Fortinet Ungkapkan Hasil Survei State of SecOps di Asia-Pasifik dengan Fokus pada AI dan Automasi

Ilustrasi berita

Fortinet baru-baru ini merilis hasil survei yang dilakukan oleh IDC mengenai Kondisi Operasi Keamanan (State of SecOps) di kawasan Asia-Pasifik. Survei ini memberikan wawasan penting tentang lanskap SecOps saat ini, khususnya dalam konteks peran kecerdasan buatan (AI) dan otomasi.

Menurut Country Director Fortinet Indonesia, Edwin Lim, dalam era keamanan siber yang terus berkembang, 70,7 persen perusahaan menempatkan prioritas pada deteksi ancaman yang lebih cepat melalui otomasi.

 

Baca Juga : Google Uji Coba Perlindungan Pelacakan untuk Mengakhiri Penggunaan Cookie Pihak Ketiga di Chrome

 

Edwin Lim menyoroti pentingnya deteksi dan respons yang cepat sebagai dasar untuk meningkatkan postur keamanan siber. Rata-rata, perusahaan memerlukan waktu 22 hari 6 jam untuk menanggapi ancaman, sedangkan durasi satu serangan siber dapat mencapai 21 hari. Proses ini melibatkan 12 jam penahanan serangan, 6 jam deteksi, dan 12 jam remediasi.

Fortinet mencatat pengurangan signifikan dalam waktu deteksi, dari rata-rata 21 hari menjadi hanya satu jam, yang didorong oleh kecerdasan buatan (AI) dan analisis tingkat lanjut.

Survei ini juga mengungkapkan bahwa phishing dan pencurian identitas adalah ancaman siber yang paling dominan di Indonesia, dengan 50 persen perusahaan menempatkannya sebagai ancaman utama. Lima ancaman teratas meliputi phishing, pencurian identitas, ransomware, DDoS dan DoS, serta serangan berbasis Internet of Things (IoT). Insiden ransomware juga diketahui meningkat dua kali lipat di seluruh Indonesia.

 

Baca Juga : Kelemahan Keamanan Bluetooth Membuka Peluang Eksploitasi Perangkat Android, Linux, macOS, dan iOS

 

62 persen perusahaan di Indonesia melaporkan peningkatan insiden ransomware pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selain itu, 92 persen responden menyatakan bahwa bekerja secara remote telah menyebabkan peningkatan insiden ancaman dari dalam organisasi.

Pelatihan yang tidak memadai, kurangnya kesadaran karyawan, dan komunikasi yang tidak memadai diidentifikasi sebagai faktor yang berkontribusi pada peningkatan insiden tersebut. Oleh karena itu, penekanan pada penanganan faktor manusia dalam keamanan siber menjadi sangat penting.

Andhika R.

Andhika R.

Digital Marketing at Fourtrezz
Artikel Teratas