Kamis, 10 Juli 2025 | 7 min read | Andhika R

Bahaya! Sesi Login yang Tak Pernah Berakhir: Kenapa Hacker Suka Kelalaian Ini?

Keamanan sesi (session) login sering diremehkan padahal krusial bagi keamanan aplikasi web. Saat pengguna masuk (login), server membuat sesi dan menetapkan session ID dalam cookie agar pengguna tetap diakui tanpa harus login ulang. Namun, kelalaian menjaga durasi sesi dapat berakibat fatal. Laporan keamanan Imperva 2024 menyebutkan session hijacking—pembajakan sesi—sebagai salah satu metode teratas dalam serangan aplikasi web. Begitu pula CSIRT Indonesia melaporkan “setiap tahunnya, ratusan ribu kasus pembajakan sesi terjadi, menandakan betapa rentannya informasi pribadi di dunia maya”. Artikel ini membahas risiko sesi login yang tidak berakhir, cara kerja sesi login, hingga cara mencegahnya bagi pengguna dan pengembang.

Bahaya! Sesi Login yang Tak Pernah Berakhir Kenapa Hacker Suka Kelalaian Ini.webp

Apa Itu Sesi Login dan Bagaimana Cara Kerjanya?

Sesi login (user session) terjadi setelah pengguna berhasil login. Server kemudian membuat session ID unik yang disimpan di sisi server. Session ID tersebut biasanya dikirim ke browser pengguna melalui cookie (sering disebut session cookie). Setiap kali pengguna mengakses kembali aplikasi, browser akan mengirim cookie itu sehingga server dapat mengenali dan mempertahankan status login pengguna tanpa meminta kata sandi lagi. Cookie otentikasi ini memungkinkan “pengguna tetap masuk” saat berpindah halaman.

Cookie sendiri ada dua tipe penting: session cookies dan persistent cookies. Session cookies hanya berlaku selama sesi browser berlangsung dan akan dihapus otomatis saat browser ditutup. Sebaliknya, persistent cookies tetap tersimpan di perangkat meski browser ditutup, sesuai tanggal kedaluwarsa yang ditetapkan (bisa beberapa hari, bulan, atau bahkan tahun). Misalnya, saat pengguna mencentang opsi “ingat saya” atau “remember me”, aplikasi web biasanya membuat persistent cookie agar pengguna tidak perlu login ulang untuk waktu lama. Meskipun praktis, durasi panjang inilah yang menjadi pintu masuk risiko. Sebagai contoh, Tirto.id menjelaskan bahwa cookie dapat menyimpan sesi login sehingga pengguna tetap dalam keadaan masuk meski membuka halaman lain di platform tersebut. Dengan cara kerja ini, sesi login yang tidak dikelola dengan benar dapat dibajak oleh penyerang.

Bahaya Sesi Login yang Tidak Berakhir

Sesi login yang tidak habis masa berlakunya atau tidak timeout sangat berbahaya. Bila cookie sesi tidak dihapus atau didaftarkan waktu kedaluwarsa, seorang peretas yang memperoleh nilai session ID (misalnya lewat sniffing, malware, atau XSS) bisa menggunakan sesi itu selamanya. MITRE mengkategorikan masalah ini sebagai CWE-613: Insufficient Session Expiration, yaitu situasi di mana situs web mengizinkan kredensial sesi lama digunakan ulang oleh penyerang. Artinya, sesi yang “tidak pernah berakhir” bisa diakses kembali berulang kali.

Contoh nyata dampaknya terlihat dalam peringatan FBI akhir 2024. FBI mengamati penjahat cyber mengambil alih akun email dengan mencuri “Remember Me” cookie pengguna. Cookie ini menyimpan session ID yang aktif hingga 30 hari; bila dicuri, penyerang bisa masuk sebagai korban tanpa perlu kata sandi atau melewati MFA. Malwarebytes menekankan bahwa meski pengguna sudah pakai otentikasi multifaktor, sebuah sesi yang valid tetap bisa disalahgunakan jika cookie dicuri. Dengan akses akun, penyerang dapat membaca email, mencuri data finansial, bahkan mereset kata sandi layanan lain. Di level perusahaan, kesalahan manajemen sesi juga berpotensi memicu pelanggaran data besar yang merugikan bisnis.

Sisi teknisnya, jika sesi terus aktif, peretas hanya perlu mencuri session token. Contoh kerentanan Password Pusher (CVE-2024-56733) memperlihatkan hal ini. Aplikasi berbasis Ruby tersebut memiliki pengaturan auto-logout 2 jam, namun selama sesi aktif, attacker yang berhasil mencegat session cookie dapat menggunakannya untuk akses tidak sah hingga token itu kadaluwarsa. Artinya, kalau sesi tidak di-logout manual atau dimatikan otomatis, token lama dapat terus dipakai penyerang hingga waktunya habis. Akibatnya, kerahasiaan dan integritas data terancam karena akun korban dipakai untuk melakukan tindakan berbahaya.

Mengapa Hacker Menyukai Kelalaian Ini

Para hacker menyukai sesi login yang tak berakhir karena hal itu memudahkan eksploitasi. Dengan sesi panjang, penyerang tidak perlu menebak kata sandi atau melewati otentikasi berulang. Cukup dengan mencuri satu session ID, mereka mendapat akses penuh seperti pemilik akun. Kasus SonicWall CVE-2024-53704 memperlihatkan betapa berharganya sesi aktif bagi penyerang. Sebuah kelemahan di SSL VPN SonicWall yang belum dipatch memungkinkan penyerang me-hijack sesi VPN yang aktif, membuka koneksi VPN baru, dan masuk ke jaringan internal tanpa kredensial pengguna. Di situasi seperti ini, penyerang mendapatkan “kunci emas”: sesi yang masih berlaku untuk dipakai sesuka hati.

Secara konseptual, jika server atau aplikasi tak memaksa logout atau expire, hacker bisa reuse sesi lama tanpa batas waktu. Mereka dapat memfokuskan serangan pada metode pencurian cookie (sniffing, malware, XSS) alih-alih brute force. FBI bahkan menyebut bahwa cookie “Remember-Me” sudah menjadi cara populer bagi kriminal untuk menghindari MFA dan langsung masuk ke akun korban. Kelalaian developer yang tidak mengimplementasikan timeout atau memaksa logout secara otomatis membuat sesi pengguna layaknya tiket tak terbatas yang selalu bisa dibajak. Peretas pun memanfaatkan “kebodohan” ini untuk bergerak tanpa terdeteksi, karena korban mungkin tidak segera menyadari sesi mereka dibajak.

Tanda-Tanda Sesi Login yang Tidak Aman

Beberapa ciri umum menunjukkan sesi login kurang aman. Pertama, jika sebuah aplikasi tidak mengatur logout otomatis (session timeout) setelah periode tidak aktif, berarti sesi pengguna tetap terbuka tanpa batas. Contoh: website bank atau media sosial yang tetap login meski pengguna tidak melakukan aktivitas berjam-jam. Kedua, penggunaan “remember me” atau opsi tetap masuk otomatis yang aktif secara default bisa berisiko, apalagi jika perangkat dibagikan atau dicuri. Ketiga, pada tingkat teknis, jika cookie sesi tidak memiliki flag HttpOnly atau Secure, artinya cookie rentan diakses oleh script atau dikirim lewat koneksi tak terenkripsi. Pengembang dapat memeriksa header cookie: absennya opsi Secure (hanya HTTPS) atau HttpOnly (mencegah JavaScript) menandakan pengamanan lemah. Terakhir, jika sesi pengguna tetap aktif setelah browser ditutup (persistent cookie tanpa batas), itu alarm besar. Intinya, ketiadaan auto-logout dan cookie dengan masa hidup panjang adalah tanda bahwa sesi login tidak dikelola dengan aman.

Cara Mencegah Risiko Ini

Untuk mencegah pembajakan sesi, perlu langkah teknis proaktif. Pertama, terapkan session timeout: atur agar sesi otomatis logout setelah periode tidak aktif tertentu (misalnya 15–30 menit). Ini membatasi jendela waktu serangan jika sesi dicuri. Kedua, gunakan protokol HTTPS di seluruh situs. Enkripsi TLS memastikan cookie sesi tidak tersadap di jaringan publik. Ketiga, konfigurasi cookie dengan aman: tambahkan HttpOnly untuk mencegah akses lewat JavaScript, Secure agar cookie hanya dikirim via HTTPS, dan SameSite untuk mengurangi risiko CSRF. Keempat, jangan gunakan persistent cookie kecuali perlu. OWASP menyarankan menggunakan cookie non-persistent (session cookie) sehingga sesi berakhir saat browser ditutup. Terakhir, implementasikan token rotasi: setiap login atau logout harus menghasilkan token baru, sekaligus mencabut token lama. Jangan lupa otomatis invalidate sesi di server saat logout. Dengan cara-cara ini, sesi login tak akan tergantung pada kelonggaran kelalaian.

Rekomendasi Praktik Keamanan untuk Pengguna dan Developer

Pengguna: Selalu akhiri sesi setelah selesai menggunakan aplikasi atau website, apalagi di perangkat umum. Hindari mencentang opsi “ingat saya” jika perangkat dapat diakses orang lain. Aktifkan otentikasi dua faktor (2FA) untuk lapisan keamanan tambahan. Gunakan kata sandi unik dan perbarui perangkat lunak keamanan Anda agar malware pencuri cookie tidak punya celah. FBI menyarankan agar pengguna mempertimbangkan risikonya: “Apakah kemudahan ‘remember me’ sebanding dengan potensi bahaya?” dan “hapus cookie atau logout ketika selesai”.

Developer: Ikuti panduan OWASP dan standar industri dalam manajemen sesi. Pastikan sesi memiliki batas waktu yang jelas dan dihapus setelah logout. Tetapkan waktu kedaluwarsa pada token/sesi sesuai CWE-613 (misalnya 20–30 menit idle). Gunakan framework atau pustaka otentikasi yang terpercaya untuk mengelola cookie dan token secara aman. Selalu regenerasi session ID setelah autentikasi agar sesi lama tidak dapat diprediksi. Selain itu, catat log sesi untuk memantau aktivitas mencurigakan (seperti login dari lokasi asing). Dengan langkah-langkah tersebut, sesi login dikelola optimal sehingga peluang pembajakan dapat diminimalkan.

Kesimpulan

Manajemen sesi login yang baik adalah pilar penting keamanan siber. Sesi yang tak pernah berakhir ibarat undangan terbuka bagi hacker: cukup sekali mendapatkan cookie, mereka tak perlu repot lagi mencuri kredensial. Berbagai insiden dan penelitian terkini menunjukkan betapa meruginya pembajakan sesi—termasuk mengesampingkan MFA dan mencuri data pribadi berharga. Oleh karena itu, pengguna harus disiplin logout dan pengembang harus implementasikan timeout serta proteksi cookie. Dengan memadukan praktik logout otomatis, enkripsi, cookie yang aman, dan kesadaran pengguna, risiko sesi login yang tidak kadaluwarsa bisa dihindari, menjaga data dan akun tetap terlindungi.

Bagikan:

Avatar

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz

Semua Artikel

Artikel Terpopuler

Berlangganan Newsletter FOURTREZZ

Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.

Partner Pendukung

infinitixyberaditif

© 2025 PT Tiga Pilar Keamanan. All Rights Reserved.
Info Ordal