Sejumlah 361 Juta Email dan Kata Sandi Unik Bocor dan diperjualbelikan di Telegram

Ilustrasi berita

Dunia maya kembali dikejutkan dengan kabar kebocoran data besar-besaran. Sebanyak 361 juta email dan kata sandi unik dilaporkan bocor dan dijual di platform Telegram. Kebocoran data ini menambah deretan panjang insiden keamanan siber yang terjadi belakangan ini dan menimbulkan kekhawatiran besar bagi pengguna internet di seluruh dunia.

Para peneliti keamanan siber menemukan salah satu pembobolan data terbesar dalam sejarah. Mereka menemukan adanya 361 juta email, nama pengguna, dan kata sandi unik yang bocor dan kini tersedia untuk dijual di forum dark web. Kumpulan data yang sangat besar ini dengan total 122 GB dan berisi 2 miliar baris data di 1.700 file, ditawarkan hanya dengan harga USD 500 melalui saluran eksklusif Telegram.

berdasarkan laporan dari Cyber Press, pelanggaran yang ditemukan pada Mei 2024 ini tampaknya merupakan kompilasi data dari berbagai sumber, termasuk combolist yang telah dikompilasi sebelumnya dan informasi yang diambil oleh malware infostealer yang canggih.

 

Baca Juga: Menkominfo Budi Sidak Ke Data Center Temporer PDNS 2, Begini Hasilnya

 

Malware tersebut menggunakan teknik canggih untuk mengekstrak data sensitif dari sistem yang terinfeksi, termasuk keylogging, memory scraping, dan bahkan melewati otentikasi dalam beberapa kasus.

Menanggapi insiden ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) segera melakukan investigasi untuk menelusuri sumber kebocoran dan mengidentifikasi situs atau layanan yang menjadi asal data tersebut. “Kami bekerja sama dengan pihak berwenang lainnya untuk mengatasi masalah ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi data pengguna,” kata Menkominfo Budi Arie Setiadi.

Kebocoran data email dan kata sandi ini menimbulkan beberapa risiko serius bagi pengguna, termasuk:

  • Penyalahgunaan Akun: Data yang bocor dapat digunakan untuk mengakses akun pengguna, mencuri informasi pribadi, atau melakukan tindakan penipuan.
  • Phishing: Penjahat siber dapat menggunakan data ini untuk mengirimkan email phishing dan menipu pengguna agar memberikan informasi lebih lanjut.
  • Identity Theft: Data yang bocor dapat digunakan untuk pencurian identitas, yang dapat merugikan korban secara finansial dan reputasi.

Kominfo berkomitmen untuk terus memantau perkembangan insiden ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi data pengguna. Mereka juga mengimbau kepada semua penyedia layanan online untuk memperkuat sistem keamanan mereka dan memastikan bahwa data pengguna disimpan dengan aman.

Insiden kebocoran data ini menegaskan pentingnya keamanan siber dalam era digital. Pengguna internet diimbau untuk selalu waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat untuk melindungi informasi pribadi mereka. Dengan kerjasama antara pemerintah, penyedia layanan, dan pengguna, diharapkan insiden serupa dapat diminimalisir di masa depan.

Andhika R.

Andhika R.

Digital Marketing at Fourtrezz
Artikel Teratas