzi banyak ditemukan di banyak media sosial di Indonesia.

Korban terpikat untuk mendapatkan penghasilan tetap hanya dengan menonton video, menyukai, berlangganan, atau mengomentari video yang muncul di platform. Dimulai dari Gotiktok, Tiktokcash dan Goins kemudian diblokir oleh Kominfo atas permintaan OJK karena melakukan penipuan investasi alias Ponzi. Situs Gotiktok sendiri kini telah berubah menjadi halaman dengan konten pornografi.

 

Baca Juga : Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Tangkap Pelaku Manipulasi Data BCA di Dark Web

 

Setelah diblokir oleh Kominfo, lambat laun pembuat scam ini berkembang dan melakukan aksinya secara gerilya dengan menawarkan pekerjaan freelance untuk mendapatkan likes dan subscription. Korban sebenarnya adalah pencari kerja yang terpikat dengan keuntungan harian 30% yang menggiurkan. Tapi kita sudah tahu bahwa para korban pada akhirnya akan tertipu oleh rasa takut kehilangan teknik dan efek biaya hangus yang disebutkan di atas.

Faktanya, saat ini metode membakar uang untuk mendapatkan pangsa pasar digunakan di era e-commerce. Yang menjadi korban adalah pasar tradisional dan kontraktor transportasi konvensional yang akhirnya kalah bersaing dan tutup. Namun, bisnis e-commerce dan ride-sharing ini memiliki model bisnis dan pendapatan yang jelas dan efektif dengan mengubah saluran tradisional yang mahal dan tidak efisien menjadi saluran digital, digital yang lebih murah dan lebih efisien. Itu saja tetap memakan korban beberapa platform e-commerce asing dengan modal besar yang tidak kuat bersaing rugi besar dan menutup usahanya di Indonesia.

Apabila taktik pembakaran dana ini diterapkan kembali dan pemilik platform media sosial ini bermaksud untuk mengganggu pasar, walaupun sebenarnya pasar yang ingin diganggu adalah industri penguasa media sosial yang sudah berjalan efisien dan stabil, serta telah berhasil meraih posisi dominan melalui persaingan yang sengit, maka mencapai keberhasilan dalam merebut pasar ini akan menjadi tugas yang penuh tantangan dan menguras sumber daya finansial yang besar.

Metode yang diterapkan oleh platform media sosial ini menunjukkan kecerdikan dengan memanfaatkan prinsip psikologis “sunk cost effect”. Konsep ini menggambarkan bagaimana individu yang diberitahu bahwa mereka memiliki klaim terhadap uang sebesar Rp 75.000 cenderung merasa bahwa uang tersebut telah menjadi milik mereka, walaupun pada kenyataannya belum ada langkah konkret yang diambil. Mereka hanya perlu menyelesaikan tugas terakhir untuk mengklaim jumlah uang tersebut, sehingga mereka cenderung akan berusaha menyelesaikan tugas tersebut demi menghindari kerugian sebesar Rp 75.000 yang mereka anggap sudah “terbuang” jika mereka tidak menyelesaikan tugas tersebut.

Melansir dari Detik Net, beberapa hari lalu telah terjadi kasus penipuan kerja freelance dimana korbannya dibina kepercayaannya dengan memberikan uang dalam jumlah kecil untuk kemudian dipancing ke dalam group besar untuk menyetorkan modal terlebih dahulu karena FOMO dimana semua orang dalam group yang sudah direkayasa tersebut berebut menyetor untuk mendapatkan keuntungan fantastis dan ketika keuntungan fantastis itu datang, seluruh modal dan keuntungan tidak bisa ditarik karena ada poin yang kurang. Dan untuk menutupi kekurangan poin tersebut, korban harus menyetorkan kembali modalnya atau uangnya tidak dapat ditarik kembali.

Metode pembakaran uang ini cenderung hanya mendapatkan pengguna berkualitas rendah atau pengguna palsu karena fakta bahwa menambahkan pengguna bukan oleh pengguna baru tetapi oleh pengguna lama yang menyamar sebagai pengguna baru dengan kartu prabayar dapat dibeli dengan biaya rendah, dan kartu tersebut digunakan untuk menghasilkan uang. uang di berbagai platform yang menerapkan strategi serupa.

 

Baca Juga : Pemerintahan AS Gandeng Pengembang Teknologi AI untuk Kembangkan Keamanan Siber Basis AI

 

Sayangnya, mereka yang terbiasa menghasilkan uang secara online dari platform digital yang tidak bertanggung jawab, terlena dan berakar pada alam bawah sadar mereka bahwa menghasilkan uang sesederhana itu. Cukup klik, bagikan, dan rujuk anggota baru, Anda bisa mendapatkan uang dengan mudah. Masyarakat menjadi konsumtif, malas, dan selalu mengharapkan hasil instan dari segala upaya. Kerja kecil tapi hasil luar biasa.

Orang-orang yang tertipu seringkali adalah orang-orang dengan literasi keuangan yang rendah. Oleh karena itu, meningkatkan kesadaran literasi keamanan digital masyarakat harus terus ditingkatkan.

Andhika R.

Andhika R.

Digital Marketing at Fourtrezz
Artikel Teratas