Jumat, 7 Februari 2025 | 3 min read | Andhika R

Ratusan Perusahaan Dunia Blokir DeepSeek, Khawatir Kebocoran Data ke China

Ratusan perusahaan di seluruh dunia kini melarang pegawai mereka untuk menggunakan chatbot kecerdasan buatan (AI) buatan China, DeepSeek. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk menghindari potensi kebocoran data ke pemerintah China, yang dianggap dapat mengancam keamanan informasi perusahaan dan pemerintah.

Menurut laporan Financial Post pada Kamis (30/1), Chief Technology Officer perusahaan keamanan siber Armis Inc., Nadir Izrael, menyatakan bahwa semakin banyak perusahaan yang memutuskan untuk memblokir akses ke chatbot ini. Armis Inc., yang berbasis di Amerika Serikat, melaporkan bahwa sekitar 70 persen dari kliennya telah mengajukan pemblokiran akses terhadap DeepSeek karena adanya potensi risiko kebocoran data yang signifikan.

“Kekhawatiran terbesar adalah potensi kebocoran data model AI ke pemerintah China. Anda tidak tahu ke mana perginya informasi Anda,” ujar Nadir Izrael.

Selain Armis Inc., Netskope Inc., layanan keamanan siber yang digunakan perusahaan untuk membatasi akses pegawai ke situs web tertentu, juga mencatat bahwa sebanyak 52 persen klien mereka mengajukan pemblokiran akses terhadap DeepSeek. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak perusahaan yang menyadari risiko yang ditimbulkan oleh penggunaan chatbot AI yang berbasis di China.

DeepSeek mengalami peningkatan popularitas yang pesat hingga menduduki peringkat teratas di App Store dan Play Store. Namun, popularitas tersebut justru menimbulkan pertanyaan tentang keamanan data yang dikumpulkan oleh aplikasi ini. Diketahui bahwa DeepSeek menyimpan data di server yang berlokasi di China, yang menimbulkan kekhawatiran bahwa informasi yang dikumpulkan dapat diakses oleh pemerintah China.

Banyak perusahaan dan organisasi pemerintah di negara-negara Barat khawatir bahwa data yang dikumpulkan oleh DeepSeek dapat dimanfaatkan untuk kepentingan intelijen China. Mengingat ketatnya regulasi keamanan data di beberapa negara, pemblokiran terhadap aplikasi ini dianggap sebagai langkah preventif yang perlu dilakukan.

Baca Juga: Ratusan Perusahaan Dunia Blokir DeepSeek, Khawatir Kebocoran Data ke China

DeepSeek menjadi chatbot alternatif ChatGPT yang didukung oleh model V3 buatan China. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk menganalisis berkas, menjawab pertanyaan, serta mengakses informasi dari web. Selain itu, aplikasi ini juga menawarkan fitur unggulan seperti kemampuan untuk mengunggah berkas dan menyinkronkan riwayat obrolan di berbagai perangkat.

Namun, meskipun DeepSeek mendapatkan banyak perhatian dan popularitas dalam waktu singkat, aplikasi ini masih menghadapi tantangan besar untuk dapat bersaing dengan ChatGPT buatan OpenAI. DeepSeek harus mencapai sekitar 300 juta pengguna aktif mingguan untuk bisa menyalip ChatGPT dan menjadi pemimpin di industri chatbot AI.

Dalam beberapa hari terakhir, DeepSeek mendapat banyak sorotan dari industri teknologi dan keamanan siber. Beberapa startup teknologi, seperti Perplexity dan Gloo – perusahaan baru yang didirikan oleh mantan CEO Intel, Pat Gelsinger – telah mengintegrasikan DeepSeek ke dalam layanan mereka. Namun, meskipun beberapa perusahaan mulai mengadopsi teknologi ini, ada pula gelombang besar perusahaan yang justru memilih untuk menjauh dan melarang penggunaannya.

Larangan ini menandakan meningkatnya kesadaran global terhadap pentingnya keamanan data di era kecerdasan buatan. Banyak perusahaan lebih memilih untuk menggunakan chatbot AI dari penyedia yang berbasis di negara-negara dengan regulasi data yang lebih transparan dan dapat dipercaya.

Bagikan:

Avatar

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz

Semua Artikel

Artikel Terpopuler

Berlangganan Newsletter FOURTREZZ

Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.

Partner Pendukung

infinitixyberaditif

© 2025 PT Tiga Pilar Keamanan. All Rights Reserved.
Info Ordal