Revolusi Kuantum dan Cyberlaw: Menjaga Keamanan di Masa Depan

Ilustrasi berita

Dunia teknologi informasi sedang memasuki babak baru yang penuh tantangan dan peluang. Kehadiran komputer kuantum, dengan kemampuan komputasi yang jauh melampaui komputer klasik, telah memicu kekhawatiran akan keamanan siber yang selama ini kita kenal. Ancaman peretasan kuantum semakin nyata, memaksa para ahli keamanan siber dan pembuat kebijakan untuk berlomba mengembangkan solusi enkripsi yang lebih kuat dan undang-undang siber yang adaptif.

Komputer kuantum memanfaatkan prinsip-prinsip mekanika kuantum untuk melakukan perhitungan dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dibandingkan komputer klasik. Kemampuan ini memungkinkan komputer kuantum memecahkan masalah yang sangat kompleks, termasuk memecahkan algoritma enkripsi yang saat ini dianggap sangat aman.

Algoritma enkripsi yang umum digunakan saat ini, seperti RSA, dirancang untuk menahan serangan dari komputer klasik. Namun, algoritma Shor, yang dirancang khusus untuk komputer kuantum, dapat memecahkan algoritma RSA dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini berarti, jika komputer kuantum yang cukup kuat sudah tersedia, data yang saat ini kita anggap aman bisa dengan mudah dibobol.

Dalam menghadapi ancaman peretasan kuantum, World Economy Forum di dalam laporan yang berjudul “US Unveils New Tools to Withstand Encryption-breaking Quantum. Here’s What Experts are Saying” (27/08/2024), menyatakan bahwa sekarang ini telah diluncurkan algoritma enkripsi yang baru untuk menghadapinya.

 

Baca Juga: NFC di Ponsel Anda Bisa Bahayakan Saldo ATM, Ini Alasannya

 

Peluncuran algoritma ini adalah langkah penting untuk melindungi ekonomi digital. Dirancang untuk menahan serangan siber dari komputer kuantum. Algoritma tersebut menjadi tonggak penting dan merupakan batu loncatan yang signifikan dalam keamanan siber.

Dalam laporan WEF mengatakan bahwa pada 2016, NIST secara resmi meminta kriptografer dari seluruh dunia untuk membuat dan mengirimkan algoritma enkripsi pasca-kuantum, yang bisa dianalisis, diuji, dan dipertimbangkan untuk distandarisasi.

Teknologi kuantum dapat menciptakan peluang ekonomi dan pengembangan ilmiah yang luar biasa karena dapat meningkatkan daya komputasi secara sangat signifikan.Akan tetapi teknologi ini bisa berdampak pada risiko keamanan siber serius. Hal ini menuntut standar enkripsi baru. Standar enkripsi ini bisa digunakan untuk mengamankan berbagai informasi elektronik. Mulai dari pesan email rahasia hingga transaksi e-commerce yang bisa mendorong ekonomi digital.

Tiga algoritma enkripsi baru yang diluncurkan pada Agustus 2024 di AS ini adalah ML-KEM, ML-DSA, dan SLH-DSA, dirancang untuk menghadapi ancaman pelaku kejahatan berbasis komputer kuantum. Dua di antaranya dikembangkan oleh IBM yang dirancang untuk memberikan perlindungan lebih kuat terhadap data sensitif dan komunikasi digital.

Regulasi Cyberlaw juga penting sebagai dasar hukum semua negara dalam menata tata kelola transformasi digitalnya, termasuk persyaratan keamanan dan resiliensi siber, yang harus dipenuhi oleh pengembang dan produsen teknologi.

Selain itu, regulasi hukum atau “cyberlaw” juga harus ikut berkembang untuk mengimbangi kemajuan teknologi ini. Banyak negara kini mulai mempertimbangkan bagaimana hukum siber dapat diperbarui untuk melindungi warga dan aset digital dari ancaman kuantum. Ini termasuk penyesuaian regulasi yang ada dan pengenalan undang-undang baru yang spesifik untuk mengatur penggunaan teknologi kuantum dalam konteks siber.

Keseluruhan tantangan ini menuntut kolaborasi antara pemerintah, industri, dan komunitas akademis untuk memastikan bahwa dunia digital tetap aman seiring dengan kemajuan teknologi. Kesadaran akan ancaman kuantum dan pengembangan enkripsi baru serta hukum yang relevan adalah langkah kunci dalam menjaga keamanan dan privasi di masa depan.

Andhika R.

Andhika R.

Digital Marketing at Fourtrezz
Artikel Teratas