Rabu, 7 Mei 2025 | 10 min read | Andhika R
Keamanan Cloud vs Server Lokal: Mana yang Lebih Aman untuk Data Bisnis?
Data bisnis adalah aset penting bagi perusahaan di era digital saat ini. Banyak perusahaan kini menjadi target ransomware, malware, maupun upaya pencurian data oleh orang dalam. Insiden semacam ini menunjukkan betapa pentingnya menyusun strategi keamanan yang matang. Serangan siber yang semakin canggih dan ancaman kebocoran data menuntut perusahaan untuk memilih infrastruktur penyimpanan yang tepat. Dua pilihan utama adalah penyimpanan di cloud (komputasi awan) dan di server lokal (on-premise). Masing-masing model memiliki kelebihan dan risiko keamanan tersendiri. Dalam artikel ini akan dibahas aspek keamanan kedua model tersebut untuk membantu perusahaan besar menentukan pilihan yang tepat.
Cloud Computing dan Server Lokal: Pengertian
Cloud computing atau komputasi awan adalah model layanan di mana data dan aplikasi di hosting pada server jarak jauh (data center penyedia layanan cloud) dan diakses melalui internet. Layanan cloud mencakup beberapa jenis, seperti Infrastructure as a Service (IaaS), Platform as a Service (PaaS), hingga Software as a Service (SaaS). Pada model ini, pengelolaan infrastruktur fisik dilakukan oleh penyedia layanan (misalnya Amazon Web Services, Microsoft Azure, atau Google Cloud), sementara pengguna hanya perlu memanfaatkan aplikasi dan data di server virtual tanpa membeli perangkat keras sendiri.
Sebaliknya, server lokal (on-premise) adalah server fisik yang ditempatkan di lokasi perusahaan dan dikelola sepenuhnya oleh tim TI internal. Perusahaan harus menanggung biaya investasi awal yang besar untuk perangkat keras dan tenaga ahli TI, tetapi sebagai gantinya mendapatkan kontrol penuh atas infrastruktur dan data. Server lokal biasanya diletakkan di ruang khusus (seperti data center perusahaan) dan diakses melalui jaringan lokal atau koneksi VPN. Keuntungannya, perusahaan dapat menyesuaikan konfigurasi perangkat keras dan kebijakan keamanan sesuai kebutuhan spesifik bisnis.
Keamanan Data di Cloud
Penyedia layanan cloud biasanya berinvestasi sangat besar dalam aspek keamanan. Mereka mengimplementasikan enkripsi data secara otomatis, baik saat data bergerak (in transit) maupun saat data tersimpan (at rest). Misalnya, data yang dikirim ke server cloud dilindungi oleh protokol TLS/SSL, sedangkan data di data center dienkripsi dengan algoritma kuat. Selain itu, fasilitas fisik data center cloud dijaga dengan ketat: hanya personel terotorisasi yang dapat mengakses. Setiap data center dilengkapi dengan sistem keamanan berlapis, mulai dari akses biometrik, pengawasan CCTV, hingga deteksi kebakaran dan sistem pendingin canggih yang menjaga kondisi fisik server agar optimal.
Penyedia cloud juga menyediakan fitur keamanan tingkat lanjut, seperti Identity and Access Management (IAM) untuk mengelola hak akses, otentikasi multi-faktor (MFA), serta pemantauan aktivitas 24/7. Sistem deteksi intrusi (IDS/IPS) dan log keamanan (security logs) terintegrasi membantu mendeteksi aktivitas mencurigakan secara real-time. Berkat infrastruktur virtual yang mendukung auto-scaling dan kemampuan replikasi data ke beberapa lokasi, sistem di cloud cenderung lebih tangguh terhadap kegagalan hardware atau serangan DDoS. Dengan cadangan data yang terdistribusi, perusahaan dapat dengan cepat memulihkan informasi penting jika terjadi bencana.
Keunggulan lain cloud adalah pembaruan keamanan yang otomatis. Patch sistem operasi, hypervisor, dan platform dasar dikelola oleh penyedia tanpa perlu campur tangan pelanggan. Hal ini mengurangi risiko kerentanan karena perangkat lunak yang usang. Bahkan, survei menunjukkan sebagian besar perusahaan merasakan peningkatan keamanan setelah migrasi ke cloud. Berdasarkan data RapidScale, sekitar 94% perusahaan melaporkan keamanan membaik setelah beralih ke cloud, dan 91% merasa cloud mempermudah pemenuhan keamanan data (compliance) oleh perusahaan.
Meski demikian, penggunaan cloud tidak sepenuhnya tanpa risiko. Model multi-tenant (banyak penyewa dalam satu infrastruktur) mengharuskan isolasi data antar pengguna berjalan sempurna. Jika konfigurasi salah atau terdapat celah, potensi kebocoran data antar klien bisa muncul. Keamanan aplikasi di cloud sangat bergantung pada bagaimana pengguna mengonfigurasi layanan tersebut. Misalnya, bucket penyimpanan yang tidak diproteksi dapat diakses publik oleh pihak tak berwenang. Ketergantungan pada koneksi internet juga perlu diperhitungkan; jika jaringan perusahaan mengalami gangguan, akses ke data di cloud bisa terganggu. Banyak penyedia cloud kini menawarkan opsi lokasi penyimpanan dalam negeri untuk mengurangi risiko tersebut. Secara keseluruhan, keamanan cloud sangat tinggi jika dikombinasikan dengan konfigurasi dan manajemen yang benar.
Keamanan Data di Server Lokal
Di lingkungan server lokal, perusahaan memiliki kontrol penuh atas semua aspek keamanan. Data disimpan di dalam jaringan internal yang biasanya terlindungi oleh firewall dan sistem keamanan perusahaan. Infrastruktur lokal dapat dilengkapi dengan firewall jaringan, IDS/IPS on-premise, dan segmentasi LAN untuk meminimalkan risiko. Keuntungan utama server lokal adalah fleksibilitas: perusahaan bisa menerapkan kebijakan keamanan khusus dan perangkat keras terbaik sesuai kebutuhan. Bila perusahaan memiliki sumber daya TI yang memadai, aspek-aspek keamanan seperti audit dan proteksi internal dapat dioptimalkan lebih lanjut.
Namun, keamanan server lokal sangat tergantung pada sumber daya dan keahlian tim internal. Semua patch keamanan dan pembaruan software harus diunduh dan diinstal secara manual. Jika tim TI kurang terlatih atau kekurangan personel, celah keamanan bisa timbul akibat kelambanan dalam menerapkan patch. Selain itu, redundansi fisik di server lokal sering terbatas. Misalnya, jika perusahaan hanya memiliki satu data center, satu titik kegagalan (single point of failure) dapat mengganggu operasional seluruh sistem jika terjadi peristiwa bencana.
Dari sisi fisik, perusahaan harus memastikan ruang server terlindungi dengan baik. Ini mencakup akses terbatas (badge dan kunci), pengawasan CCTV, deteksi kebakaran, dan sistem pendingin yang andal. Jika tidak, risiko pencurian perangkat keras atau kerusakan akibat kebakaran dan banjir menjadi nyata. Selain itu, akses jarak jauh ke server lokal (misalnya melalui VPN) harus dilengkapi enkripsi dan otentikasi kuat. Oleh karena itu, meski server lokal memberikan kontrol penuh, beban untuk menjaga keamanan sepenuhnya berada di pihak perusahaan.
Perbandingan Keamanan: Cloud vs Server Lokal
Untuk menentukan pilihan yang lebih aman, perusahaan perlu mempertimbangkan beberapa aspek utama:
- Kontrol dan Pengelolaan: Server lokal memberikan kendali penuh atas data dan infrastruktur, termasuk kontrol fisik di lokasi perusahaan. Cloud membagi tanggung jawab keamanan (shared responsibility), dimana penyedia mengelola keamanan infrastruktur dasar dan perusahaan mengelola data serta konfigurasi layanannya.
- Skalabilitas dan Ketersediaan: Cloud unggul karena infrastrukturnya dapat diskalakan secara dinamis dan didistribusikan di beberapa data center. Hal ini mengurangi risiko kegagalan tunggal. Di server lokal, peningkatan kapasitas memerlukan investasi waktu dan biaya tambahan, dan satu lokasi fisik lebih rentan terhadap gangguan.
- Biaya dan Investasi: Cloud menggunakan model pembayaran sesuai penggunaan (OPEX), sehingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan modal besar di awal. Banyak fitur keamanan sudah tersedia tanpa biaya tambahan. Server lokal memerlukan biaya investasi awal (CAPEX) yang besar untuk membeli server dan perlengkapannya, serta biaya operasional lebih tinggi untuk pemeliharaan.
- Pemeliharaan dan Sumber Daya: Di cloud, pemeliharaan infrastruktur (patching, penggantian hardware) ditangani oleh penyedia layanan. Tim TI internal dapat fokus pada pengelolaan data dan aplikasi. Pada server lokal, tim TI bertanggung jawab penuh mulai dari penggantian perangkat keras hingga pembaruan sistem, yang menuntut waktu dan tenaga kerja lebih banyak.
- Keamanan Fisik: Data center cloud umumnya memiliki keamanan berlapis (akses biometrik, penjagaan 24/7, deteksi bencana). Untuk mencapai hal serupa, perusahaan harus menginvestasikan biaya ekstra. Sebaliknya, server lokal yang tidak terhubung langsung ke internet bisa lebih aman dari serangan eksternal tertentu, tetapi harus diimbangi dengan perlindungan fisik internal yang ketat.
- Kepatuhan dan Regulasi: Penyedia cloud besar biasanya telah memenuhi standar keamanan internasional (ISO 27001, PCI DSS, dsb.) dan menyediakan fitur audit kepatuhan. Regulasi di Indonesia, seperti UU No. 27/2022 (PDP), PP No. 71/2019, dan Permenkominfo No. 5/2020, mengharuskan data strategis disimpan di dalam negeri. Banyak penyedia cloud (AWS, Azure, GCP) telah membuka data center di Indonesia agar perusahaan dapat memenuhi persyaratan ini. Server lokal secara fisik sudah berada di dalam negeri, sehingga mempermudah kepatuhan. Namun, kedua model sama-sama wajib menerapkan kebijakan keamanan yang ketat sesuai standar nasional dan internasional.
Kelebihan dan Kekurangan
Secara ringkas, berikut kelebihan dan kekurangan masing-masing opsi:
- Cloud Computing:
- Kelebihan:
- Infrastruktur keamanan kelas dunia tanpa perlu dibangun sendiri.
- Otomatisasi patching dan skalabilitas dinamis sesuai kebutuhan.
- Cadangan data dan pemulihan bencana yang sederhana dengan layanan terintegrasi.
- Fitur canggih seperti enkripsi otomatis, AI untuk deteksi ancaman, dan sistem IAM terpusat.
- Biaya operasional jangka panjang umumnya lebih rendah dan mudah integrasi dengan layanan keamanan tambahan.
- Kekurangan:
- Kontrol fisik dan akses langsung ke infrastruktur terbatas (bergantung vendor).
- Risiko kesalahan konfigurasi yang dapat menyebabkan kebocoran data.
- Ketergantungan pada koneksi internet dan keandalan penyedia.
- Kekhawatiran privasi karena data disimpan di server pihak ketiga (meski dapat diminimalisir dengan enkripsi).
- Risiko keamanan aplikasi cloud (API) yang perlu pengawasan ekstra.
- Kelebihan:
- Server Lokal (On-Premise):
- Kelebihan:
- Kontrol penuh atas data dan perangkat keras, baik secara fisik maupun logis.
- Tidak tergantung pada koneksi internet untuk akses data.
- Dapat dioptimalkan dengan perangkat keras khusus dan kebijakan keamanan internal.
- Penghapusan perangkat keras lebih aman karena dikelola sendiri.
- Kekurangan:
- Investasi besar dan memerlukan tim TI berpengalaman.
- Sulit menandingi skalabilitas dan redundansi cloud.
- Ketergantungan pada tim internal; kekurangan SDM dapat menimbulkan celah.
- Patching dan pemeliharaan manual rawan terlambat atau terlewat.
- Pemulihan bencana memerlukan solusi backup yang kompleks dan mahal jika tidak disiapkan.
- Kelebihan:
Kepatuhan Regulasi di Indonesia
Perusahaan besar di Indonesia perlu memperhatikan regulasi terkait data. UU No. 27/2022 (PDP) mewajibkan perlindungan data pribadi dengan ketat. PP No. 71/2019 dan Permenkominfo No. 5/2020 mengharuskan penyelenggara sistem elektronik (PSE) untuk mendaftar dan memenuhi standar keamanan tertentu. Regulasi tersebut menuntut aspek seperti otentikasi pengguna, enkripsi data, dan audit keamanan.
Baik cloud maupun server lokal harus mengikuti ketentuan ini. Penyedia cloud terkemuka (seperti AWS, Azure, Google Cloud) umumnya sudah tersertifikasi dan memungkinkan data tersimpan di dalam negeri. Dengan demikian, data perusahaan dapat tetap berada di wilayah Indonesia sesuai aturan. Server lokal secara fisik sudah berada di dalam negeri, sehingga mempermudah kepatuhan. Namun, kedua model sama-sama wajib menerapkan kebijakan keamanan yang ketat sesuai standar nasional dan internasional.
Rekomendasi dan Strategi Keamanan
Tidak ada solusi satu-untuk-semua; keputusan terbaik tergantung kebutuhan dan risiko perusahaan. Namun beberapa strategi berikut dapat membantu memperkuat keamanan data:
- Analisis Kebutuhan Data: Identifikasi tingkat sensitivitas data. Data kritis mungkin disimpan di server lokal atau dienkripsi secara end-to-end saat di-cloud.
- Pendekatan Hybrid: Banyak perusahaan besar menggunakan hybrid cloud. Misalnya, data bisnis inti ditempatkan di server lokal, sedangkan aplikasi dan data lainnya di cloud.
- Enkripsi Kuat: Terapkan enkripsi pada level aplikasi dan penyimpanan agar data tetap terlindungi jika infrastruktur disusupi.
- Manajemen Akses: Terapkan prinsip least privilege, audit rutin akses, dan otentikasi multi-faktor (MFA) untuk semua akun.
- Penyedia Terpercaya: Pilih vendor cloud yang bereputasi dan memiliki sertifikasi keamanan resmi. Pahami model shared responsibility dan tanggung jawab perusahaan.
- Peningkatan Keterampilan TI: Latih tim TI secara rutin tentang praktik keamanan terbaru dan lakukan audit penetrasi secara berkala untuk mendeteksi celah sebelum dieksploitasi.
- Pendekatan Zero Trust: Terapkan arsitektur zero trust, yaitu memverifikasi setiap identitas dan akses secara ketat tanpa mempercayai jaringan internal secara otomatis. Strategi ini memastikan setiap permintaan dicek keamanannya sebelum diberi akses.
Dengan menjalankan praktik-praktik tersebut, baik cloud maupun server lokal dapat memberikan perlindungan yang kuat. Perusahaan besar sebaiknya melakukan evaluasi rutin, uji penetrasi, dan penyesuaian kebijakan keamanan sesuai perkembangan ancaman siber. Keduanya harus menjamin kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan data (prinsip CIA) di sepanjang siklusnya.
Kesimpulan
Baik cloud maupun server lokal sama-sama memiliki potensi untuk menjaga keamanan data bisnis perusahaan, jika dioperasikan dengan baik. Cloud menyediakan kemudahan manajemen, skalabilitas tinggi, dan fasilitas pemulihan bencana yang andal. Server lokal menawarkan kontrol penuh dan privasi, namun membutuhkan investasi dan keahlian lebih besar. Bahkan, banyak kasus kebocoran data terjadi karena kelemahan infrastruktur on-premise yang kurang diperbarui atau diawasi, sedangkan cloud dengan mekanisme patching otomatis dan tim pengamanan khusus mampu menutup banyak celah yang sering terlupakan pada sistem lama. Banyak perusahaan besar akhirnya mengadopsi solusi hybrid agar dapat mengombinasikan keunggulan kedua model. Yang terpenting adalah menerapkan praktik keamanan terbaik (seperti enkripsi data, patching rutin, dan pemantauan aktif) serta memilih solusi sesuai kebutuhan dan profil risiko perusahaan. Pada akhirnya, keamanan data bisnis perusahaan tergantung pada kombinasi teknologi yang tepat, proses yang baik, dan keterlibatan sumber daya manusia yang solid.

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz
Artikel Terpopuler
Tags: Keamanan Cloud, Server Lokal, Perlindungan Data, Infrastruktur TI, Cloud vs On-Premise
Baca SelengkapnyaBerita Teratas
Berlangganan Newsletter FOURTREZZ
Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.

PT. Tiga Pilar Keamanan
Grha Karya Jody - Lantai 3Jl. Cempaka Baru No.09, Karang Asem, Condongcatur
Depok, Sleman, D.I. Yogyakarta 55283
Informasi
Perusahaan
Partner Pendukung



