Kamis, 18 Desember 2025 | 2 min read | Andhika R

Cyber Security Exercise 2025: Kemenko Polkam Perkuat Benteng Siber Bandara sebagai Urat Nadi Konektivitas Negara

Di era transformasi digital yang masif, bandara tidak lagi sekadar infrastruktur fisik berupa landasan pacu dan terminal. Ia telah berevolusi menjadi ekosistem digital kompleks yang saling terhubung. Menyadari risiko besar yang mengintai, Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Kemenko Polkam) memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan Cyber Security Exercise 2025.

Kegiatan simulasi pertahanan siber ini diinisiasi oleh Angkasa Pura dan didukung oleh otoritas terkait seperti Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) serta Kementerian Perhubungan. Deputi Bidang Koordinasi Komunikasi dan Informasi Kemenko Polkam, Marsda TNI Eko D. Indarto, menegaskan bahwa latihan ini bukan sekadar formalitas, melainkan langkah mitigasi strategis untuk melindungi apa yang dikategorikan negara sebagai Infrastruktur Informasi Vital (IIV).

Baca Juga: The Sydney Dialogue 2025: Indonesia Pimpin Standar Global Keselamatan Anak Lewat Regulasi "PP TUNAS"

Mengapa sektor kebandarudaraan menjadi prioritas pertahanan siber?

  1. Integrasi Sistem Kritis: Operasional bandara modern bergantung total pada teknologi informasi. Mulai dari pemanduan lalu lintas udara (Air Traffic Control), sistem check-in penumpang, manajemen bagasi otomatis, hingga keamanan perimeter.
  2. Dampak Domino Serangan: Gangguan pada satu sistem saja (misalnya ransomware pada sistem imigrasi atau navigasi) tidak hanya menyebabkan kerugian ekonomi akibat penundaan penerbangan. Lebih jauh, hal ini berpotensi mengancam keselamatan jiwa penumpang dan meruntuhkan reputasi Indonesia di mata dunia internasional.

“Sektor transportasi udara merupakan gerbang negara dan urat nadi konektivitas nasional... Kemenko Polkam hadir memastikan adanya sinergi, koordinasi, dan standar keamanan yang kuat,” tegas Marsda TNI Eko D. Indarto.

Cyber Security Exercise 2025 dirancang untuk menguji ketangguhan prosedur, teknologi, dan kesigapan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam kondisi tekanan tinggi. Simulasi ini mencakup siklus penuh penanganan insiden:

  • Deteksi Dini: Seberapa cepat sistem dapat mengenali anomali atau intrusi yang mencoba masuk.
  • Penanganan Aktif: Bagaimana tim keamanan merespons serangan yang sedang berlangsung (misalnya, isolasi jaringan atau mitigasi malware).
  • Pemulihan (Recovery): Seberapa cepat operasional bandara dapat kembali normal pasca-insiden untuk meminimalkan downtime.

Latihan ini juga menjadi ajang pembuktian koordinasi lintas sektoral. Ancaman siber tidak mengenal batas birokrasi, sehingga respons penanganannya pun harus terintegrasi. Keterlibatan BSSN sebagai pembina teknis keamanan siber, Kementerian Perhubungan sebagai regulator transportasi, dan Angkasa Pura sebagai operator, di bawah koordinasi Kemenko Polkam, menciptakan ekosistem pertahanan berlapis. Hasil dari latihan ini diharapkan tidak berhenti di lapangan, tetapi diinternalisasi menjadi kebijakan penguatan keamanan siber yang lebih tangguh dan adaptif terhadap tren ancaman global.

Bagikan:

Avatar

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz

Semua Artikel

Artikel Terpopuler

Berlangganan Newsletter FOURTREZZ

Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.

Partner Pendukung

infinitixyberaditif

© 2025 PT Tiga Pilar Keamanan. All Rights Reserved.
Info Ordal