Kamis, 27 Juni 2024 | 2 min read | Andhika R
Data Kemenhub, BAIS dan INAFIS Diduga Alami Kebocoran di Dark Web, Data Tersebut di Jual Hingga USD 7.000.
Data dari Badan Intelijen Strategis (BAIS), Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (INAFIS), dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) diduga bocor dan diperjualbelikan di dark web dengan harga US$ 1.000 hingga US$ 7.000 atau hingga sekitar Rp 114,72 miliar (asumsi kurs Rp 16.389 per dolar AS). Kebocoran data ini menambah daftar panjang insiden serupa yang telah menimpa berbagai lembaga di Indonesia, seperti data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya.
Penjualan data di dark web ini seringkali digunakan oleh pelaku kejahatan untuk melakukan berbagai aktivitas ilegal, termasuk pencurian identitas, penipuan, dan serangan siber lebih lanjut. Kebocoran data semacam ini memiliki dampak serius terhadap keamanan nasional dan privasi individu. Mengapa privasi individu juga terancam? Hal ini disebabkan jika data yang bocor mencakup informasi pribadi seperti nomor identifikasi, sidik jari, dan data perjalanan. Ini dapat menyebabkan pencurian identitas, penipuan, dan pelanggaran privasi lainnya.
Baca Juga: Gangguan Pusat Data Nasional Diduga Akibat Serangan Ransomware
Pemerintah dan lembaga terkait, termasuk BSSN, sedang melakukan investigasi untuk mengidentifikasi sumber kebocoran dan memperkuat sistem keamanan mereka. Langkah-langkah pengamanan berlapis dan enkripsi data diharapkan dapat mencegah kebocoran lebih lanjut. Insiden ini menunjukkan pentingnya kesadaran dan edukasi siber bagi semua pihak, termasuk pemerintah, perusahaan, dan masyarakat umum. Menggunakan praktik keamanan siber yang baik, seperti menghindari situs berbahaya dan menjaga kerahasiaan data pribadi, dapat mengurangi risiko kebocoran data. Perusahaan dan institusi perlu terus meng-update dan memperkuat sistem keamanan mereka untuk melindungi data sensitif dari serangan siber. Kebocoran data dari BAIS, INAFIS, dan Kemenhub merupakan peringatan serius tentang pentingnya keamanan siber di era digital ini. Diperlukan tindakan cepat dan efektif dari semua pihak untuk mengatasi dan mencegah insiden serupa di masa depan. Perlindungan data yang kuat dan kesadaran siber yang tinggi adalah kunci untuk menjaga keamanan nasional dan privasi individu.
Baca Juga: Gangguan Pusat Data Nasional Diduga Akibat Serangan Ransomware
Pemerintah dan lembaga terkait, termasuk BSSN, sedang melakukan investigasi untuk mengidentifikasi sumber kebocoran dan memperkuat sistem keamanan mereka. Langkah-langkah pengamanan berlapis dan enkripsi data diharapkan dapat mencegah kebocoran lebih lanjut. Insiden ini menunjukkan pentingnya kesadaran dan edukasi siber bagi semua pihak, termasuk pemerintah, perusahaan, dan masyarakat umum. Menggunakan praktik keamanan siber yang baik, seperti menghindari situs berbahaya dan menjaga kerahasiaan data pribadi, dapat mengurangi risiko kebocoran data. Perusahaan dan institusi perlu terus meng-update dan memperkuat sistem keamanan mereka untuk melindungi data sensitif dari serangan siber. Kebocoran data dari BAIS, INAFIS, dan Kemenhub merupakan peringatan serius tentang pentingnya keamanan siber di era digital ini. Diperlukan tindakan cepat dan efektif dari semua pihak untuk mengatasi dan mencegah insiden serupa di masa depan. Perlindungan data yang kuat dan kesadaran siber yang tinggi adalah kunci untuk menjaga keamanan nasional dan privasi individu.

Andhika RDigital Marketing at Fourtrezz
Artikel Terpopuler
Penetration Testing Itu Mahal? Ini Fakta yang Perlu Anda Ketahui!
Tags: Penetration Testing, Keamanan Siber, Uji Keamanan, Cyber Security, Jasa Pentest
Baca SelengkapnyaBerita Teratas
Berlangganan Newsletter FOURTREZZ
Jadilah yang pertama tahu mengenai artikel baru, produk, event, dan promosi.

PT. Tiga Pilar Keamanan
Grha Karya Jody - Lantai 3Jl. Cempaka Baru No.09, Karang Asem, Condongcatur
Depok, Sleman, D.I. Yogyakarta 55283
Informasi
Perusahaan
Partner Pendukung



