57 Persen Perusahaan di Asia Pasifik Berencana Melakukan Investasi Outsourcing Keamanan Siber

Ilustrasi berita

Sebuah studi baru yang dilakukan oleh Kaspersky telah mengungkapkan bahwa para petinggi perusahaan di wilayah Asia Pasifik sedang meningkatkan upaya keamanan siber mereka, hal ini disebabkan karena adanya lonjakan serangan siber yang mengkhawatirkan. Temuan studi tersebut mencerminkan realitas yang tidak menguntungkan, di mana 77 persen perusahaan di Asia Pasifik telah mengalami setidaknya satu insiden siber dalam dua tahun terakhir.

 

Baca Juga : Pencuri Informasi macOS “Atomic” Berkembang Lewat Rantai Pembaruan Browser Palsu ClearFake

 

Salah satu alasan utama yang ditemukan adalah kurangnya staf keamanan TI yang berkualitas, mencapai 24 persen. Menanggapi tantangan ini, 57 persen perusahaan di wilayah ini berencana untuk melakukan investasi dalam outsourcing keamanan siber dalam jangka waktu 12-18 bulan mendatang.

Adrian Hia, Managing Director Asia Pasifik di Kaspersky, mengungkapkan kekhawatiran terkait kekurangan tenaga profesional keamanan siber lokal. Pada tahun 2022, wilayah ini membutuhkan lebih dari 2,1 juta staf keamanan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hia menyatakan, “Jelas sekali, hasil penelitian kami baru-baru ini memberikan angka pasti tentang bagaimana kesenjangan ini dapat berdampak buruk pada keamanan perusahaan.”

Studi Kaspersky tidak hanya menyoroti tantangan, tetapi juga memberikan wawasan tentang langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi kesenjangan keamanan siber. Sebanyak 32 persen responden menyatakan keinginan untuk melibatkan lebih banyak spesialis eksternal.

Rencana investasi perusahaan sejalan dengan harapan tersebut. Sebanyak 34 persen organisasi berencana untuk berinvestasi dalam layanan profesional pihak ketiga, sementara 34 persen lainnya berencana untuk melakukan outsourcing keamanan siber mereka ke penyedia layanan terkelola. Industri infrastruktur kritikal, energi, serta minyak dan gas menjadi yang paling mungkin berinvestasi dalam layanan pihak ketiga.

Sementara itu, sebagian besar organisasi di Asia Pasifik juga berencana untuk mengadopsi otomatisasi dalam proses keamanan siber mereka. Lebih dari setengah bisnis di wilayah ini (51 persen) memiliki rencana konkret untuk mengimplementasikan perangkat lunak otomatisasi keamanan siber dalam 12 bulan ke depan, sementara 15 persen sedang mempertimbangkan opsi tersebut.

 

Baca Juga : Terbaru! KPU Akhirnya  Buka Suara Soal Kebocoran 204 Juta Data Pemilih

 

Dengan adanya rencana seperti ini, harapannya dapat meminimalkan dampak serangan siber dan memastikan keberlanjutan operasional perusahaan di Asia Pasifik termasuk di Indonesia. Serangan siber bukan lagi hal yang bisa dikesampingkan sekarang ini. Berbagai dampak fatal bisa terjadi akibat kelalaian terhadap pentingnya menjaga keamanan siber perusahaan maupun organisasi. Untuk itu berbagai preventif sebagai langkah menjaga keamanan siber dapat dilakukan seperti melakukan edukasi untuk meningkatkan kesadaran karyawan, melakukan pemeliharaan sistem secara berkala, serta melakukan audit dan pengujian terhadap sistem digital yang sedang dikembangkan atau dipakai dalam perusahaan maupun organisasi.

Fourtrezz merupakan salah satu perusahaan yang aktif dalam menyediakan pelayanan di bidang keamanan siber. Menyediakan layanan pengujian keamanan sistem seperti penetration testing juga vulnerability assessment yang dapat membantu perusahaan atau organisasi Anda dalam menilai serta memperbaiki kerentanan pada sistem Anda.

Selain itu dengan Fourtrezz Anda dapat melakukan konsultasi mengenai rekomendasi layanan keamanan siber yang cocok untuk kebtuhaan perusahaan Anda. Anda dapat menghubungi Fourtrezz melalui email [email protected] untuk memulai konsultasi dengan tim ahli keamanan siber.

Andhika R.

Andhika R.

Digital Marketing at Fourtrezz
Artikel Teratas