Jumat, 26 September 2025 | 5 min read | Andhika R
Pentingnya Pentest Rutin untuk Menghadapi Ancaman Siber
Era digital mendorong berkembangnya infrastruktur TI dan aplikasi bisnis, namun bersamaan dengan itu ancaman siber meningkat pesat. Laporan global menyoroti dampak kerugian akibat insiden kebocoran data yang kian membesar: misalnya, biaya rata-rata kebocoran data naik menjadi 4,88 juta dolar AS (sekitar Rp 70 miliar) per insiden pada tahun 2024. Bahkan dalam contoh nyata, satu peristiwa kebocoran data di Amerika Serikat pada April 2024 mengekspos informasi milik 3 miliar warga, sehingga menjadi salah satu kasus kebocoran data terbesar yang pernah tercatat.
Di Indonesia situasinya tak kalah mengkhawatirkan. Laporan Cisco dalam Cybersecurity Readiness Index 2025 menyebut hanya 12% organisasi di Indonesia yang memiliki tingkat kesiapan keamanan siber “mature”. Studi Fortinet berdasarkan survei IDC juga menunjukkan ancaman siber berbasis kecerdasan buatan (AI) melonjak hingga tiga kali lipat di Indonesia. Kasus lokal pun nyata, misalnya insiden ransomware Pusat Data Nasional (PDN) pada Juni 2024 yang menyoroti kelemahan sistemik dan rendahnya kesiapan infrastruktur pemerintah.
Fakta-fakta tersebut mempertegas bahwa kerentanan tak terdeteksi masih banyak, sehingga penetration testing (pentest) harus dipandang sebagai strategi berkelanjutan untuk melacak dan menutup celah keamanan—bukan sekadar formalitas semata.
Apa Itu Pentest?
Penetration testing, atau biasa disebut pentest, adalah simulasi serangan siber terotorisasi terhadap sistem dan jaringan untuk mengidentifikasi kerentanan yang dapat dieksploitasi. Pentest menilai seluruh sistem layaknya ethical hacking yang terkendali. Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat mendefinisikan pentest sebagai “simulasi serangan terkontrol yang membantu mengidentifikasi celah pada aplikasi, jaringan, dan sistem operasi.”
Tujuan utamanya adalah menemukan titik lemah sebelum diserang pihak berbahaya, sehingga tim keamanan dapat memperbaikinya lebih dulu. Pentest umumnya mencakup serangkaian tahap mulai dari perencanaan, pengintaian, pemindaian, eksploitasi, hingga pelaporan hasil. Laporan ini berisi daftar kerentanan yang berhasil ditembus serta rekomendasi perbaikan. Dengan demikian, pentest menjadi bagian integral dari security lifecycle yang menekankan pengujian, perbaikan, dan peningkatan keamanan secara berkesinambungan.
Kesalahan Umum: Pentest Sebagai Formalitas
Sayangnya, banyak organisasi menganggap pentest hanya sebagai persyaratan administratif. Biasanya, perusahaan melakukan pentest hanya ketika menghadapi audit atau sertifikasi (misalnya ISO 27001 atau PCI DSS), lalu berhenti setelah proses selesai. Setelah “stempel” terpenuhi, tidak ada pengujian berkelanjutan dan tidak ada langkah perbaikan nyata.
Pendekatan ini sangat berisiko. Tanpa tindak lanjut, celah keamanan yang sudah ditemukan tetap terbuka dan dapat dimanfaatkan oleh penyerang kapan saja. Kasus besar seperti yang menimpa Equifax pada tahun 2017, ketika 143 juta data bocor akibat perusahaan terlambat menambal kerentanan, menjadi contoh nyata. Walaupun kasus tersebut terjadi di luar negeri, prinsipnya tetap sama: tanpa tindak lanjut setelah pentest, kerentanan kritis tetap berbahaya.
Mengapa Pentest Harus Menjadi Program Rutin
- Ancaman yang Terus Berevolusi
Penyerang siber selalu mengembangkan teknik baru, termasuk memanfaatkan kecerdasan buatan. Jika pentest hanya dilakukan sekali, organisasi akan tertinggal menghadapi pola serangan baru yang muncul secara cepat.
- Infrastruktur dan Aplikasi Bergerak Cepat
Lingkungan TI modern sangat dinamis. Setiap pembaruan aplikasi, penggunaan layanan cloud, atau integrasi pihak ketiga dapat menghadirkan celah baru. Pentest rutin memastikan setiap perubahan diuji dan tidak menimbulkan kerentanan tambahan.
- Kepatuhan Regulasi
Banyak standar dan regulasi, seperti PCI DSS, UU Perlindungan Data Pribadi (UU PDP), ISO 27001, dan HIPAA, mewajibkan organisasi melakukan uji keamanan secara berkala. Pentest rutin menjadi bukti kepatuhan yang dapat ditunjukkan kepada auditor dan regulator.
- Kelayakan Asuransi Siber
Penyedia asuransi siber kini sering mensyaratkan adanya pentest rutin sebagai prasyarat untuk mendapatkan polis atau memperbarui perlindungan. Hal ini menunjukkan bahwa pentest bukan hanya kebutuhan teknis, tetapi juga bagian dari manajemen risiko finansial.
- Kredibilitas dan Kepercayaan
Pelanggan dan mitra lebih mempercayai organisasi yang terbukti proaktif menjaga keamanannya. Pentest rutin menunjukkan komitmen nyata terhadap perlindungan data, sekaligus meningkatkan reputasi dan membuka peluang kerja sama bisnis yang lebih luas.
Manfaat Pentest Rutin bagi Organisasi
- Deteksi Dini Kerentanan: Pentest rutin membantu menemukan celah kritis yang tidak terdeteksi oleh pemindaian otomatis.
- Pencegahan Kerugian Finansial: Biaya kebocoran data rata-rata mencapai jutaan dolar per insiden. Dengan menutup celah lebih cepat, organisasi dapat menghindari kerugian jauh lebih besar.
- Perlindungan Reputasi: Studi menunjukkan mayoritas konsumen kehilangan kepercayaan setelah terjadi kebocoran data. Pentest rutin membantu menjaga kepercayaan ini.
- Kepatuhan Regulasi: Pentest menjadi bukti nyata bahwa perusahaan menerapkan praktik terbaik keamanan.
- Dasar Perbaikan Arsitektur Keamanan: Hasil pentest memberikan data nyata untuk merancang ulang arsitektur keamanan secara menyeluruh.
Strategi Menerapkan Program Pentest Rutin
- Menentukan Frekuensi: Lakukan pentest setidaknya dua kali setahun atau setiap ada perubahan besar pada sistem.
- Mengombinasikan Manual dan Otomatisasi: Gunakan perpaduan pentest manual oleh ahli dengan pemindaian otomatis untuk hasil menyeluruh.
- Integrasi dengan SDLC: Pentest harus menjadi bagian dari siklus pengembangan perangkat lunak agar keamanan diperhatikan sejak tahap desain.
- Continuous Pentesting (PTaaS): Pertimbangkan model Pentest as a Service untuk deteksi berkelanjutan.
- Dokumentasi dan Tindak Lanjut: Pastikan setiap temuan diperbaiki dan ditindaklanjuti dengan baik, bukan sekadar dilaporkan.
Tantangan dan Cara Mengatasinya
- Biaya: Pentest memang membutuhkan investasi, tetapi jauh lebih murah dibandingkan kerugian akibat serangan. Edukasi manajemen mengenai ROI sangat penting.
- Keterbatasan SDM: Kekurangan talenta keamanan dapat diatasi dengan outsourcing ke vendor terpercaya atau meningkatkan kompetensi internal melalui pelatihan.
- Kurangnya Kesadaran Manajemen: Edukasi pimpinan dengan data, studi kasus, dan simulasi insiden nyata akan membantu meningkatkan prioritas keamanan dalam strategi bisnis.
Kesimpulan
Pentest bukan sekadar formalitas audit, melainkan kebutuhan rutin yang harus menjadi bagian dari strategi keamanan organisasi. Perusahaan yang hanya melakukannya sesekali akan rentan terhadap ancaman baru, sementara organisasi yang menerapkan pentest berkelanjutan terbukti lebih tangguh menghadapi serangan siber.
Sebagai langkah nyata, lindungi aset digital Anda dengan pendekatan proaktif. Lakukan pentest rutin bersama penyedia layanan profesional. Fourtrezz siap membantu dengan layanan pentest berkala yang disesuaikan kebutuhan bisnis Anda.
Hubungi Fourtrezz untuk konsultasi dan kerja sama:
- Website: www.fourtrezz.co.id
- Telepon: +62 857-7771-7243
- Email: [email protected]
Dengan tim ahli Fourtrezz, Anda dapat menemukan dan menutup celah keamanan sebelum dimanfaatkan penyerang—demi kelangsungan bisnis yang aman dan berkelanjutan.

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz
Artikel Terpopuler
Tags: Pentest Rutin, Keamanan Siber, Audit IT, Data Protection, Cyber Risk
Baca SelengkapnyaBerita Teratas
Berlangganan Newsletter FOURTREZZ
Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.