Senin, 4 November 2024 | 3 min read | Andhika R
Ancaman Siber Semakin Meningkat, Q3 2024 Cetak Rekor Serangan
Dalam laporan terbaru, Q3 2024 mencatat kenaikan serangan siber global hingga 75%, memicu kekhawatiran para profesional keamanan. Di sektor bisnis dan layanan keuangan, intensitas serangan meningkat drastis, terutama dengan meningkatnya eksploitasi ransomware dan serangan berbasis AI. Peningkatan ini dipicu oleh adopsi teknologi AI yang masif, yang kini dimanfaatkan oleh peretas untuk menyerang infrastruktur penting, baik di jaringan perusahaan maupun perangkat individu.
Di Q3 2024, rata-rata global mendapati 1.876 serangan siber per organisasi, menandai adanya peningkatan 75% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023 dan mengalami kenaikan 15% dari kuartal sebelumnya. Singapura mencatat rata-rata 2.229 telah terjadi serangan siber, peningkatan sebesar 129% peningkatan tertinggi di seluruh APAC menurut Checkpoint Research (CPR).
Secara global, sektor Pendidikan/Penelitian merupakan yang paling banyak ditargetkan dengan 3.828 serangan mingguan, kemudian diikuti oleh sektor Pemerintah/Militer dan Kesehatan, masing-masing dengan 2.553 dan 2.434 serangan. Di Singapura, sektor Pemerintah/Militer menempati posisi pertama dengan selisih yang signifikan, dengan 5.286 serangan. Lonjakan ini menggarisbawahi tren bahwa ancaman virtual menjadi lebih sering dan canggih. Khususnya, industri Vendor Perangkat Keras mengalami peningkatan paling signifikan dari tahun ke tahun, dengan serangan melonjak sebesar 191%.
Baca Juga: Lazarus Group Eksploitasi Zero-Day di Chrome: Ancaman Baru bagi Keamanan Siber Global
Kenaikan ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan serangan berbasis teknik kecerdasan buatan yang dimanfaatkan untuk menyusup ke sistem keamanan. Dengan AI, peretas mampu mengembangkan serangan yang lebih canggih, bahkan mampu meniru perilaku pengguna, mengelabui sistem keamanan, dan mencuri data dengan lebih cepat. Selain itu, pertumbuhan teknologi cloud yang tidak diimbangi dengan keamanan yang memadai menjadikan infrastruktur cloud sebagai target empuk.
Serangan ransomware juga mengalami lonjakan, di mana metode pembayaran kripto sering kali menjadi sarana transaksi, mengaburkan jejak peretas dan mempersulit pelacakan oleh pihak berwenang. Taktik serangan seperti Distributed Denial of Service (DDoS) dan rekayasa sosial juga meningkat, seiring dengan semakin banyaknya pengguna internet dan kurangnya edukasi terhadap ancaman siber.
Akibat dari lonjakan ini, banyak perusahaan yang menghadapi biaya pemulihan yang signifikan dan risiko reputasi yang tinggi. Di sektor kesehatan, misalnya, serangan telah menyebabkan penundaan pelayanan pasien dan potensi kebocoran data pribadi. Bagi pengguna individu, ancaman meningkat, terutama dari malware dan aplikasi palsu yang dirancang untuk mencuri informasi pribadi dan keuangan.
Menghadapi lonjakan ini, banyak perusahaan kini meningkatkan investasi dalam keamanan siber, termasuk pengujian penetrasi dan pembaruan sistem keamanan. Pemerintah di berbagai negara juga mulai memperketat regulasi terkait perlindungan data, meski beberapa ahli berpendapat bahwa regulasi saja tidak cukup. Adopsi teknologi AI untuk tujuan proteksi juga mulai diterapkan, namun tantangannya tetap ada dalam mengejar kemajuan yang terus dikembangkan oleh aktor jahat.
Dengan tren ini, para ahli menyarankan perusahaan untuk tidak hanya bergantung pada perlindungan digital, tetapi juga pada edukasi karyawan terhadap ancaman siber. Langkah-langkah seperti pembaruan berkala pada sistem keamanan dan audit berkala diharapkan mampu menurunkan risiko serangan siber di masa depan.
Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz
Artikel Terpopuler
Tags: Keamanan Siber, Pengujian Keamanan, Kerentanan Sistem, Ancaman Siber, VAPT Fourtrezz
Baca SelengkapnyaBerita Teratas
Berlangganan Newsletter FOURTREZZ
Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.
PT. Tiga Pilar Keamanan
Grha Karya Jody - Lantai 3Jl. Cempaka Baru No.09, Karang Asem, Condongcatur
Depok, Sleman, D.I. Yogyakarta 55283
Informasi
Perusahaan
Partner Pendukung