Kamis, 16 Januari 2025 | 4 min read | Andhika R

TNI AU Tingkatkan Pertahanan Siber: Kursus Perdana untuk Prajurit di Bogor

Dalam upaya memperkuat pertahanan siber nasional, TNI Angkatan Udara (TNI AU) meluncurkan inisiatif strategis berupa Kursus Dasar Pertahanan Siber. Kursus ini, yang pertama dalam sejarah TNI AU, diadakan di Skuadron Pendidikan (Skadik) 506 Wing Pendidikan (Wingdik) 500/Umum, Bogor, pada Senin (13/1/2025). Sebanyak 49 prajurit dari berbagai satuan di lingkungan TNI AU turut ambil bagian dalam pelatihan ini, menunjukkan komitmen kuat terhadap keamanan siber di era digital.

Dalam era yang semakin terhubung secara digital, ancaman siber telah menjadi salah satu risiko strategis bagi keamanan nasional. Kolonel Pnb Dwi Pantinovan, Komandan Wingdik 500/Umum, menegaskan bahwa serangan siber berbeda dari ancaman fisik tradisional. Serangan ini dapat muncul tanpa peringatan dan merusak sistem kritis yang tak terlihat oleh mata telanjang.

“Serangan siber memiliki potensi merugikan negara secara signifikan, termasuk dengan meretas situs-situs strategis pemerintah. Oleh karena itu, penguatan sumber daya manusia melalui pelatihan seperti ini menjadi kunci untuk menangkal ancaman tersebut,” ujar Kolonel Dwi Pantinovan.

Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU), Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono, sebelumnya telah menunjukkan kepemimpinan dalam memperkuat kemampuan pertahanan siber TNI AU. Salah satu langkah yang menonjol adalah penyisipan simulasi pertahanan siber dalam latihan Angkasa Yudha 2024.

“Dalam menghadapi ancaman siber, kita memanfaatkan semua kekuatan yang ada, baik perangkat lunak maupun perangkat keras yang dimiliki,” ujar Marsekal Tonny dalam konferensi pers di Mabes AU, Cilangkap, Jakarta Timur.

Baca Juga: Waspadai Serangan Siber: Daftar Aplikasi Android Berbahaya yang Perlu Segera Dihapus

Menurutnya, upaya ini tidak hanya bertujuan untuk menangkal peretasan dan serangan informasi dari negara lain, tetapi juga untuk memastikan kedaulatan digital Indonesia tetap terjaga.

Ancaman siber terhadap Indonesia bukanlah hal baru. Sejarah mencatat bahwa sejak tahun 1990-an, Indonesia telah menghadapi berbagai serangan siber yang merugikan. Salah satu insiden paling mencolok terjadi pada tahun 1999, saat konflik antara Indonesia dan Portugal terkait Timor Timur meluas ke dunia maya. Dalam insiden ini, pihak Portugal menyerang sistem pemerintah Indonesia dan menghapus data-data penting.

Kasus lain terjadi pada tahun 2010, ketika Symantec mengungkap bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia setelah Iran sebagai negara yang paling banyak diserang oleh worm Stuxnet. Worm ini dirancang untuk menyerang komputer berbasis Windows, dan dampaknya terasa di berbagai sektor, termasuk infrastruktur penting.

Dalam laporan resmi, militer Iran menyatakan bahwa Stuxnet menyerang fasilitas nuklir Teheran pada November 2010, yang diduga dilakukan oleh Israel dan Amerika Serikat. Kasus ini menjadi peringatan global akan betapa dahsyatnya dampak serangan siber yang direncanakan dengan baik.

Dalam beberapa tahun terakhir, kawasan Asia Tenggara juga menjadi arena konflik siber antara Indonesia dan Malaysia. Perang siber ini sering kali dipicu oleh konflik politik atau persaingan kedua negara. Meski serangan ini dilakukan oleh kelompok hacker, dampaknya tetap dirasakan oleh pemerintah kedua negara.

Aksi peretasan biasanya menyasar situs-situs penting, baik di Indonesia maupun Malaysia, sebagai bentuk protes atau unjuk kekuatan. Konflik semacam ini menunjukkan bahwa ancaman siber dapat muncul dari berbagai arah, termasuk aktor non-pemerintah.

Dalam artikel berjudul “Perlunya Pembangunan Sistem Pertahanan Siber (Cyber Defense) yang Tangguh bagi Indonesia,” Letkol Chb Ir. Bagus Artiadi Soewardi, M.Si., menyoroti perlunya investasi besar-besaran dalam sistem keamanan siber. Menurutnya, serangan siber telah menjadi ancaman nyata bagi Indonesia selama beberapa dekade terakhir. Oleh karena itu, pembangunan sistem pertahanan siber yang tangguh adalah kebutuhan mendesak.

Kursus yang diadakan oleh TNI AU diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi tantangan ini. Dengan melatih prajurit untuk memahami teknik dan strategi pertahanan siber, Indonesia dapat memperkuat kemampuan deteksi dan mitigasi serangan di masa depan.

Peluncuran Kursus Dasar Pertahanan Siber ini mencerminkan keseriusan TNI AU dalam menjawab tantangan era digital. Dengan meningkatnya ketergantungan pada teknologi, risiko serangan siber juga semakin besar. Oleh karena itu, penguatan kapasitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan menjadi langkah penting.

Dalam jangka panjang, diharapkan pelatihan ini tidak hanya meningkatkan kesiapan prajurit TNI AU, tetapi juga mendorong terciptanya ekosistem keamanan siber yang lebih kuat di Indonesia. Dengan dukungan teknologi mutakhir dan kerja sama lintas sektor, Indonesia dapat menghadapi ancaman siber dengan lebih percaya diri.

Langkah TNI AU ini sejalan dengan visi nasional untuk menjadi bangsa yang mandiri dan tangguh dalam menghadapi tantangan global. Pertahanan siber bukan lagi pilihan, melainkan keharusan bagi kedaulatan negara di era modern.

Bagikan:

Avatar

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz

Semua Artikel

Berlangganan Newsletter FOURTREZZ

Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.

Partner Pendukung

infinitixyberaditif

© 2025 PT Tiga Pilar Keamanan. All Rights Reserved.
Info Ordal