Selasa, 8 Juli 2025 | 9 min read | Andhika R
Pentest White Label: Keunggulan Strategis dalam Proposal Tender TI
Persaingan untuk memenangkan tender di sektor teknologi informasi semakin ketat karena proyek IT pemerintah dan swasta kini melibatkan anggaran besar dan banyak pihak. Pengelola proyek menuntut tidak hanya kualitas teknis solusi, tetapi juga bukti komitmen keamanan siber yang kuat. Sebagai contoh, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru-baru ini menerbitkan Pedoman Keamanan Siber untuk pelaku fintech, menegaskan bahwa keamanan siber harus menjadi bagian krusial dari ekosistem inovasi teknologi keuangan. Dalam konteks ini, integrasi keamanan ke dalam proposal bukan sekadar pelengkap, melainkan nilai tambah penting. Salah satu pendekatan strategis yang masih relatif baru adalah penggunaan layanan penetration test (pentest) berlabel putih (white label), di mana vendor TI mengadaptasi jasa pengujian penetrasi pihak ketiga sebagai bagian dari penawaran mereka sendiri.
Mengapa Keamanan Siber Semakin Penting dalam Proposal Tender
- Peningkatan perhatian pemerintah dan perusahaan: Pemerintah dan berbagai lembaga kini menaruh perhatian serius pada aspek keamanan digital. Kebijakan dan regulasi mendorong agar setiap solusi teknologi menerapkan standar keamanan tinggi. Misalnya, OJK menekankan bahwa setiap inovasi teknologi di sektor keuangan harus mengikuti kerangka kerja keamanan siber untuk menciptakan lingkungan digital yang tangguh. Demikian pula, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) aktif menyiapkan pedoman pengelolaan ruang siber nasional, menandakan bahwa pengadaan sistem TI publik harus melibatkan evaluasi keamanan yang ketat. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan peserta tender harus mempersiapkan dokumen pendukung tentang keamanan siber sebagai bagian dari proposal mereka.
- Persyaratan keamanan minimum dalam dokumen tender: Banyak dokumen tender, khususnya di sektor publik dan keuangan, mulai menetapkan persyaratan sertifikasi keamanan tertentu. Contohnya, sertifikat ISO/IEC 27001 untuk manajemen keamanan informasi atau Surat Keterangan Terdaftar (SBU) bidang keamanan siber sering diminta. Kasus pengadaan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) oleh Kemenkominfo menjadi ilustrasi nyata: Kompas melaporkan bahwa beberapa persyaratan keamanan (seperti standar ISO) sengaja dihilangkan dan mitra proyek tidak memenuhi ketentuan keamanan yang dipersyaratkan. Penyusunan proposal tanpa memenuhi persyaratan ini berisiko mengurangi nilai penilaian atau bahkan kegagalan tender sejak tahap administrasi.
- Contoh nyata kegagalan tender karena lemahnya aspek keamanan: Kegagalan memenuhi aspek keamanan bisa berakibat serius. Dalam kasus PDNS tersebut, pengabaian evaluasi keamanan oleh BSSN membuat data pribadi penduduk terekspos dan layanan digital terganggu. Padahal, kalau persyaratan keamanan dipenuhi, risiko tersebut dapat diminimalkan. Kejadian ini menegaskan bahwa faktor keamanan kini menjadi kriteria penting dalam penilaian teknis tender. Vendor yang tidak dapat menunjukkan bukti pengujian keamanan independen berpotensi dicoret dari seleksi tender, sementara vendor yang sigap menyiapkan bukti (misalnya hasil pentest) akan memperoleh kepercayaan lebih dari penyelenggara.
Apa Itu Pentest White Label dan Mengapa Ini Relevan
Pentest white label adalah layanan pengujian keamanan yang disediakan oleh satu pihak (penyedia jasa keamanan khusus) tetapi dilabeli dan dipasarkan oleh perusahaan lain seolah-olah jasa tersebut milik in-house. Secara sederhana, vendor TI dapat “meminjam” keahlian profesional dalam pengujian penetrasi tanpa perlu membentuk tim sendiri. Menurut Rootshell Security, “White Label Penetration Testing enables companies to offer penetration testing services under their names, whilst the testing is delivered by another provider”. Artinya, perusahaan dapat menyajikan hasil pentest dengan merek sendiri meski seluruh prosesnya dilakukan oleh mitra pentest. Model ini juga dikenal sebagai private-label penetration testing.
Skema ini sangat relevan bagi perusahaan teknologi. Sebagai contoh, penyedia layanan terkelola (MSP) atau penyedia layanan keamanan terkelola (MSSP) sering memanfaatkan pentest white label agar portofolio layanannya lebih lengkap tanpa perlu merekrut tim pentest internal baru. Dengan kata lain, vendor teknologi bisa “menjual ulang” jasa pentest profesional sebagai bagian dari solusi mereka. Kerja sama semacam ini fleksibel: kedua pihak biasanya menandatangani perjanjian (termasuk non-disclosure agreement untuk kerahasiaan data) dan menggunakan platform pelaporan tersendiri. Rootshell mencatat bahwa platform white-label dapat mengonsolidasikan hasil dari berbagai vendor pentest dan meningkatkan proses manajemen kerentanan secara menyeluruh. Hasilnya, pelanggan akhir mendapatkan laporan komprehensif dengan branding vendor mereka sendiri, sekaligus memastikan standar metodologis terpenuhi (misalnya mengacu pada pedoman OWASP, PTES, atau SANS).
Nilai Tambah Pentest White Label dalam Proposal Tender
- Menampilkan komitmen tinggi terhadap keamanan: Dengan mencantumkan hasil pentest white label dalam proposal, perusahaan menunjukkan bahwa mereka serius mengelola risiko keamanan. Bukti pengujian independen tersebut menjadi sinyal kuat bahwa aplikasi atau sistem yang ditawarkan telah melalui evaluasi ketat. Sebagaimana pedoman OJK menekankan keamanan sebagai bagian krusial dari ekosistem teknologi finansial, penyelenggara tender juga menilai seberapa jauh vendor memperhatikan keamanan. Menyertakan laporan pentest profesional di proposal mencerminkan perusahaan proaktif mengidentifikasi dan memperbaiki kerentanan sebelum produk digunakan.
- Meningkatkan kredibilitas di mata evaluator: Reputasi perusahaan merupakan faktor penting dalam membangun kepercayaan pihak lain. Penelitian menunjukkan bahwa reputasi yang baik memberikan keyakinan atas kemampuan dan integritas suatu organisasi. Dalam konteks tender, reputasi tersebut juga dipengaruhi oleh seberapa transparan dan lengkap tim keamanan perusahaan. Dengan menghadirkan laporan pentest berlabel putih, vendor menegaskan integritas teknisnya; tim penilai akan melihat nilai tambah (value-add) tersebut. Vendor yang dapat memperlihatkan bukti konkret penanganan keamanan cenderung mendapatkan skor teknis lebih tinggi daripada vendor yang hanya mengklaim tanpa data pendukung.
- Mengurangi keraguan terhadap produk digital: Penyedia tender sering kali ragu pada keamanan solusi baru. Dengan adanya laporan pentest, keraguan ini dapat diminimalisir karena ada bukti konkret bahwa sistem diuji terhadap skenario serangan nyata. Kasus PDNS menunjukkan konsekuensi mengabaikan evaluasi keamanan: data bocor hingga layanan pemerintah banyak yang mati. Sebaliknya, vendor yang mampu menampilkan laporan uji penetrasi yang baik membuat penyelenggara tender merasa lebih yakin bahwa sistem tersebut aman dipakai. Dengan demikian, aspek keamanan yang ditangani secara profesional mengurangi penilaian negatif yang mungkin timbul akibat keraguan teknis.
Cara Mengintegrasikan Pentest White Label ke dalam Proposal
- Contoh penulisan bagian keamanan: Dalam proposal, bagian keamanan harus jelas menjelaskan pendekatan yang dilakukan. Misalnya: “Perusahaan X bekerja sama dengan mitra pentest terpercaya untuk melakukan uji penetrasi menyeluruh terhadap aplikasi/sistem yang ditawarkan. Tim keamanan kami akan menindaklanjuti rekomendasi perbaikan sebelum produk diserahkan. Laporan hasil uji penetrasi (berlabel putih) akan dilampirkan sebagai bukti kapabilitas teknis.” Kalimat ini harus ringkas namun mencakup poin penting (kerja sama, cakupan pengujian, dan tindak lanjut).
- Checklist dokumen teknis pendukung: Lampirkan dokumen terkait untuk memperkuat klaim keamanan. Hal ini meliputi sertifikat atau kualifikasi (misalnya ISO/IEC 27001, SBU Keamanan Siber, atau sertifikat kelembagaan keamanan lainnya), metodologi yang digunakan (mengacu standar seperti OWASP Top 10, PTES, atau standar industri), serta ringkasan atau hasil uji (mis. executive summary pentest). Sertakan juga dokumen Non-Disclosure Agreement (NDA) antara perusahaan Anda dengan penyedia pentest untuk meyakinkan pihak tender bahwa data sensitif aman. Dokumen-dokumen ini menunjukkan persiapan matang dan melengkapi aspek keamanan teknis di proposal Anda.
- Cara mengomunikasikan kolaborasi dengan mitra pentest: Jelaskan dengan gamblang identitas mitra pentest white label Anda. Contoh: “Kami bermitra dengan Fourtrezz, perusahaan IT/software house terkemuka, yang menyediakan layanan pentest bersertifikasi. Proses pengujian dijalankan oleh tim ahli Fourtrezz sesuai standar OWASP, dan laporan resminya kami lampirkan di bagian akhir proposal.” Kalimat semacam ini menyebutkan mitra dan menjelaskan garis besar kolaborasi. Hindari kesan “beli komoditas” dengan menekankan keberpihakan Anda pada kualitas layanan dan standar metodologi. Menyebut nama mitra (tanpa perlu menjelaskan semua detail teknis) membantu klien memahami bahwa layanan pentest adalah bagian resmi dari solusi Anda.
- Dampak nyata terhadap penilaian teknis dan keputusan akhir: Integrasi bukti keamanan dalam proposal dapat berdampak signifikan pada hasil tender. Sebaliknya, mengabaikan hal ini bisa merugikan. Kompas menyoroti bahwa dalam tender PDNS, “tidak digunakannya hasil evaluasi kelaikan dari Badan Siber dan Sandi Negara dalam proses lelang, [membuat] data pribadi penduduk terekspos”. Kasus tersebut mengilustrasikan betapa aspek keamanan yang diabaikan bisa menjadi kelemahan fatal. Oleh karena itu, saat evaluator melihat laporan pentest profesional, nilai teknis Anda otomatis meningkat karena sistem dianggap telah memenuhi persyaratan keamanan. Sebaliknya, ketiadaan bukti semacam ini berpotensi menurunkan skor teknis dan melemahkan keputusan final komite tender.
Tips Memilih Mitra Pentest White Label yang Profesional
- Cek sertifikasi dan kredensial: Pastikan mitra pentest memiliki sertifikat yang relevan (misalnya sertifikasi ISO/IEC 27001 untuk ISMS, sertifikat kompetensi ahli keamanan, atau terdaftar di database BSSN). Sertifikat seperti ini menandakan standar kualitas tinggi dan diakui oleh institusi. Hindari mitra yang tidak transparan mengenai kualifikasi mereka.
- Periksa rekam jejak dan reputasi: Tinjau pengalaman proyek serupa dan testimoni klien mereka. Cari tahu apakah mereka pernah dipercaya pemerintah atau lembaga besar. Mitra yang dapat diandalkan biasanya memiliki portofolio pengalaman yang solid dan nama baik di industri. Garis bawahi track record mitigasi kerentanan sebelum dan sesudah uji.
- Pastikan adanya tim ahli dan metodologi standar: Mitra profesional memiliki tim pentester bersertifikat dan ahli di bidangnya. Tanyakan tentang metodologi yang mereka gunakan (misalnya referensi OWASP, SANS, atau metodologi pengujian lain yang diakui). Proses uji harus sistematis: mulai dari scoping, eksploitasi, hingga pelaporan temuan dan rekomendasi.
- Perjanjian kerahasiaan (NDA) yang kuat: Jalin perjanjian NDA yang mengikat kedua belah pihak untuk menjaga kerahasiaan data pengujian. Hal ini penting agar informasi sensitif perusahaan Anda tidak bocor. Mitra terpercaya akan dengan mudah menyetujui NDA dan menjelaskan langkah pengamanan data.
- Tanda-tanda vendor white-label yang dapat diandalkan: Cari mitra yang memberi Anda kesempatan untuk mereview mekanisme pelaporan mereka. Laporan pentest berlabel putih harus tampak seolah-olah dikerjakan sendiri, dengan bagian eksekutif yang jelas dan temuan teknis yang prioritas. Mitra baik biasanya membantu mengarahkan cara menjelaskan hasilnya ke klien Anda tanpa menyebutkan pihak ketiga. Komunikasi yang transparan dan respons cepat juga menunjukkan profesionalisme mitra.
- Hindari risiko reputasi akibat mitra tidak kredibel: Mitra pentest yang buruk dapat merusak reputasi Anda. Sebelum menjalin kerjasama, pastikan tidak ada isu negatif di pasar (misalnya kebocoran data, laporan abal-abal, atau sengketa hukum). Lebih baik bermitra dengan perusahaan yang sudah terbukti amanah. Ingat, integritas laporan keamanan juga mencerminkan integritas Anda sebagai vendor.
Kesimpulan
Pentest white label bukan sekadar aspek teknis, melainkan strategi bisnis cerdas untuk memenangkan kompetisi tender TI. Dengan mengintegrasikan laporan uji penetrasi profesional ke dalam proposal, perusahaan Anda menunjukkan komitmen keamanan yang tinggi dan membangun kredibilitas lebih di mata penyelenggara tender. Pada akhirnya, investasi menjalin kemitraan dengan penyedia keamanan terpercaya dapat menjadi pembeda krusial antara proposal Anda menang atau gagal.
Jika Anda adalah perusahaan IT/software house yang ingin memperkuat posisi dalam proses tender, Fourtrezz siap membantu. Fourtrezz adalah perusahaan IT/software house dengan fokus keamanan siber yang menawarkan layanan white label pentest. Hubungi kami di www.fourtrezz.co.id | +62 857-7771-7243 | [email protected] untuk mendiskusikan solusi keamanan yang dapat meningkatkan peluang proposal Anda diterima.

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz
Artikel Terpopuler
Tags: Keamanan Siber, Investasi Digital, pertumbuhan bisnis, Ancaman Siber, Regulasi Data
Baca SelengkapnyaBerita Teratas
Berlangganan Newsletter FOURTREZZ
Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.