Rabu, 6 Agustus 2025 | 3 min read | Andhika R

Aplikasi Kencan Tea Bocorkan Data Sensitif Pengguna, Dihantam Gugatan Class Action

Aplikasi kencan Tea, yang sempat viral karena diklaim aman bagi perempuan, kini berada di bawah sorotan tajam setelah mengalami dua insiden kebocoran data besar. Informasi pribadi, termasuk swafoto, dokumen identitas, dan lebih dari satu juta pesan sensitif, dilaporkan bocor dan tersebar di internet.

Dikenal karena fitur verifikasi wajah untuk memastikan hanya perempuan dapat bergabung, aplikasi ini justru menghadapi krisis kepercayaan akibat kegagalan menjaga keamanan data penggunanya.

Insiden pertama terjadi saat ditemukan basis data Firebase milik Tea yang terbuka untuk umum. Basis data tersebut menyimpan swafoto dan gambar identitas pengguna, yang kemudian menyebar ke berbagai forum daring.

Pelanggaran kedua diungkap oleh peneliti keamanan Kasra Rahjerdi dan diverifikasi oleh 404 Media. Temuan ini menunjukkan bahwa isi percakapan pribadi pengguna Tea—termasuk topik sensitif seperti aborsi, perselingkuhan, hingga nomor telepon pribadi—tersimpan dalam basis data terpisah yang juga bocor.

Meski Tea sempat menyatakan bahwa data yang bocor sudah "usang", bukti menunjukkan bahwa beberapa data dikirim pada minggu yang sama dengan temuan tersebut.

Kebocoran data ini tak hanya bersifat teknis, tapi juga berdampak psikologis. Sejumlah foto pengguna ternyata dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggung jawab untuk membuat situs pemeringkatan wajah, di mana swafoto para pengguna dinilai dan dibandingkan.

Ironisnya, fitur verifikasi wajah yang sebelumnya digembar-gemborkan sebagai perlindungan terhadap penyalahgunaan justru menjadi bumerang. Bagi para korban, ini menambah tekanan dan rasa tidak aman.

Baca Juga: Malware SarangTrap Intai Pengguna Aplikasi Kencan Palsu: Data Pribadi Terancam

Seorang perempuan asal California, Griselda Reyes, menggugat Tea melalui gugatan class action. Ia menuduh perusahaan gagal melindungi data pengguna dan tidak memberi pemberitahuan langsung kepada para korban. Gugatan ini diajukan oleh firma hukum Cole & Van Note, yang dikenal menangani kasus pelanggaran data skala besar.

"Insiden ini seharusnya bisa dicegah, dan pengguna berhak atas perlindungan serta transparansi," tulis pengacara dalam dokumen gugatan.

Firma hukum tersebut juga memperkirakan gugatan tambahan dari pengguna lain akan segera menyusul, mencerminkan betapa besarnya dampak insiden ini terhadap kepercayaan publik.

Merespons krisis ini, Tea telah menonaktifkan fitur pesan langsung di platformnya. Perusahaan juga menyatakan tengah bekerja sama dengan firma keamanan independen dan telah melibatkan pihak berwenang untuk menyelidiki kasus ini lebih lanjut.

Namun, langkah ini dinilai banyak pihak sebagai terlambat, apalagi setelah dua insiden terpisah terungkap dalam waktu berdekatan.

Hingga artikel ini diterbitkan, Tea masih tersedia di App Store iOS, bahkan menempati peringkat pertama dalam kategori “gaya hidup” dan peringkat keempat aplikasi gratis terpopuler. Fakta ini menimbulkan kekhawatiran, karena banyak pengguna baru belum tentu menyadari risiko keamanan yang telah terjadi.

Insiden kebocoran data pada aplikasi Tea menjadi peringatan keras bahwa platform kencan, tak peduli seberapa aman citra yang dibangun, tetap rentan terhadap pelanggaran keamanan. Lebih dari sekadar kehilangan data, ini soal kehilangan rasa aman dan kepercayaan dari pengguna yang mayoritas adalah perempuan.

Pengguna disarankan untuk lebih selektif dalam memilih aplikasi, membaca kebijakan privasi, dan waspada terhadap akses yang diminta aplikasi terhadap data dan perangkat.

Bagikan:

Avatar

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz

Semua Artikel

Artikel Terpopuler

Berlangganan Newsletter FOURTREZZ

Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.

Partner Pendukung

infinitixyberaditif

© 2025 PT Tiga Pilar Keamanan. All Rights Reserved.
Info Ordal