Selasa, 17 Desember 2024 | 5 min read | Andhika R

Delapan Pelanggaran Data Terbesar di Sektor Keuangan dan Pelajaran Berharga yang Harus Diketahui

Keamanan data merupakan elemen krusial dalam industri keuangan, mengingat tingginya volume informasi sensitif yang dikelola oleh institusi keuangan setiap hari. Data pelanggan, seperti identitas pribadi, informasi keuangan, dan riwayat transaksi, menjadi target utama bagi pelaku kejahatan siber. Ketidakmampuan untuk melindungi data ini dapat berujung pada konsekuensi yang merugikan, mulai dari kerugian finansial, hilangnya kepercayaan pelanggan, hingga dampak hukum yang signifikan.

Kasus pelanggaran data dalam sektor keuangan menunjukkan kelemahan dalam sistem keamanan dan pentingnya pembaruan teknologi secara berkala. Artikel ini akan membahas delapan kasus pelanggaran data terbesar di sektor keuangan, menguraikan penyebab utama, dampak yang ditimbulkan, dan pelajaran berharga yang dapat diambil dari setiap insiden. Dengan memahami studi kasus ini, perusahaan dapat mengambil langkah proaktif untuk meningkatkan sistem keamanan mereka.

Delapan Pelanggaran Data Terbesar di Sektor Keuangan dan Pelajaran Berharga yang Harus Diketahui.webp

1. Equifax (2017)

Pelanggaran data yang dialami Equifax pada tahun 2017 menjadi salah satu insiden paling menggemparkan dalam sejarah industri keuangan. Insiden ini bermula dari kerentanan pada perangkat lunak Apache Struts yang digunakan oleh Equifax. Meskipun kerentanan ini telah diketahui dan pembaruan untuk memperbaikinya telah tersedia, perusahaan gagal menerapkannya tepat waktu. Akibatnya, informasi pribadi dari 147 juta konsumen, termasuk nomor Jaminan Sosial, tanggal lahir, alamat, dan dalam beberapa kasus, informasi kartu kredit, berhasil dicuri oleh para peretas.

Dampak dari pelanggaran ini sangat luas. Bagi pelanggan, hal ini meningkatkan risiko pencurian identitas dan penyalahgunaan informasi pribadi. Bagi Equifax, insiden ini menyebabkan kerugian finansial yang besar, denda hukum, dan penurunan reputasi yang signifikan. Pelajaran penting dari kasus ini adalah pentingnya manajemen patch yang efektif serta pemantauan kerentanan secara proaktif untuk mencegah insiden serupa di masa depan.

2. Heartland Payment Systems (2008)

Pada tahun 2008, Heartland Payment Systems menjadi korban serangan injeksi SQL yang berhasil mengeksploitasi kelemahan dalam sistem mereka. Melalui serangan ini, pelaku berhasil mencuri sekitar 130 juta nomor kartu kredit dan debit. Insiden ini terungkap setelah lembaga-lembaga perbankan melaporkan transaksi mencurigakan pada kartu yang dikelola oleh Heartland.

Kerugian yang diakibatkan oleh insiden ini tidak hanya dirasakan oleh perusahaan, tetapi juga oleh konsumen dan mitra bisnis mereka. Untuk menghindari kejadian serupa, validasi input yang ketat dan pengujian keamanan aplikasi secara berkala menjadi langkah yang harus diutamakan. Dengan mengidentifikasi dan memperbaiki kelemahan dalam sistem lebih awal, perusahaan dapat melindungi data pelanggan dengan lebih efektif.

3. Capital One (2019)

Pelanggaran data Capital One pada tahun 2019 disebabkan oleh konfigurasi firewall yang tidak tepat pada layanan cloud yang mereka gunakan. Celah ini dimanfaatkan oleh seorang mantan karyawan Amazon Web Services untuk mengakses data pribadi lebih dari 100 juta pelanggan, termasuk informasi keuangan dan data aplikasi kredit.

Insiden ini menyoroti kelemahan dalam pengelolaan layanan cloud dan pentingnya pengaturan akses yang ketat. Langkah mitigasi yang direkomendasikan mencakup audit keamanan rutin, pelatihan bagi tim TI tentang konfigurasi yang aman, dan penerapan protokol autentikasi ganda untuk mengurangi risiko akses tidak sah.

4. JPMorgan Chase (2014)

Pada tahun 2014, JPMorgan Chase menjadi korban serangan siber yang berhasil mengeksploitasi kredensial server yang dikompromikan. Serangan ini menyebabkan tereksposnya data pribadi dari 76 juta rumah tangga dan 7 juta bisnis kecil. Meski tidak ada bukti bahwa data keuangan nasabah dicuri, insiden ini tetap memengaruhi kepercayaan pelanggan terhadap bank tersebut.

Kasus ini menekankan pentingnya menerapkan langkah-langkah keamanan yang lebih ketat, seperti autentikasi multifaktor dan enkripsi data. Dengan memperkuat perlindungan pada titik-titik masuk yang rentan, perusahaan dapat mencegah upaya serangan yang serupa di masa depan. Selain itu, edukasi karyawan tentang praktik keamanan siber yang baik juga menjadi elemen penting dalam melindungi infrastruktur TI perusahaan.

5. CardSystems Solutions, Inc. (2005)

Pada tahun 2005, CardSystems Solutions, Inc. mengalami pelanggaran data akibat malware yang berhasil diinstal pada jaringan perusahaan. Insiden ini mengakibatkan pencurian data dari sekitar 40 juta kartu pembayaran. Serangan tersebut mengungkap kurangnya pengawasan jaringan yang memadai serta lemahnya perlindungan terhadap ancaman malware.

Dampak dari insiden ini sangat merugikan, baik dari sisi reputasi perusahaan maupun keamanan konsumen. Untuk mengatasi risiko serupa di masa depan, perusahaan harus menerapkan pemantauan jaringan secara proaktif dan menggunakan sistem deteksi intrusi yang canggih. Langkah-langkah ini dapat membantu dalam mengidentifikasi dan menanggapi ancaman dengan lebih cepat.

6. Experian (2020)

Pada tahun 2020, Experian menjadi korban serangan rekayasa sosial yang cerdas, di mana penyerang berhasil mengelabui karyawan untuk memberikan akses ke data sensitif. Insiden ini berdampak pada data pribadi 24 juta pelanggan di Afrika Selatan, termasuk nomor identifikasi, informasi pekerjaan, dan detail keuangan.

Untuk mencegah serangan semacam ini, perusahaan perlu menginvestasikan waktu dan sumber daya dalam pelatihan karyawan tentang teknik rekayasa sosial. Langkah-langkah tambahan seperti prosedur verifikasi yang ketat dan sistem autentikasi dua faktor juga dapat mengurangi risiko serangan serupa.

7. Korea Credit Bureau (2014)

Kasus pelanggaran data Korea Credit Bureau pada tahun 2014 melibatkan seorang karyawan kontrak yang mencuri data pribadi sekitar 20 juta pelanggan. Data tersebut kemudian dijual ke perusahaan pemasaran, menyebabkan pelanggaran besar-besaran terhadap privasi konsumen.

Insiden ini menunjukkan pentingnya mengelola ancaman dari dalam perusahaan. Implementasi kontrol akses yang ketat, pemantauan aktivitas karyawan, serta evaluasi menyeluruh terhadap kontraktor dapat membantu mencegah risiko serupa. Selain itu, perlindungan data harus menjadi prioritas utama, termasuk melalui enkripsi dan pembatasan akses berbasis peran.

8. Robinhood (2021)

Pada tahun 2021, Robinhood mengalami serangan rekayasa sosial yang menargetkan karyawan dukungan pelanggan. Penyerang berhasil mengakses data pribadi lebih dari 7 juta pengguna, termasuk alamat email dan nama pengguna, meskipun informasi keuangan tetap aman.

Serangan ini menyoroti kebutuhan akan pelatihan yang intensif bagi karyawan untuk mengenali dan menghindari upaya rekayasa sosial. Selain itu, penerapan kontrol keamanan yang lebih ketat, seperti pembatasan akses dan log aktivitas, dapat memperkuat pertahanan perusahaan.

Kesimpulan

Dari delapan kasus pelanggaran data yang telah diuraikan, terdapat beberapa pelajaran utama yang dapat diambil oleh perusahaan. Pertama, pentingnya memperbarui sistem keamanan secara berkala dan memastikan perlindungan terhadap ancaman eksternal maupun internal. Kedua, edukasi karyawan tentang praktik keamanan siber merupakan langkah yang tidak boleh diabaikan. Ketiga, penggunaan teknologi seperti autentikasi multifaktor, enkripsi data, dan pemantauan jaringan secara proaktif sangat diperlukan untuk melindungi data pelanggan.

Perusahaan di sektor keuangan harus mengambil langkah tegas untuk mengutamakan keamanan data pelanggan. Dengan menerapkan strategi keamanan yang komprehensif, risiko pelanggaran data dapat diminimalkan, menjaga kepercayaan pelanggan sekaligus melindungi reputasi perusahaan.

Bagikan:

Avatar

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz

Semua Artikel

Artikel Terpopuler

Berlangganan Newsletter FOURTREZZ

Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.

Partner Pendukung

infinitixyberaditif

© 2025 PT Tiga Pilar Keamanan. All Rights Reserved.
Info Ordal