Senin, 16 Desember 2024 | 6 min read | Andhika R
Keamanan Siber dalam Supply Chain: Tantangan Baru bagi Institusi Keuangan
Keamanan siber telah menjadi isu kritis dalam era digital yang semakin kompleks. Dalam konteks supply chain, ancaman siber terus berkembang menjadi lebih canggih, menargetkan celah dalam jaringan yang melibatkan banyak pihak, termasuk vendor, pemasok, dan mitra pihak ketiga. Keamanan siber dalam supply chain kini menjadi prioritas utama, terutama bagi institusi keuangan, karena sektor ini sangat bergantung pada teknologi untuk menjalankan operasionalnya.
Statistik terbaru menunjukkan bahwa serangan siber terhadap sektor keuangan meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Laporan dari berbagai lembaga keamanan mengungkapkan bahwa lebih dari 60% serangan siber pada sektor ini melibatkan pihak ketiga dalam supply chain. Jenis serangan ini sering kali berhasil karena memanfaatkan kelemahan yang ada di luar kontrol langsung institusi keuangan, seperti perangkat lunak atau layanan dari mitra eksternal.
Apa Itu Keamanan Siber dalam Supply Chain?
Supply chain merujuk pada jaringan yang terdiri dari berbagai entitas, mulai dari vendor perangkat lunak, penyedia layanan cloud, hingga subkontraktor, yang bersama-sama mendukung operasional bisnis. Dalam institusi keuangan, supply chain mencakup penyedia layanan pembayaran, sistem manajemen data, dan perangkat lunak keuangan.
Namun, supply chain yang kompleks ini juga menciptakan banyak titik masuk yang rentan terhadap serangan siber. Penyerang seringkali memanfaatkan hubungan kepercayaan antara institusi dan mitra pihak ketiga untuk menyusupkan malware, mencuri data sensitif, atau mengganggu operasi. Misalnya, perangkat lunak pihak ketiga yang tidak diperbarui atau layanan cloud yang tidak terlindungi dapat menjadi pintu masuk utama bagi serangan.
Tantangan Utama yang Dihadapi Institusi Keuangan
Ketergantungan pada Pihak Ketiga dalam Supply Chain
Institusi keuangan seringkali bergantung pada vendor pihak ketiga untuk menjalankan fungsi kritis, seperti pemrosesan data, manajemen infrastruktur TI, dan penyimpanan cloud. Ketergantungan ini menciptakan risiko tambahan, terutama jika vendor tersebut tidak memiliki standar keamanan siber yang memadai.
Kompleksitas Ekosistem Teknologi Keuangan
Sistem teknologi di sektor keuangan biasanya terdiri dari berbagai aplikasi, perangkat keras, dan jaringan yang saling terhubung. Kompleksitas ini mempersulit identifikasi dan mitigasi kerentanan keamanan. Bahkan, perubahan kecil dalam salah satu komponen supply chain dapat mempengaruhi seluruh ekosistem.
Contoh Nyata Serangan Supply Chain pada Institusi Keuangan
Salah satu contoh terkenal adalah serangan supply chain melalui perangkat lunak manajemen infrastruktur. Penyerang berhasil menyusupkan kode berbahaya ke pembaruan perangkat lunak, yang kemudian diunduh oleh beberapa institusi keuangan. Akibatnya, penyerang mendapatkan akses ke data pelanggan, transaksi, dan sistem internal institusi.
Jenis-Jenis Serangan Supply Chain yang Paling Umum
Multi-Packet Attacks
Jenis serangan ini melibatkan pengiriman paket data berbahaya yang dibagi menjadi beberapa bagian kecil untuk menghindari deteksi. Setelah semua paket terkumpul di sistem target, kode berbahaya diaktifkan, memungkinkan penyerang mengakses sistem tanpa terdeteksi.
Penipuan Komit Kode (Commit Fraud)
Dalam serangan ini, penyerang berpura-pura menjadi pengembang tepercaya dan menyisipkan kode berbahaya ke dalam perangkat lunak sumber terbuka atau sistem berbasis repository. Institusi keuangan yang menggunakan perangkat lunak ini tanpa pemeriksaan menyeluruh berisiko terkena serangan.
Eksploitasi Aset Digital yang Ditinggalkan
Aset digital seperti bucket penyimpanan cloud yang tidak digunakan atau domain yang tidak aktif sering kali menjadi target serangan. Penyerang memanfaatkan kelalaian dalam pengelolaan aset ini untuk menyisipkan malware atau mencuri data.
Rekayasa Sosial Berbasis Supply Chain
Serangan ini melibatkan manipulasi psikologis, seperti membuat profil pengembang palsu di media sosial untuk membangun kepercayaan. Setelah korban yakin, mereka diarahkan untuk menggunakan perangkat lunak atau layanan yang telah disusupi oleh penyerang.
Artikel ini telah dirancang agar sesuai dengan kebutuhan SEO, menggunakan gaya bahasa formal, serta menghadirkan informasi yang unik dan relevan untuk pembaca. Apakah Anda ingin melanjutkan ke bagian berikutnya?
Strategi untuk Mengatasi Tantangan Keamanan Siber dalam Supply Chain
Pra-seleksi Vendor dan Penilaian Risiko
Salah satu langkah awal untuk meningkatkan keamanan siber dalam supply chain adalah melakukan pra-seleksi vendor secara menyeluruh. Institusi keuangan harus menilai risiko keamanan yang mungkin ditimbulkan oleh calon vendor dengan memeriksa latar belakang mereka, termasuk rekam jejak keamanan siber dan kepatuhan terhadap standar internasional. Data ini dapat diperoleh dari laporan audit, sertifikasi keamanan, atau sumber informasi yang tersedia secara publik. Penilaian yang mendalam membantu mengidentifikasi potensi risiko sebelum kerja sama dimulai.
Dokumentasi Kontrak dan Pembagian Tanggung Jawab Keamanan
Dokumentasi kontrak dengan vendor harus mencakup pembagian tanggung jawab keamanan secara rinci. Kontrak ini sebaiknya melibatkan tim teknis dan keamanan siber untuk memastikan bahwa semua aspek yang relevan telah dibahas, termasuk standar keamanan minimum, prosedur penanganan insiden, serta tenggat waktu pelaporan insiden. Dengan demikian, kedua belah pihak memiliki pemahaman yang jelas mengenai kewajiban masing-masing.
Penggunaan Software Bill of Materials (SBOM)
Software Bill of Materials (SBOM) adalah daftar rinci yang mencatat seluruh komponen perangkat lunak, termasuk dependensi dan sumbernya. Penggunaan SBOM memungkinkan institusi keuangan untuk melacak dan mengawasi semua elemen dalam perangkat lunak yang digunakan, sehingga memudahkan identifikasi dan mitigasi risiko dari komponen yang rentan. SBOM juga meningkatkan transparansi, memungkinkan perusahaan untuk dengan cepat mengatasi ancaman keamanan jika terjadi insiden.
Pengelolaan Perangkat Keras dan Perangkat Lunak dengan Aman
Manajemen perangkat keras dan perangkat lunak yang efektif sangat penting untuk menjaga keamanan. Institusi keuangan harus memastikan bahwa semua perangkat keras memiliki firmware terbaru dan dilindungi dari potensi manipulasi. Selain itu, pembaruan perangkat lunak harus dilakukan secara berkala untuk menutup celah keamanan. Langkah ini meminimalkan risiko eksploitasi terhadap aset teknologi
Teknologi dan Praktik Terbaik untuk Meningkatkan Keamanan Siber
Penerapan Kontrol Akses Berbasis Risiko
Institusi keuangan harus menerapkan kontrol akses berbasis risiko untuk membatasi akses hanya kepada individu yang berwenang. Sistem otorisasi yang ketat, seperti otentikasi dua faktor (2FA) atau penggunaan perangkat lunak manajemen identitas, dapat membantu mencegah akses yang tidak sah. Strategi ini juga mengurangi risiko pelanggaran data akibat akun yang disusupi.
Monitoring dan Audit Keamanan Secara Berkala
Pemantauan dan audit rutin terhadap semua aktivitas dalam supply chain sangat penting untuk mendeteksi ancaman secara dini. Teknologi seperti analitik data berbasis AI dapat digunakan untuk mengidentifikasi pola aktivitas yang mencurigakan. Selain itu, audit keamanan yang terjadwal memastikan bahwa vendor dan subkontraktor tetap mematuhi standar keamanan yang disepakati.
Pelatihan Kesadaran Keamanan Siber bagi Karyawan
Karyawan merupakan lini pertahanan pertama dalam menghadapi ancaman siber. Memberikan pelatihan rutin mengenai kesadaran keamanan siber dapat membantu mereka mengenali dan melaporkan ancaman, seperti phishing atau upaya rekayasa sosial. Institusi keuangan juga harus memastikan bahwa seluruh karyawan memahami prosedur yang harus diikuti saat terjadi insiden keamanan.
Dampak Positif Keamanan Siber dalam Supply Chain
Meningkatkan Kepercayaan Pelanggan dan Loyalitas Merek
Dengan sistem keamanan yang kuat, institusi keuangan dapat memberikan jaminan kepada pelanggan bahwa data mereka aman. Hal ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan, tetapi juga memperkuat loyalitas pelanggan terhadap merek. Keamanan yang baik juga menjadi nilai jual bagi perusahaan dalam membangun reputasi yang positif.
Meminimalkan Risiko Kerugian Finansial dan Reputasi
Keamanan siber yang baik membantu mengurangi risiko kerugian finansial akibat serangan, seperti kehilangan data, biaya pemulihan sistem, atau denda regulasi. Selain itu, reputasi perusahaan tetap terjaga, menghindarkan dampak negatif yang dapat mengurangi kepercayaan publik.
Kesimpulan
Keamanan siber dalam supply chain adalah tantangan besar yang membutuhkan pendekatan kolaboratif antara institusi keuangan, vendor, dan regulator. Dengan mengadopsi strategi yang tepat, seperti penilaian risiko, kontrol akses berbasis risiko, dan pelatihan karyawan, institusi keuangan dapat memperkuat pertahanan mereka terhadap ancaman siber. Kolaborasi yang baik di seluruh supply chain tidak hanya melindungi data dan sistem, tetapi juga menjaga kepercayaan pelanggan serta reputasi perusahaan di pasar.
Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz
Artikel Terpopuler
Tags: Keamanan Siber, Pengujian Keamanan, Kerentanan Sistem, Ancaman Siber, VAPT Fourtrezz
Baca SelengkapnyaBerita Teratas
Berlangganan Newsletter FOURTREZZ
Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.
PT. Tiga Pilar Keamanan
Grha Karya Jody - Lantai 3Jl. Cempaka Baru No.09, Karang Asem, Condongcatur
Depok, Sleman, D.I. Yogyakarta 55283
Informasi
Perusahaan
Partner Pendukung