Jumat, 27 Desember 2024 | 7 min read | Andhika R

10 Serangan Ransomware Terbesar yang Mengguncang Dunia

Ransomware adalah jenis malware yang secara khusus dirancang untuk mengunci atau mengenkripsi data korban, sehingga data tersebut menjadi tidak dapat diakses. Penyerang biasanya menuntut pembayaran tebusan dalam bentuk mata uang kripto agar data korban dapat dipulihkan. Ransomware sering kali menyebar melalui lampiran email yang mencurigakan, tautan berbahaya, atau celah keamanan dalam perangkat lunak.

Bagaimana Ransomware Bekerja?

Proses kerja ransomware umumnya melibatkan beberapa tahap:

  1. Infeksi Awal: Penyerang biasanya memanfaatkan rekayasa sosial atau celah keamanan untuk menginfeksi perangkat korban. Contohnya termasuk mengirim email phishing yang mengandung file berbahaya atau mengeksploitasi kerentanan perangkat lunak.
  2. Enkripsi Data: Setelah berhasil menginfeksi sistem, ransomware mulai mengenkripsi file atau data penting di perangkat korban. Proses ini membuat data menjadi tidak dapat diakses tanpa kunci dekripsi.
  3. Permintaan Tebusan: Setelah enkripsi selesai, penyerang akan menampilkan pesan yang meminta pembayaran tebusan dalam bentuk mata uang kripto, seperti Bitcoin, untuk mendapatkan kunci dekripsi.

Ransomware dirancang untuk memaksa korban membayar tebusan dengan cepat. Beberapa varian bahkan menggunakan batas waktu atau ancaman publikasi data sensitif untuk meningkatkan tekanan terhadap korban.

10 Serangan Ransomware Terbesar yang Mengguncang Dunia.webp

Dampak Serangan Ransomware

Kerugian Finansial Akibat Ransomware

Kerugian finansial yang disebabkan oleh ransomware sangat signifikan. Biaya ini tidak hanya mencakup pembayaran tebusan tetapi juga meliputi biaya pemulihan sistem, kehilangan pendapatan akibat gangguan operasi, serta investasi tambahan dalam meningkatkan keamanan siber. Banyak perusahaan yang harus menghabiskan jutaan dolar untuk mengembalikan operasional mereka ke kondisi normal setelah serangan ransomware.

Gangguan pada Infrastruktur Kritis

Serangan ransomware juga telah menargetkan infrastruktur kritis, seperti sistem kesehatan, penyedia energi, dan layanan publik. Gangguan pada sektor-sektor ini dapat menyebabkan dampak luas yang mempengaruhi jutaan orang. Sebagai contoh, serangan terhadap Colonial Pipeline pada tahun 2021 menyebabkan kelangkaan bahan bakar yang parah di Amerika Serikat, menunjukkan bagaimana ransomware dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari.

Ancaman terhadap Privasi Data Individu dan Perusahaan

Ransomware tidak hanya mengenkripsi data, tetapi dalam beberapa kasus, penyerang juga mencuri data sensitif sebelum mengenkripsi file. Data ini kemudian digunakan sebagai alat tambahan untuk menekan korban agar membayar tebusan. Jika data yang dicuri dipublikasikan, hal ini dapat merusak reputasi individu atau organisasi, serta menimbulkan risiko hukum dan kehilangan kepercayaan dari pelanggan atau mitra bisnis.

10 Serangan Ransomware Terbesar di Dunia

  1. WannaCry (2017): Dampaknya pada Dunia

Pada tahun 2017, serangan ransomware WannaCry mengguncang dunia. Menggunakan kerentanan dalam sistem operasi Windows yang disebut EternalBlue, ransomware ini menyebar dengan sangat cepat ke lebih dari 150 negara. Target utamanya meliputi rumah sakit, perusahaan besar, dan organisasi pemerintahan. WannaCry menyebabkan kerugian miliaran dolar, menghentikan layanan kritis di berbagai sektor, termasuk layanan kesehatan di Inggris melalui NHS (National Health Service). Peristiwa ini menyoroti pentingnya pembaruan sistem dan keamanan siber yang proaktif.

  1. Pemerintah Ukraina (2022): Fokus pada Infrastruktur Publik

Serangan ransomware yang menyasar Ukraina pada tahun 2022 menargetkan situs web pemerintah dan sistem kritis negara tersebut. Serangan ini terjadi di tengah situasi geopolitik yang memanas, menyebabkan gangguan besar pada layanan publik. Data sensitif pemerintah turut terekspos, menciptakan krisis kepercayaan dan menimbulkan dampak jangka panjang pada stabilitas operasional negara.

  1. Pemerintah Kosta Rika (2022): Gangguan Ekonomi Negara

Kosta Rika menghadapi salah satu serangan ransomware terburuk pada tahun 2022, yang melumpuhkan Kementerian Keuangan negara tersebut. Akibatnya, sistem pengumpulan pajak dan kontrol bea cukai terganggu, menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan. Serangan ini menjadi peringatan bahwa bahkan pemerintah yang memiliki sistem keamanan siber dapat menjadi korban serangan besar.

  1. Travelex (2019): Ketergantungan pada Sistem Digital

Travelex, sebuah perusahaan layanan penukaran mata uang global, menjadi korban ransomware pada akhir tahun 2019. Serangan ini mengakibatkan semua sistem digital perusahaan offline selama hampir dua minggu, mengganggu operasi di seluruh dunia. Travelex akhirnya membayar tebusan sebesar $2,3 juta untuk memulihkan akses data. Kasus ini menunjukkan risiko yang dihadapi perusahaan global yang bergantung pada teknologi untuk operasional sehari-hari.

  1. Colonial Pipeline (2021): Dampak pada Distribusi Energi

Serangan terhadap Colonial Pipeline pada tahun 2021 menghentikan operasi salah satu jaringan distribusi bahan bakar utama di Amerika Serikat. Serangan ini menimbulkan krisis energi di wilayah timur AS, dengan kelangkaan bahan bakar dan lonjakan harga di pasar. Perusahaan akhirnya membayar tebusan sebesar $4,4 juta untuk mengatasi situasi ini. Serangan ini menunjukkan bagaimana ransomware dapat mengganggu infrastruktur kritis dengan dampak ekonomi yang luas.

  1. Kronos (2021): Gangguan pada Industri Tenaga Kerja

Kronos, penyedia perangkat lunak manajemen tenaga kerja, mengalami serangan ransomware yang menyebabkan layanan penggajian dan penjadwalan terganggu di ribuan organisasi. Serangan ini berdampak pada banyak sektor, termasuk perawatan kesehatan, ritel, dan layanan umum. Gangguan ini berlangsung selama berminggu-minggu, memaksa perusahaan untuk menemukan solusi sementara yang rumit.

  1. JBS Foods (2021): Ketergantungan Rantai Pasokan Makanan

JBS Foods, salah satu perusahaan pengolahan daging terbesar di dunia, menjadi korban ransomware pada tahun 2021. Serangan ini memaksa penutupan beberapa fasilitas produksi di Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. Perusahaan membayar tebusan sebesar $11 juta untuk menghindari kerusakan lebih lanjut pada operasi dan rantai pasokan makanan global. Kejadian ini menyoroti kerentanan sektor pangan terhadap serangan siber.

  1. Kaseya (2021): Serangan Melalui Rantai Pasokan Digital

Serangan ransomware pada Kaseya memanfaatkan kerentanan zero-day dalam perangkat lunaknya, mempengaruhi ribuan pelanggan dan perusahaan mitra. Dengan permintaan tebusan awal sebesar $70 juta, serangan ini menciptakan dampak besar di seluruh dunia. Serangan Kaseya menunjukkan bagaimana aktor jahat dapat memanfaatkan hubungan dalam rantai pasokan digital untuk menyebarkan ransomware secara masif.

  1. Kota Dallas (2023): Efek pada Layanan Publik

Pada tahun 2023, serangan ransomware melumpuhkan beberapa layanan penting di Kota Dallas, termasuk sistem pengadilan dan situs web Departemen Kepolisian. Selain mengganggu layanan publik, biaya pemulihan insiden ini diperkirakan mencapai $8,5 juta. Peristiwa ini menunjukkan bagaimana serangan ransomware dapat berdampak langsung pada masyarakat umum.

  1. Universitas California (2020): Serangan pada Institusi Pendidikan

Universitas California, khususnya Fakultas Kedokterannya, menjadi sasaran serangan ransomware pada tahun 2020. Serangan ini mengancam data penelitian penting yang terkait dengan perawatan kesehatan. Universitas akhirnya membayar tebusan sebesar $1,14 juta untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Kasus ini menggarisbawahi risiko yang dihadapi institusi pendidikan tinggi dalam menjaga keamanan data mereka.

Pelajaran Penting dari Kasus-Kasus Ini

  1. Pentingnya Proaktif dalam Keamanan Siber

Serangan ransomware yang telah terjadi menunjukkan bahwa pendekatan reaktif tidak cukup untuk menghadapi ancaman siber. Organisasi perlu mengambil langkah proaktif, seperti mengidentifikasi potensi kerentanan dan memperbaikinya sebelum penyerang dapat mengeksploitasinya. Menggunakan sistem pemantauan ancaman secara real-time dan melakukan audit keamanan berkala dapat membantu mencegah serangan sejak dini.

  1. Implementasi Strategi Backup dan Pemulihan Data

Backup data yang teratur dan terenkripsi merupakan langkah penting untuk memitigasi dampak serangan ransomware. Dengan memiliki salinan data di lokasi yang aman, organisasi dapat memulihkan sistem tanpa harus membayar tebusan. Selain itu, strategi pemulihan data yang efektif harus diuji secara rutin untuk memastikan dapat digunakan dalam situasi darurat.

  1. Pentingnya Kerjasama Global dalam Memerangi Ransomware

Serangan ransomware seringkali melibatkan jaringan internasional yang kompleks. Oleh karena itu, kerja sama global antara pemerintah, perusahaan, dan komunitas keamanan siber sangat penting. Pertukaran informasi mengenai ancaman terbaru, teknik serangan, dan solusi mitigasi dapat membantu mengurangi risiko serangan di seluruh dunia.

Cara Melindungi Diri dan Organisasi dari Ransomware

  1. Menggunakan Perangkat Lunak Keamanan yang Andal

Perangkat lunak keamanan seperti antivirus dan firewall yang canggih dapat mendeteksi dan memblokir ransomware sebelum dapat menyusup ke sistem. Memastikan perangkat lunak ini diperbarui secara rutin juga sangat penting agar tetap efektif terhadap ancaman terbaru.

  1. Melakukan Pelatihan Keamanan Siber untuk Karyawan

Sebagian besar serangan ransomware dimulai dengan kesalahan manusia, seperti mengklik tautan phishing. Pelatihan keamanan siber untuk karyawan dapat meningkatkan kesadaran mereka terhadap ancaman ini dan mengajarkan praktik terbaik, seperti mengenali email mencurigakan dan menggunakan kata sandi yang kuat.

  1. Menerapkan Sistem Backup yang Rutin dan Terenkripsi

Selain memiliki backup data, penting untuk memastikan bahwa backup tersebut dilakukan secara rutin dan disimpan dalam format terenkripsi. Dengan demikian, meskipun data utama dienkripsi oleh ransomware, organisasi tetap memiliki akses ke salinan yang aman dan terlindungi.

  1. Memastikan Pembaruan Sistem dan Perangkat Lunak

Kerentanan dalam perangkat lunak sering kali menjadi pintu masuk bagi ransomware. Memastikan semua perangkat lunak dan sistem operasi diperbarui dengan patch keamanan terbaru dapat mengurangi risiko serangan. Organisasi juga harus mengganti perangkat lunak yang sudah tidak didukung oleh pembaruan keamanan.

Kesimpulan

Rangkaian serangan ransomware yang telah terjadi memberikan pelajaran penting tentang ancaman siber yang semakin kompleks. Organisasi harus mengambil langkah proaktif dalam melindungi sistem mereka, termasuk menerapkan strategi backup, meningkatkan kesadaran karyawan, dan menggunakan teknologi keamanan terkini. Selain itu, kerja sama global diperlukan untuk menghadapi ancaman yang terus berkembang ini.

Peningkatan kewaspadaan terhadap ransomware bukan hanya tugas bagi organisasi besar, tetapi juga bagi individu dan perusahaan kecil. Dengan menerapkan langkah-langkah keamanan yang tepat, risiko serangan dapat diminimalkan, dan data penting tetap terlindungi dari ancaman siber yang merugikan.

Bagikan:

Avatar

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz

Semua Artikel

Artikel Terpopuler

Berlangganan Newsletter FOURTREZZ

Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.

Partner Pendukung

infinitixyberaditif

© 2025 PT Tiga Pilar Keamanan. All Rights Reserved.
Info Ordal